Selasa, 31 Juli 2018

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 5

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 5*▪
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 18 Dzulqo'dah 1439 H / 31 Juli 2018 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār
🔊 Halaqah 005| Hadits 05
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H005bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H005
〰〰〰〰〰〰〰
*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 5*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد
Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.
Ini adalah halaqah kita yang ke-5 dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhyār) yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'dī rahimahullāh.
Pada halaqah kita kali ini, kita akan membahas hadīts ke-5 yang disampaikan oleh penulis di dalam kitāb ini.
Yaitu hadīts:
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ
_Dari Sufyān bin 'Abdillāh Ats Tsaqafiy radhiyallāhu ta'āla 'anhu: Aku mengatakan:_
_"Yā Rasūlullāh, kabarkanlah kepadaku tentang suatu ucapan (perkara) di dalam agama Islām yang aku tidak perlu menanyakan kepada seorangpun setelahmu?"_
_Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:_
_"Katakanlah aku berimān kepada Allāh kemudian istiqāmahlah di atas keimānan tersebut."_
(Hadīts riwayat Muslim nomor 38)
Beliau menyebutkan dalam penjelasan hadīts ini, bahwa seorang shahābat yang bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ini, dia meminta suatu perkara yang itu mencakup semua jenis kebaikan sehingga dia tidak perlu lagi bertanya kepada orang lain.
Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memerintahkan dia supaya dia mengucapkan:
 آمنت باالله
_"Aku berimān kepada Allāh."_
Dan yang dimaksud dengan, " آمنت باالله (aku berimān kepada Allāh)" beliau sebutkan di sini:
 يشمل ما يجب اعتقاده: من عقائد الإيمان، وأصوله، وما يتبع ذلك
_(Ucapan imān ini) mencakup hal-hal yang wajib dia yakini dan pokok-pokok dasar di dalam agama Islām serta konsekwensi dari semua itu._
والانقياد والاستسلام الله، باطنا وظاهرا, ثم الدوام على ذلك
_Serta tunduk kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla secara zhāhir maupun bathin kemudian dia konsisten di atas hal tersebut._
Yang dimaksud dengan perintah beliau ini bukan sekedar ucapan lisan akan tetapi keimānan yang diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatannya. 
Mengamalkan konsekuensi dari ucapan keimānan yang dia ucapkan, setelah itu dia istiqāmah dia terus di atas keimānan tersebut, kalau ini dia lakukan maka dia berhak untuk mendapatkan keselamatan, dia berhak untuk masuk ke dalam surga sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla  menyebutkan di dalam surat Fussilat ayat 30:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
_Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Rabb kami adalah Allāh," kemudian mereka istiqamah (meneguhkan pendirian mereka), maka malāikat-malāikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kalian merasa takut dan janganlah klaian bersedih hati dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepada kalian."_
Maka hadīts ini juga hadīts-hadīts yang lain ataupun ayat-ayat Al Qur'ān yang ada menunjukkan bahwasanya imān itu mencakup amalan yang ada di dalam hati berupa keyakinan-keyakinan yang wajib diyakini serta mencakup pula amalan jawārih (amalan yang direalisasikan dengan perbuatan).
ولا يتم ذلك إلا بالثبات عليه
_Dan itu tidak akan bisa sempurna kecuali kalau dia istiqāmah di dalam hal tersebut._
Demikian yang beliau sampaikan dalam penjelasan hadīts ini, in syā Allāh kita lanjutkan lagi pada hadīts berikutnya dihalaqah mendatang.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت نستغفرك وأتوب إليك
_____________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA
▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*
📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda.*
Contoh : 100.025
_____________________

Rabu, 25 Juli 2018

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 3

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 4*▪
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 12 Dzulqo'dah 1439 H / 25 Juli 2018 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār
🔊 Halaqah 003| Hadits 03
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H003bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H003
〰〰〰〰〰〰〰
*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 3*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد
Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.
Ini adalah halaqah kita yang ke-3 dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhyār) yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'dī rahimahullāh.
Pada pertemuan kita kali ini, kita akan membahas hadīts dari Tamīm Ad Darīy radhiyallāhu ta'āla 'anhu.
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : اَلدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قَالُوْا: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: ِللهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُوْلِهِ، وَِلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ أَوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ.
_Dari Tamīm Ad Darīy radhiyallāhu ta'āla 'anhu berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:_
_"Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat."_
_Mereka (para shahābat) bertanya:_
_"Untuk siapa, wahai Rasūlullāh?"_
_Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjawab:_
_"Untuk Allāh, Kitāb-Nya, Rasūl-Nya, Imām kaum Muslimin atau Mukminin, dan bagi kaum Muslimin pada umumnya."_
(Hadīts riwayat Muslim)
Hadīts ini merupakan hadīts yang mulia yang di dalamnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan tentang kandungan dari syari'at Islām.
Beliau menyatakan bahwasanya agama Islām ini isinya adalah nasehat (kata "untuk" di sini maksudnya adalah "tentang"). Nasehat tentang hak-hak  yang wajib untuk dipenuhi oleh kaum muslimin.
Beliau menekankan hal ini hingga mengucapkannya 3 (tiga) kali.
اَلدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
Di sini menunjukkan tidak ada keraguan lagi, bahwasanya agama ini berisi tentang nasehat-nasehat yang berharga.
Para shahābat ketika itu menanyakan hak-hak apa saja yang dinasehatkan oleh syari'at Islām supaya dipenuhi oleh kaum muslimin.
Maka ada 5 (lima) hal yang beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) sebutkan dalam hadīts ini.
Penulis menjelaskan:
⑴ Nasehat tentang Allāh نَّصِيْحَةُ لله
Yaitu:
√ Meyakini tentang ke-Esa-an Allāh, serta sifat-sifat mulia yang Maha Agung, yang hanya dimiliki oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
√ Menjalankan ibadah secara zhāhir dan bathin hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dengan menunaikan kewajiban dan menjauhi perkara-perkara yang Allāh haramkan.
⑵ Nasehat tentang kitābullāh (نَّصِيْحَةُ لِكِتَابِ الله)
Nasehat tentang kitābullah maknanya adalah dengan menjaga, dengan menghapal dan mentadabburi kitābullāh serta mempelajari makna-maknanya dan juga mengamalkan kandungan-kandungan yang terdapat di dalamnya.
⑶ Nasehat tentang Rasūlullāh (نَّصِيْحَةُ لِرَسُوْلِ)
Nasehat tentang hak Rasūlullāh yaitu dengan:
√ Mengimāni kerasūlan Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam.
√ Mencintai Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam.
√ Menjadikan Beliau tauladan di dalam beragama.
√ Mengedepankan ucapan Beliau dibandingkan ucapan-ucapan manusia yang lain.
⑷ Nasehat tentang hak pemimpin-pemimpin kaum muslimin (نَّصِيْحَةُ لأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ أَوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ)
Adapun nasehat tentang hak pemimpin-pemimpin kaum muslimin maka beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) jelaskan di sini yang termasuk āimatul muslimin adalah pemimpin yang tertinggi ataupun pemimpin-pemimpin pada wilayah tertentu.
Setiap orang yang dia diserahkan kepemimpinan, baik secara kepemimpinan umum atau kepemimpinan yang khusus (terbatas), maka dia memiliki hak yang harus ditunaikan atau dipenuhi oleh kaum muslimin.
Apa saja hak-hak mereka?
Hak-hak mereka adalah:
√ Hak untuk didengar dan ditaati aturan-aturannya.
√ Memberikan nasehat kepada mereka dengan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka dan juga bagi rakyat yang mereka pimpin.
√ Serta agar mereka menunaikan kewajiban yang seharusnya mereka jalankan.
⑸ Nasehat terhadap kaum muslimin pada umumnya (نَّصِيْحَةُ لعَامَّتِ الْمُسْلِمِيْنَ)
Maka Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) sebutkan yaitu dengan cara;
√ Mencintai kaum muslimin sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
√ Dia memperlakukan kaum muslimin sebagaimana dia memperlakukan dirinya sendiri.
√ Dia cinta untuk memberikan kepada kaum muslimin sesuatu yang dia cinta kalau dia diberikan,
√ Dia benci menimpakan sesuatu kepada kaum muslimin sebagaimana dia benci akan ditimpa perkara tersebut.
⇒ Ini merupakan hak terhadap kaum muslimin secara umum.
Ini beberapa makna dari nasehat terhadap hak-hak yang disebutkan oleh Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam hadīts yang mulia ini.
Demikian yang bisa kita kaji pada halaqah kita kali ini, in syā Allāh kita lanjutkan lagi pada pertemuan berikutnya.
وصل الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA
▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*
📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda.*
Contoh : 100.025
_____________________

Selasa, 24 Juli 2018

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 2

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 4*▪
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 11 Dzulqo'dah 1439 H / 24 Juli 2018 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār
🔊 Halaqah 002| Hadits 02
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H002bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H002
〰〰〰〰〰〰〰
*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 2*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد
Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.
Ini adalah halaqah kita yang ke-2, dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhyār) yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'dī rahimahullāh.
Pada halaqah ini kita akan membahas hadīts yang kedua yang disampaikan oleh penulis yaitu hadīts dari 'Āisyah radhiyallāhu ta'āla 'anhā. Beliau berkata:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم" مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ او مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
_Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:_
_“Barangsiapa mengada-ada sesuatu yang baru di dalam perkara agama kami yang bukan berasal dari agama kami atau barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang bukan dari agama kami, maka amalan tersebut tertolak."_
(Hadīts riwayat Imām Bukhāri dan Muslim)
Hadīts ini termasuk hadīts yang mulia, yang disebutkan oleh para ulamā yang merupakan tolak ukur diterimanya suatu amalan, sebagaimana pada hadīts sebelumnya merupakan tolak ukur diterima amalan ditinjau dari sisi niat orang yang melakukannya.
Adapun hadīts kedua ini merupakan tolak ukur diterimanya suatu amalan dilihat dari sisi zhāhirnya.
Karenanya para ulamā telah menyebutkan syarat terima suatu amalan ada dua, yaitu:
⑴ Ikhlās di dalam melakukan amalan tersebut.
⑵ Mutāba'ah mengikuti tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam mengamalkan amalan tersebut.
Apabila kurang salah satu dari dua syarat ini maka amalan tersebut tidak diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Seperti:
Orang yang dia beramal tetapi tidak ikhlās maka amalannya tidak diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Begitu juga orang yang dia beramal satu amalan dengan ikhlās akan tetapi dia menyelisihi tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam mengerjakan amalan tersebut, maka amalan tersebut juga tertolak sebagaimana disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam hadīts ini:
 فَهُوَ رَدٌّ,
_"Amalan tersebut tertolak."_
Maka ada beberapa faidah yang bisa kita ambil dari hadīts ini, di antaranya:
⑴ Wajibnya mengikuti tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam beramal. Baik itu amalan yang sifatnya kauliyyah (amalan lisan) ataupun amaliyyah (anggota badan).
⑵ Segala amalan yang baru, yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam maka amalan tersebut tertolak.
⑶ Suatu amalan yang dilakukan dengan cara yang dilarang secara syari'at maka amalan tersebut adalah amal yang fāsiq.
Amal yang fāsiq adalah amal yang rusak (yaitu) amal yang tidak diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian yang bisa kita kaji pada kesempatan kita kali ini, in syā Allāh kita lanjutkan lagi pada halaqah berikutnya.
وصل الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA
▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*
📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda.*
Contoh : 100.025
_____________________

Senin, 23 Juli 2018

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 1

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 4*▪
🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 10 Dzulqo'dah 1439 H / 23 Juli 2018 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār
🔊 Halaqah 001| Hadits 01 
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H001bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H001
〰〰〰〰〰〰〰
*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 1*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.
Ini adalah halaqah pertama kita, dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār) yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'dī rahimahullāh.
Pada halaqah yang pertama ini, kita akan membahas hadīts pertama yang disampaikan beliau di dalam kitāb ini, yaitu hadīts dari 'Umar bin Khaththāb radhiyallāhu ta'āla 'anhu.
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
_'Umar bin Khaththāb Radhiyallāhu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:_
_"Sesungguhnya amalan-amalan itu ada dengan niat dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allāh dan Rasūl-Nya, maka hijrahnya tersebut adalah kepada Allāh dan Rasūl-Nya, dan barangsiapa hijrahnya kepada perkara dunia yang akan dia dapatkan atau wanita yang akan dia nikahi, maka hijrahnya adalah kepada tujuan dia berhijrah."_
(Hadīts riwayat Imām Bukhāri nomor 6689 dan Muslim nomor 1907)
Beliau mengatakan bahwa hadīts ini termasuk dari hadīts yang mulia di dalam perkara agama. Hadīts ini merupakan mizān bagi amal bathin (tolak ukur bagi amalan secara bathin), karena hadīts ini berbicara tentang suatu amalan hati yang penting yaitu niat.
Maka beliau menyebutkan yang dimaksud dengan niat adalah:
النية هي القصد للعمل تقربا إلى الله وطلبا لمرضاته وثوابه.
_"Niat adalah tujuan seorang didalam beramal dalam rangka bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla serta mengharapkan keridhāan dan pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_
Oleh karena itu istilah niat mencakup dua hal, yaitu:
⑴ Niyatul amal (tujuan beramal)
Apakah seorang melakukan suatu amalan untuk ibadah atau sekedar rutinitas?
⑵ Niyatul ma'mul lahu (untuk siapa seorang itu beramal)
Apakah amalan yang dia lakukan dari ibadah yang dia lakukan karena Allāh atau karena sesuatu yang lain.
Maka hadīts ini menyebutkan bahwasanya amalan apapun tidak lepas dari niat. Dan seorang yang beramal dia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.
Beliau contohkan mandi.
Adakalanya orang melakukan mandi, niatnya sekedar untuk mendinginkan badan atau membersihkan badan dari kotoran dan bisa jadi mandi itu bernilai ibadah ketika dia berniat untuk menghilangkan hadats akbar sehingga mandinya menjadi mandi wajib, itu adalah contoh seorang berniat di dalam melakukan suatu amalan.
Maka mandi yang dilakukan ketika dia harus menghilangkan hadats, harus diiringi dengan niat menghilangkan hadats akbar, bukan sekedar niat untuk mendinginkan badan atau membersihkan badan dari kotoran.
Selain itu, amalan seorang juga tidak diterima oleh Allāh kecuali dengan ikhlās. Ini makna niat yang kedua.
Yaitu untuk siapa dia beramal sehingga amal ibadah apabila dia lakukan tetapi bukan untuk Allāh, untuk perkara dunia atau hal sesuatu selain Allāh maka tidak akan diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 
Dan suatu amalan rutinitas bila dilakukan karena mengharapkan pahala dari Allāh maka dia mendapatkan ganjaran pahala meskipun itu pada asalnya adalah suatu amalan yang sifatnya rutinitas harian.
Seperti beliau contohkan yaitu makan, minum.
Apabila dilakukan dengan niatan membantu dia di dalam melalukan ketaatan kepada Allāh maka rutinitas itu berubah menjadi ibadah.
Dari sini kita ketahui bahwasanya seorang yang dia melakukan amalan apapun maka hendaknya dia menghadirkan niat di dalam hatinya.
Karena Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam telah bersabda:
وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
_"Dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan."_
Demikian faedah yang bisa kita ambil dari hadīts yang mulia ini, in syā Allāh kita lanjutkan lagi pada halaqah berikutnya.
وصل الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA
▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*
📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda.*
Contoh : 100.025
_____________________

Minggu, 22 Juli 2018

KAPAN KITA MENGUCAPKAN SUBHANALLAH DAN MASYAALLAH?

KAPAN KITA MENGUCAPKAN SUBHANALLAH DAN MASYAALLAH?
Mohon info penggunaan kata yg tepat unt kata : masya Allah dan Subhanallah. Tepatnya bgmn ya?
Bu Subarkah. Sleman..
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Allah berfirman di surat al-Kahfi,
وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)
Ayat ini dijadikan dalil sebagian ulama terkait kapan kita diajurkan mengucapkan masyaaAllah. Dalam ayat ini, orang mukmin menasehatkan kepada temannya pemilik kebun yang kafir, agar ketika masuk kebunnya dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” sehingga kebunnya tidak tertimpa hal yang tidak diinginkan.
Ketika menjelaskan ayat ini, Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,
وينبغي للإنسان إذا أعجبه شيء من ماله أن يقول: “ما شاء الله لا قوة إلَّا بالله” حتى يفوض الأمر إلى الله لا إلى حوله وقوته، وقد جاء في الأثر أن من قال ذلك في شيء يعجبه من ماله فإنه لن يرى فيه مكروهاً
Selayaknya bagi seseorang, ketika dia merasa kagum dengan hartanya, agar dia mengucapkan, “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” sehingga dia kembalikan segala urusannya kepada  Allah, bukan kepada kemampuannya. Dan terdapat riwayat, bahwa orang yang membaca itu ketika merasa heran dengan apa yang dimilikinya, maka dia tidak akan melihat sesuatu yang tidak dia sukai menimpa hartanya. (Tafsir Surat al-Kahfi, ayat: 39).
Doakan Keberkahan
Disamping bacaan di atas, ketika kita melihat sesuatu yang mengagumkan dimiliki oleh orang lain, kita dianjurkan untuk mendoakan keberkahan untuknya. Misalnya dengan mengusapkan,Baarakallahu laka fiih, semoga Allah memberkahi anda dengan apa yang anda miliki.
Dari Abdillah bin Amir bin Rabiah, bahwa NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ أَوْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Apabila kalian melihat ada sesuatu yang mengagumkan pada saudaranya atau dirinya atau hartanya, hendaknya dia mendoakan keberkahan untuknya. Karena serangan ain itu benar. (HR. Ahmad 15700, Bukhari dalam at-Tarikh 2/9 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Kapan Dianjurkan MengucapkanSubhanallah?
Terdapat beberapa keadaan, dimana kita dianjurkan mengucapkan subhanallah. Diantaranya,
Pertama, ketika kita keheranan terdapat sikap.
Tidak kaitannya dengan keheranan terhadap harta atau fisik atau apa yang dimiliki orang lain. Tapi keheranan terhadap sikap.
Misalnya, terlalu bodoh, terlalu kaku, terlalu aneh, dst.
Kita lihat beberapa kasus berikut,
Kasus pertama, Abu Hurairah pernah ketemu NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi junub. Lalu Abu Hurairah pergi mandi tanpa pamit. Setelah balik, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, mengapa tadi dia pergi. Kata Abu Hurairah, “Aku junub, dan aku tidak suka duduk bersama anda dalam keadaan tidak suci.” Kemudian NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُسْلِمَ لاَ يَنْجُسُ
Subhanallah, sesungguhnya muslim itu tidak najis.(HR. Bukhari 279)
Kasus kedua, ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammenanyakan bagaimana cara membersihkan bekas haid setelah suci. Beliau menyarankan, “Ambillah kapas yang diberi minyak wangi dan bersihkan.”
Wanita ini tetap bertanya, “Lalu bagaimana cara membersihkannya.”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa malu untuk menjawab dengan detail, sehingga beliau hanya mengatakan,
سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِى بِهَا
“Subhanallah.., ya kamu bersihkan pakai kapas itu.”
Aisyah paham maksud Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliaupun langsung menarik wanita ini dan mengajarinya cara membersihkan darah ketika haid. (HR. Bukhari 314 & Muslim 774)
Kasus ketiga, Aisyah pernah ditanya seseorang,
“Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Allah?”
Aisyah langsung mengatakan,
سُبْحَانَ اللَّهِ لَقَدْ قَفَّ شَعْرِى لِمَا قُلْت
Subhanallah, merinding bulu romaku mendengar yang kamu ucapkan. (HR. Muslim 459).
an-Nawawi mengatakan,
أن سبحان الله في هذا الموضع وأمثاله يراد بها التعجب وكذا لااله إلا الله ومعنى التعجب هنا كيف يخفى مثل هذا الظاهر الذي لايحتاج الإنسان في فهمه إلى فكر وفي هذا جواز التسبيح عند التعجب من الشيء واستعظامه
Bahwa ucapan subhanallah dalam kondisi semacam ini maksudnya adalah keheranan. Demikian pula kalimat laa ilaaha illallah. Makna keheranan di sini, bagaimana mungkin sesuatu yang sangat jelas semacam ini tidak diketahui. Padahal seseorang bisa memahaminya tanpa harus serius memikirkannya. Dan dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya membaca tasbih ketika keheranan terhadap sesuatu atau menganggap penting kasus tertentu. (Syarh Shahih Muslim, 4/14).
Kedua, Keheranan ketika ada sesuatu yang besar terjadi
Misalnya melihat kejadian yang luar biasa.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tersentak bangun di malam hari, karena keheranan melihat sesuatu yang turun dari langit.
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa pernah suatu malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya.
سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ
“Subhanallah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini.” (HR. Bukhari 115).
Dalam kasus lain, beliau juga pernah merasa terheran ketika melihat ancaman besar dari langit. Terutama bagi orang yang memiliki utang,
Dari Muhammad bin Jahsy radhiallahu ‘anhu, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammelihat ke arah langit, kemudian beliau bersabda,
سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا نُزِّلَ مِنَ التَّشْدِيدِ
“Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ….”
Kemudian, keesokan harinya, hal itu saya tanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, ancaman berat apakah yang diturunkan?’
Beliau menjawab,
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ رَجُلاً قُتِلَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيِىَ ثُمَّ قُتِلَ ثُمَّ أُحْيِىَ ثُمَّ قُتِلَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنَّةَ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ
‘Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya ada seseorang yang terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), sementara dia masih memiliki utang, dia tidak masuk surga sampai utangnya dilunasi.'” (HR. Nasa’i 4701 dan Ahmad 22493; dihasankan al-Albani).
Kata Ali Qori, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammengucapkan subhanallah karena takjub (keheranan) melihat peristiwa besar yang turun dari langit.  (Mirqah al-Mafatih, 5/1964).
Demikian,
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/24593-kapan-kita-mengucapkan-subhanallah-dan-masyaallah.html

Kamis, 19 Juli 2018

Proyekku - Anak-anakku

*Proyekku - Anak-anakku*

penulis. DR. Nabil Al-Awadhy

حينما أتكاسل عن أداء النوافل أتذكر أبنائي ومصائب الدنيا!! وأتأمل قوله تعالے: [وكان أبوهما صالحا] فأرحمهم وأجتهد
-تفكير مُخلص-

Ketika aku malas mengerjakan amalan _Nawaafil,_ aku teringat anak-anakku dan musibah dunia yg menanti!! Lalu aku teringat firman Allah di surat Al Kahfi _"Dahulu ayah dari kedua anak itu adalah orang shalih",_ lalu karena kasih sayangku pada mereka aku pun bersungguh-sungguh tuk beribadah.

مشروعك الناجح هو (أولادك)، ولنجاح هذا المشروع، اتبع ماأخبرنا به الصحابي الجليل "عبدالله بن مسعود" عندما كان يصلي في الليل وابنه الصغير نائم فينظر إليه قائلاً:
من أجلك يا بني، ويتلو وهو يبكي قوله تعالى:
"وكان أبوهما صالحاً".

Proyekmu yang berhasil adalah *"anak-anakmu".* Untuk mensukseskan proyek ini, mari ikuti pesan sahabat *Abdullah bin Masud Ra,* sahabat mulia ini ketika shalat malam dia melihat anak nya yg masih kecil sedang tidur. Lalu dia bergumam, _"untuk mu wahai buah hatiku",_ lalu dia shalat sambil menangis mentadabburi firman Allah: _*"Wa Kaana Abuuhuma Shaalihaa" (dan dahulu ayah dari kedua anak itu adalah orang yang shalih),*_ s.alkahfi.

نعم إن هذه هي الوصفة السحرية لصلاح أبنائنا، فإذا كان الوالد قدوة وصالحاً وعلاقته بالله قوية، حفظ الله له أبناءه بل وأبناء أبنائه، فهذه وصفة سحرية و(معادلة ربانية).

Ya. Inilah resep yang baik untuk masa depan anak-anak kita. Ketika sang ayah menjadi *qudwah, salih, dan dekat _'alaqah_ nya kepada Allah*, maka Allah akan menjaga anak anaknya, bahkan keturunannya, ini adalah resep yang bagus dan (Skenario Rabbaniyyah).

كما أنه في قصة سورة الكهف حفظ الله الكنز للوالدين بصلاح جدهما السابع.
Sebagaimana di kisah surat Alkahfi itu Allah menjaga harta untuk kedua anak yatim td peninggalan kakek mereka yang ketujuh di atasnya.

 ويحضرني في سياق هذا الحديث أني كنت مرة مع صديق عزيز عليَّ-ذو منصب رفيع بالكويت ويعمل في عدة لجان حكومية- ومع ذلك كان يقتطع من وقته يومياً ساعات للعمل الخيري
فقلت له يوماً: "لماذا لاتركز نشاطك في عملك الحكومي وأنت ذو منصب رفيع"؟!
فنظر إليَّ وقال: "أريد أن أبوح لك بسر في نفسي، إن لديَّ أكثر من ستة أولاد وأكثرهم ذكور، وأخاف عليهم من الانحراف، وأنا مقصر في تربيتهم، ولكني رأيت من نعم الله عليّ أني كلما أعطيت ربي من وقتي أكثر كلما صلح أبنائي".

Aku teringat ungkapan temanku, teman yang dekat bagiku, yang bekerja di kerajaan Kuwait dan memiliki jabatan yang tinggi.

Aku melihatnya menyisihkan waktunya beberapa jam dalam sehari khusus untuk melakukan amal kebaikan (amal sosial). Aku bertanya kepadanya, _"kenapa engkau tidak fokus saja bekerja dalam posisi jabatan pemerintahanmu, dan engkau memiliki jabatan yang tinggi??!!"_
Dia memandangku lalu menjawab, _"aku ingin membocorkan satu rahasia yang ada dalam diriku padamu. Aku memiliki putra lebih dari 6 orang dan mereka semuanya laki-laki. Aku takut mereka terjerumus pada kehidupan yang salah (inhiroof). Sedang aku (dalam kesibukanku) Muqasshir (tidak optimal) dalam mendidik mereka. Dan aku melihat dan membuktikan nikmat Allah padaku, semakin banyak aku memberikan waktuku untuk Rabbku, semakin baik pula keadaan anak-anakku"._

- اخترتها لك لأني أحب لك ما أحب لنفسي... أسعدك الله في الدنيا والآخرة وجعلك ووالديك ومن تحب من عتقائه من النار.

Aku menceritakan ini padamu karena aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku sendiri..

Semoga Allah memberikan kebahagiaan untukmu di dunia dan di akhirat, dan menjadikanmu dan kedua orangtuamu dan orang2 yang engkau cintai terbebas dan diajuhkan dari api neraka.

اللهم إني نويت هذه الرسالة صدقة لأبنائي فاحفظهم من الانحراف ومن الشرور كلها.
أعيدوا إرسالها إلى أحبائكم بنية الصدقه ﻷبنائكم.

Ya Allah aku berniat risalah singkat ini sebagai sedekah untuk anak-anakku agar terjaga dari inhiroof (salah pergaulan) dan dari kejahatan seluruhnya.
Kirim juga kepada orang2 yang anda cintai dengan niat sedekah untuk putra putrimu.

أرسلوها للآباء والأمهات

Rabu, 18 Juli 2018

MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB (BAGIAN 6)

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 3*▪
🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 5 Dzulqo'dah 1439 H / 18 Juli 2018 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 009 | Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab (Bagian 06)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H009bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H009
〰〰〰〰〰〰〰
*MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB  (BAGIAN 6)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين، ومن تبعهم بإحسان الى يوم الدين

Sahabat BiAS sekalian, saudara kaum muslimin rahimani wa rahimakumullāh.
Alhamdulilāh, kita telah sampai pada halaqah yang ke-9 dari kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية)
Pada halaqah sebelumnya kita masuk kepada keterangan Ibnu Taimiyyah akan isi dari kitāb beliau ini, dimana dihalaqah yang ke-8, kita telah mengartikan perkataan Ibnu Taimiyyah, yaitu beliau berujar :
أما بعد: فهذا اعتقاد الفرقة الناجية المنصورة إلى قيام الساعة، أهل السُّنَّة و الجماعة
_Amā ba'ad, jadi risalah kitāb ini, adalah kitāb yang memuat 'aqidah firqah an nājiyyah (golongan selamat) al manshūrah (yang senantiasa akan ditolong) sampai hari akhir nanti._
Dan telah kita jelaskan bahwa yang dimaksud dengan hari akhir di sini adalah hari dimana nanti orang-orang berimān, jauh sebelum hari kiamat yang sebenarnya, mereka akan diwafatkan seluruhnya.
Nanti akan ada angin, yang dengan angin itu orang-orang yang berimān akan diwafatkan.
Yang dimaksud:
 الفرقة الناجية المنصورة إلى قيام الساعة
Adalah ahlus sunnah wal jama'ah.
Sahabat BiAS sekalian.
Di halaqah sebelumnya kita telah sama-sama mengkaji apa itu firqah an nājiyyah, apa itu thāifah manshūrah. Maka dipertemuan kita kali ini, kita akan membahas sedikit perkataan Ibnu Taimiyyah di akhir kalimat beliau yaitu :
هم أهل السُّنَّة و الجماعة
_"Mereka adalah ahlus sunnah wal jama'ah."_
Apa sih ahlus sunnah wal jama'ah ini?
⇒ Mereka adalah golongan yang selamat, secara umum seperti demikian.
Makna umum ahlus sunnah wal jama'ah secara kata perkata?
⇒ Ulamā menjelaskan ahlus sunnah artinya adalah orang-orang yang komitmen di dalam sunnah yang mengikuti sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Yang berjalan di atas sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
• Sunnah
Perlu diperhatikan, sunnah di sini, yang dimaksud adalah sunnah secara umum. Karena sunnah ini artinya tergantung dibahasan apa dia dibicarakan.
Karena sunnah ini memiliki banyak arti, sebagaimana yang kita tahu bahwa bahasa arab sangat luas, maka sunnah di sini jangan diartikan sunnah secara fiqih yaitu sunnah dalam artian: "Kalau dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat dosa". Bukan itu!
Ketika kita mendengar seorag da'i atau membaca kitāb-kitāb (misalnya):
"Mari kita mengikuti sunnah, mari kita tegakkan sunnah."
Maka sunnah disini yang dimaksud adalah bukan sunnah dalam artian fiqih, tapi sunnah dalam artian yang lebih luas.
Apa itu sunnah dalam artian yang lebih luas?
⇒ Sunnah dalam arti lebih luas adalah:
"Jalan atau pedoman beragama yang dicontohkan (diajarkan) oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, baik hukumnya wajib secara fiqih maupun hukumnya sunnah secara fiqih."
Karena sunnah secara umum mencakup makna wajib secara fiqih dan makna sunnah secara fiqih.
Dalam artian, ketika kita mengatikan ahlus sunnah disini adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka maksudnya:
"Mereka mengerjakan perintah-perintah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, baik yang hukumnya wajib maupun yang tidak sampai wajib atau istilahnya sunnah secara fiqih."
• Jamā'ah
Apa itu jamā'ah?
Jamā'ah adalah orang yang senantiasa atau golongan yang bersatu padu di bawah kebenaran.
Banyak sekali perintah-perintah untuk senantiasa bersatu padu dalam kebenaran seperti:
"Alaykum biljamā'ah."
_Hendaknya kalian bersama jamā'ah._
Dan sebagainya.
Namun jamā'ah di sini hendaknya tidak diartikan secara tekstual, dalam artian secara bahasa jamā'ah itu artinya segolongan orang yang banyak.
Namun secara syari'at di dalam istilah ahlus sunnah wal jamā'ah, jamā'ahnya bisa bermakna seperti bahasa, bisa juga bermakna orang yang senantiasa komitmen dalam kebenaran meskipun dia sendirian.
Sebagaimana Shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu ta'āla 'anhu pernah berujar:
الجماعة ماوافق الحق؛ وإن كنت وحدك
_"Jamā'ah itu sesuai dengan kebenaran, dia bersama kebenaran meskipun engkau sendirian."_
Jika orang sendiri tetapi dia berdasarkan Al Qur'ān dan Sunnah, berdasarkan ajaran Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka dia juga disebut jamā'ah.
Kalau kita membaca artikel yang mengutip hadīts-hadīts tentang jamā'ah (misalnya):
"Ikutilah jamā'ah maka engkau tidak akan sesat."
Atau dengan hadīts dengan lafazh:
"Sawadhul a'dham."
_Sekumpulan orang banyak._
Maka ini tidak serta merta diartikan bahwa mayoritas itu yang benar. Tidak bisa seperti itu!

Maka timbangannya atau ukurannya adalah apakah dia sesuai dengan kebenaran atau tidak. Karena 'sawadhul a'dham" atau jamā'ah atau lafazh-lafazh semisalnya di dalam syari'at artinya lebih luas dari arti bahasa.
Kalau arti bahasa memang dia adalah segolongan orang yang banyak, tetapi secara syari'at artinya bisa segolongan orang yang banyak yang bersatu padu tidak bercerai berai di dalam kebenaran atau orang yang sendirian tetapi dia komitmen dengan kebenaran.
Di dalam hadīts-hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, tidak ada hadīts yang secara lugas mengatakan, "Ikutilah ahlus sunnah wal jamā'ah." Tidak ada!
Yang ada seperti hadīts yang sering kita dengar dihari Jum'at.
فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيراا 
_"Barangsiapa yang hidup nantinya setelahku maka akan melihat perbedaan yang banyak."_
Maka solusinya bagaimana?
Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan:
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين وهل
_"Hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah-sunnah Khulafā'i rāsyidīn almahdīyin."_
Sunnah Khulafā'i rāsyidīn secara umum yaitu jalan atau metode beragama para shahābat atau metode beragama Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, pedoman beragama yang Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ajarkan mulai dari 'aqidah, akhlaq, ibadah wajib atau sunnah dan sebagainya.
Hendaknya kita berpegang dengan itu semua.
Di sini dikatakan "sunnatiy" tidak disebut "ahlus sunnah" dan sebagainya.
Ini saja yang bisa saya sampaikan.

وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
_________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA
▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*
📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda.*
Contoh : 100.025
_________________

Selasa, 17 Juli 2018

MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB (BAGIAN 5)

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 3*▪
🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 4 Dzulqo'dah 1439 H / 17 Juli 2018 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 008 | Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab (Bagian 05)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H008bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H008
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB  (BAGIAN 5)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد

Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh 'Azza wa Jalla.
Alhamdulilāh, kita telah sampai pada halaqah yang ke-8 dari kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية)
Pada halaqah sebelumnya kita membahas apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullāh di dalam muqaddimah kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية).
Beliau (rahimahullāh) memulai dengan;
√Bismillāhirrahmānirrahīm (بسم اللّه الرحمن الرحيم).
√ Pujian kepada Allāh (Hamdallāh).
√ Menyaksikan (bersaksi) dengan dua kalimat syahadat.
√ Shalawat.
Maka setelah membuka kitābnya dengan hal yang tadi saya sebutkan, kemudian beliau menyebutkan dengan:
أما بعد: فهذا اعتقاد الفرقة الناجية المنصورة إلى قيام الساعة، أهل السُّنَّة و الجماعة
_Amā ba'du, inilah i'tiqad ('aqidah) firqah an nājiyyah al manshūrah (yang senantiasa ditolong) sampai hari kiamat nanti, mereka adalah ahlus sunnah wal jama'ah._
Demikianlah artinya secara singkat.
Sekarang kita mulai memaknai satu persatu lafadz yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.
Beliau memulai dengan "amā ba'du" (أما بعد).
Kita sering mendengar diceramah-ceramah dan sebagainya kata "amā ba'du" ini.
Arti "amā ba'du" adalah "maka setelahnya",  arti mudahnya seperti itu. Yang fungsinya agar menjadi pemisah antara perkataan atau kalimat sebelumnya yang merupakan pembukaan dengan kalimat yang akan diucapkan setelahnya.
Karena bila langsung, mungkin orang akan kaget atau sebagainya, sehingga ulamā dalam cara berbicara atau dalam buku-buku mereka, mereka mengucapkan "amā ba'du" atau "maka setelahnya".
Akhirnya pengucapan "amā ba'du" ini dijadikan tradisi oleh kita, baik penceramah ataupun siapa saja yang sedang berbicara dalam lingkup resmi biasanya mengucapakan kata "amā ba'du" setelah pembukaan.
Maka kata beliau:
أما بعد: فهذا اعتقاد الفرقة الناجية
_"Inilah i'tiqād ('aqidah) firqah an nājiyyah (buku ini memuat 'aqidah firqah an nājiyyah)."_
Apakah aqidah itu?
'Aqidah adalah hal-hal yang harus diyakini oleh seorang muslim (manusia) dalam hatinya dan harus diikat dengan kuat.
Ini berkenaan dengan hal-hal hati, yang harus diyakini. Seperti masalah imān, masalah ke-Esa-an Allāh Azza wa Jalla, masalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, apakah beliau itu ma'shum atau tidak?
Tentu kita yakin bahwa beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) adalah ma'shum.
Ini semua wilayah keyakinan bukan wilayah amal. Beda dengan haji, shalāt atau sebagainya yang merupakan wilayah amal badan.
Kalau 'aqidah wilayahnya adalah wilayah hati, wilayah keyakinan meskipun nanti amalan-amalan bisa mencoreng 'aqidah.
Bukan berarti 'aqidah itu yang penting hatinya baik, tapi tidak beramal. Tidak!
Nanti secara detail akan dijelaskan (in syā Allāh) 'aqidah adalah hal-hal yang harus diyakini.
Buku ini memuat 'aqidah apa?
Apakah 'aqidah seluruh agama?
Apakah 'aqidah seluruh kelompok dalam Islām yang kita lihat di zaman kekinian yang sangat bervariasi?
Maka di sini beliau menjelaskan:
فهذا اعتقاد الفرقة الناجية
_Kitāb ini membahas 'aqidah-'aqidah firqah an nājiyyah._
Apakah firqah nājiyyah itu?
Kenapa kita harus belajar firqah nājiyyah itu?
Kenapa Ibnu Taimiyyah mengarang kitāb untuk menjelaskan 'aqidah firqah nājiyyah?
• Firqah Nājiyyah
Firqah, secara bahasa adalah "kelompok". Nājiyyah artinya "selamat".
Firqah nājiyyah bukan barang baru atau hal baru diperkarsai oleh Ibnu Taimiyyah, istilah ini sudah digunakan oleh ulamā di zaman-zaman sebelumnya.
Dari mana istilah ini muncul?
Istilah ini muncul merupakan intisari atau diambil dari perkataan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadīts yang menyatakan bahwa umat Islām akan terpecah menjadi 73 golongan dan yang selamat kata beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam):
كلها في النار الا واحدة
_"Dari 73 golongan tersebut diancam masuk neraka yang selamat hanya satu."_
Kenapa saya katakan, "diancam"?
Karena bisa jadi dari 72 golongan itu yang mungkin di akhir hayatnya diampuni oleh Allāh atau karena ketidak tahuan mereka sehingga mereka melakukan hal tersebut, sehingga tidak serta merta masuk neraka tetapi  mereka terancam.
Jadi sangat bahaya sekali jika mereka ber'aqidah atau pemikiran mereka sesuai dengan 72 kelompok ini.
كلها في النار الا واحدة
_"Yang selamat hanya satu kelopok saja."_
Siapakah yang selamat itu ?
⇒ Mereka adalah orang-orang  yang menempuh jalan Nabi dan para shahābat (merekalah yang akan selamat).
Ketika dia yang selamat maka disebut dengan firqah nājiyyah atau kelompok yang selamat.
Kalau kelompok firqah nājiyyah yang selamat, maka penting bagi kita untuk mempelajari apasih 'aqidah mereka sehingga mereka bisa selamat.
Selanjutnya:
 فهذا اعتقاد الفرقة الناجية المنصورة إلى قيام الساعة
_Inilah buku atau tulisan yang memuat 'aqidah firqah nājiyyah al manshūrah yang mereka (kelompok ini) senantiasa ditolong sampai akhir hayat atau akhir zaman._
⇒ Jadi firqah nājiyyah ini adalah kelompok yang akan senantiasa di tolong atau bahasa Arabnya: المنصورة.
Di sini pula sering kita mendengar ada yang sering mengutip tentang "thāifah al manshūrah".
Maksud thāifah al manshūrah itu sama seperti firqah nājiyyah, maksudnya adalah kelompok yang ditolong.
Kata al manshūrah diambil dari hadīts riwayat Bukhāri di mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
"Senantiasa ada di dalam umatku kelompok yang senantiasa berdiri di atas kebenaran, maka tidak berbahaya, siapa yang tidak menolong mereka atau yang menghalangi mereka sampai datang ketetapan Allāh."
Maksudnya sampai datang ketetapan Allāh adalah sampai nanti manusia yang berimān semua akan ditiup. Di akhir zaman nanti akan datang angin yang membuat orang-orang mukmin yang terkena angin tersebut meninggal dunia.
Sebelum dunia ini hancur akan ada angin yang membuat sisa-sisa orang-orang mukmin meninggal dunia.
Jadi ketika hari kiamat nanti (ketika hari H nya), semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla  menyelamatkan kita semua, tidak ada lagi orang yang berimān karena nyawa orang berimān sudah dicabut dengan wasilah atau perantara angin.
Jadi maksud manshūrah adalah orang-orang yang berimān yang akan senantiasa ditolong sampai datang ketetapan Allāh yaitu orang-orang berimān akan diwafatkan.
Karena mereka adalah kelompok yang dan ditolong dan firqah yang selamat, maka penting bagi kita untuk mempelajari aqidahnya yang in syā Allāh akan diurai oleh Imām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.
Ini saja yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.
 وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
_________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA
▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*
📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda.*
Contoh : 100.025
_________________

Senin, 16 Juli 2018

MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB (BAGIAN 4)

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 3*▪

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 3 Dzulqoidah 1439 H / 16 Juli 2018 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 007 | Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab (Bagian 04)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H007
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB  (BAGIAN 4)*


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد


Sahabat BiAS yang dimuliakan oleh Allāh 'Azza wa Jalla.

Alhamdulilāh, kita telah sampai pada halaqah yang ke-7 dari kitāb Al 'Aqidah Al Wāsithiyah (العقيدة الواسطية)

Pada halaqah sebelumnya kita membahas apa yang ditorehkan (ditulis) oleh Ibnu Taimiyyah di dalam muqaddimah kitāb Al 'Aqidah Al Wāsithiyah (العقيدة الواسطية).

Beliau (rahimahullāh) memulai dengan;

√Bismillāhirrahmānirrahīm (بسم اللّه الرحمن الرحيم).
√Pujian kepada Allāh.
√Syahadat, beliau bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang hak melainkan Allāh 'Azza wa Jalla.

Maka masih dalam pembukaan atau pendahuluan Al 'Aqidah Al Wāsithiyah, setelah beliau bersaksi: 'Lā ilāha illallāh (Tiada sesembahan yang hak melainkan Allāh 'Azza wa Jalla), beliau melanjutkan dengan bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah utusan Allāh dan juga hamba Allāh.

Saya bacakan apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullāh:

قال إبن تيمية رحم الله, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه و على آله وسلم تسليما مزيدا

_Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullāh:_

_"Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan rasūl-Nya, (maksudnya) hamba dan rasūl Allāh. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla melimpahkan shalawatNya kepada Nabi dan keluarganya dan semoga Allāh memberikan keselamatan (salam) kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."_

Di sini, Ibnu Taimiyyah rahimahullāh memulai persaksiannya dengan mengatakan:

وأشهد أن محمدا عبده ورسوله

_"Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan rasūlNya."_

Sahabat BiAS sekalian.

Kalau kita perhatikan redaksi ini, bagaimana Ibnu Taimiyyah menggunakan, "Bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan rasūl Allāh," ini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaknya berlaku proposional (seimbang) terhadap Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bagaimana maksudnya?

Maksudnya ketika seorang muslim mengikrarkan bahwasanya dia bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba Allāh (عبده) ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam bukanlah seorang Tuhan, bukanlah illāh, bukan sesembahan yang patut disembah. 

Maka ini menunjukkan tercelanya (kelirunya) orang-orang yang sampai meninggikan derajat Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, sehingga tidak ada bedanya dengan derajat ketuhanan.

Seperti:

Kaum Nashrāni yang memuja-muja nabi mereka bahkan beribadah kepada nabi mereka atau beberapa kelompok yang menisbatkan diri mereka kepada Islām dan mereka menyembah bahkan meminta anak, rejeki dan sebagainya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Mereka meminta dipenuhi hajatnya oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam atau memuja Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan sihir-sihir yang kalau kita dalami maknanya ada di situ hal-hal yang menyerupai sesuatu yang itu khusus untuk Allāh 'Azza wa Jalla saja.

Selanjutnya Ibnu Taimiyyah rahimahullāh mengatakan: ورسوله, beliau bersaksi bahwanya Nabi Muhammad adalah hamba Allāh dan rasūl-Nya, ini juga menjadikan kita tidak meremehkan rasūl.

Jadi di sini kita berada ditengah-tengah, tidak menuhankan Rasūlullāh, karena Rasūlullāh  adalah hamba-Nya, namun meskipun beliau adalah hamba Allāh (manusia) namun beliau bukan manusia biasa.

Beliau adalah Nabi (rasūl Allāh) yang perkataan dan perbuatannya adalah wahyu yang harus kita turuti.

Tidak seperti kaum liberal (orang Yahūdi) yang meremehkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, atau orang-orang Islām yang acuh (tidak peduli) terhadap hadīts-hadīts Nabi dan sebagainya. Maka ini juga merupakan tindakan yang tercela.

Maka dengan mengatakan: عبده ورسوله (hamba dan rasūlNya), maka sejatinya seorang muslim berada ditengah-tengah dari mengangungkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam secara berlebihan dan meremehkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam seakan-akan beliau bukan rasūl dan sebagainya.

Setelah Ibnu Taimiyyah bersaksi kemudian beliau bershalawat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dengan mengatakan:

صلى الله عليه و على آله وسلم تسليما مزيدا

_"Semoga shalawat tercurahkan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan keluarganya dan semoga Allāh memberikan keselamatan (salam) kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."_

Shalawat dari Allāh, apa maksudnya?

Banyak tafsiran tentang apa yang dimaksud dengan Allāh bershalawat kepada Nabi.

Maka tafsiran yang paling baik sebagaimana yang diucapkan oleh Abdul Aliyyah bahwa shalawat Allāh bermakna:

صلاة الله على رسوله سنائه عليه في الملاء الأعلى

_"Pujian Allāh terhadap Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam diantara malāikat-malāikat-Nya._

Dalam artian, Allāh memuji Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam di hadapan para malāikat, inilah yang dimaksud shalawat Allāh 'Azza wa Jalla.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

_"Wahai orang-orang yang berimān, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."_

(QS Al Ahzāb: 56)

Sedangkan shalawat hamba untuk Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam maksudnya adalah mereka meminta Allāh untuk memberikan shalawatnya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Apa itu shalawat Allāh kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam itu?

Allāh Subhānahu wa Ta'āla memuji Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di hadapan para malāikat-Nya.

Dan shalawat memiliki faedah yang sangat agung. Shalawat memiliki keutamaan yang banyak, bahkan kalau kita mau melirik kitāb Jala'ul Afham yang dikarang oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, di situ disebutkan kurang lebih ada 100 manfaat shalawat.

(Saya kurang tahu apakah kitāb ini sudah diterjemahkan atau tidak. Namum bila sudah diterjemahkan silahkan dicari dan dibaca, bagaimana luar biasanya keutamaan dari shalawat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.)

Maka hendaknya kita memperbanyak shalawat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Shalawat yang paling mudah adalah:

اللهم صلِّ على محمد

_"Yā Allāh, curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad."_

Tidak perlu waktu tertentu atau dengan berjama'ah. Shalawat di mana saja dan jadwalkan ketika waktu senggang atau mungkin ketika kita bepergian, sambil menyetir mobil atau membawa motor atau menunggu bis dan sebagainya. Kita bershalawat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sambil menunggu kegiatan-kegiatan kita agar berkah waktu kita.

Selanjutnya beliau mengatakan:

و على آله

_"Dan shalawat semoga tercurahkan kepada keluarga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam."_

Siapa yang dimaksud keluarga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam?

Keluarga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bisa memiliki dua makna:

⑴ Bisa diartikan keluarga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang haram menerima zakāt, yaitu keluarga Nabi dari jalur Banī Hāsyim.

Salah satunya, shahābat Āli bin Abī Thālib atau paman beliau Hamzah atau paman beliau 'Abbās atau sepupu beliau Ibnu Abbās dan lainnya, ini termasuk golongan ahli Nabi atau yang sering disebut ahlil bayt atau di zaman sekarang sering dipanggil dengan sebutan habib.

Itu mungkin orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan atau mereka keturunan dari Banī Hāsyim.

Soal kita percaya atau tidak, apakah masih ada atau tidak keturunan rasūl di zaman sekarang, masih ada, hanya saja memang ada yang betul yang memang mereka memiliki pohon nasab.

Jadi kalau kita tanya apakah betul anda keturunan dari Banī Hāsyim atau ahlil bayt ? Maka dia bisa memberikan nasabnya.

Mungkin ada juga yang pura-pura, namun yang penting kita harus memuliakan ahlil bayt yang nanti akan dijelaskan oleh Ibnu Taimiyyah di akhir kitāb.

Di bab-bab poin akhir, Ibnu Taimiyyah rahimahullāh menjelaskan hak-hak ahlul bayt.

Namun perlu diperhatikan bahwa ahlul bayt tidak ma'shum, sehingga ahlul bayt bisa keliru, bisa berfatwa keliru bahkan mungkin bisa condong terhadap beberapa kelompok sesat. Bahkan ada keluarga Nabi yang (maaf) dikāfirkan dan tidak dianggap sebagai ahlul bayt, seperti Abū Lahab.

Abū Lahab dari Banī Hāsyim, namun kenapa tidak disebut ahlul bayt atau keluarga Nabi?

Karena beliau menyimpang, karena Abū Lahab telah terjerumus ke dalam kekāfiran.

Selanjutnya adalah:

 وسلم تسليما مزيدا

_Semoga salam dari Allāh tercurah kepada Nabi Muhammad. Salam maksudnya adalah do'a, kita meminta kepada Allāh agar memberikan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam keselamatan dari segala kekurangan, dari segala kehinaan dan sebagainya._

Ini saja yang dapat saya sampaikan, in syā Allāh kita akan lanjutkan pada halaqah berikutnya.


وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

_____________________
🏡 *Donasi Markas* Dakwah dapat disalurkan melalui :
| Bank Mandiri Syariah
| Kode Bank : 451
| No. Rek : 710-3000-507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
Konfirmasi Transfer *Hanya Via WhatsApp* & Informasi ;  0811-280-0606
SWIFT CODE : BSMDIDJA

▪ *Format Donasi : Markas Dakwah#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 25 di nominal transfer anda.*

Contoh : 100.025
_____________________

...

Kamis, 12 Juli 2018

OBAT ALAMI SAKIT GIGI

 

OBAT ALAMI SAKIT GIGI

Negara kita amat kaya dengan bahan-bahan yang bisa dijadikan sebagai ramuan tradisional sakit gigi. Oleh sebab itu, anda tidak akan kesulitan mendapatkannya, karena bahkan tersedia di rumah anda setiap hari.

Berikut adalah beberapa tanaman obat yang biasa dimanfaatkan untuk mengatasi sakit gigi:

🌵1. Bawang Putih

Cara menyiapkannya mudah; anda hanya perlu berkumur dengan air hangat yang dicampur bawang putih.

🌵2. Bawang Merah

Ambil 1 siung bawang merah dan taruh di bagian gigi yang sakit. Kandungan antri microba pada bawang merah bisa membantu untuk mengatasi masalah infeksi yang sering menjadi penyebab dari sakit gigi.

🌵3. Merica Dan Garam

Cara menyiapkannya adalah dengan mencampurkan garam dengan merica. Kemudian ramuan tersebut bisa ditambahkan dengan beberapa tetes air sehingga membentuk seperti pasta. Atau, anda juga bisa memanfaatkan garam saja. Caranya adalah dengan berkumur menggunakan air garam.

(Sehat Alami)

Rabu, 11 Juli 2018

MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB (BAGIAN 3)

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 2*▪

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 27 Syawal 1439 H / 11 Juli 2019 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 006 | Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab (Bagian 03)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H006
〰〰〰〰〰〰〰

 

*MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB  (BAGIAN 3)*
 

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن والاه، اما بعد


Sahabat BiAS yang dimuliakan oleh Allāh 'Azza wa Jalla.

Alhamdulilāh, kita telah sampai di halaqah yang ke-6 dari kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية).

Sahabat BiAS rahīmani wa rahīmakumullāh.

Di dalam halaqah-halaqah sebelumnya kita telah sedikit membahas apa yang ditorehkan (ditulis) oleh Ibnu Taimiyyah di dalam muqaddimah kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية).

Beliau memulai kitāb ini dengan mengucap Basmallāh dan memulai dengan memuji Allāh 'Azza wa Jalla dan kali ini kita lanjutkan apa yang beliau tulis setelah pujian kepada Allāh 'Azza wa Jalla.

Beliau rahimahullāh berkata:

وأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، إقرَاربه و التوحيد

_Dan aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allāh 'Azza wa Jalla, hanya Allāh lah yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya._

_Saya mengikrarkannya dengan lisan (mengucapkan kalimat 'Lā ilāha illallāh dengan lisan) dan juga merealisasikan (makna 'Lā ilāha illallāh) dalam perbuatan._

Yaitu dengan mengikhlāskan seluruh ibadah, baik ibadah yang berkenaan dengan jasmani atau badan seperti shalāt, menyembelih dan sebagainya atau ibadah yang berkenaan denga hati seperti tawakal, takut, rasa harap, cemas dan lain sebagainya yang hanya diberikan untuk Allāh 'Azza wa Jalla.

Di sini, tadi saya menerjemahkan:

أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ الله

_"Saya bersaksi tiada sesembahan yang patut disembah melainkan Allāh 'Azza wa Jalla._

Mungkin akan timbul pertanyaaan, kenapa tidak diterjemahkan dengan makna yang sudah umum dimasyarakat kita atau yang lebih dikenal dengan "Tidak ada Tuhan selain Allāh" ?

Maka jawabannya:

Terjemahan "Lā ilāha illallāh" dengan "Tiada Tuhan selain Allāh" itu kurang lengkap. Itu hanyalah mengandung sedikit makna dari yang dikandung oleh kalimat Lā ilāha illallāh.

Kenapa ?

Karena sejatinya keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allāh, itu juga diyakini oleh orang-orang kāfir Quraisy di zaman Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Sehingga dengan demikian jika kita mengartikan "Lā ilāha illallāh" dengan "Tiada Tuhan selain Allāh" maka seharusnya kita akan mengatakan kāfir Quraisy juga telah ber Lā ilāha illallāh atau telah bertauhīd tetapi nyatanya tidak.

Kenapa demikian ?

Karena sejatinya "Lā ilāha illallāh" artinya tidak sebatas "Tidak ada Tuhan selain Allāh".

Untuk lebih jelasnya di dalam Al Qur'ān ada ayat yang menunjukkan bahwa kaum kāfir Quraisy yang dahulu diperangi oleh Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mereka juga meyakini bahwa "Tiada Tuhan selain Allāh" dalam artian tidak ada yang memberi rejeki, tidak ada yang mengatur alam kecuali Allāh 'Azza wa Jalla.

Dalīlnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

_Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?"_

_Maka mereka akan menjawab: "Allāh". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"_

(QS Yūnus: 31)

Di sini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam diperintahkan untuk bertanya.

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ

_"Siapakah yang memberi kalian rezeki kepadamu dari langit dan bumi ?"_

مَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ

_"Siapa yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan?"_

مَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ

_"Siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup?"_

مَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ

_"Siapakah yang mengatur segala urusan?"_

Mereka akan menjawab: "Allāh" dan ini menunjukkan bahwa mereka mengakui bahwa:

√ Allāh sebagai Pencipta.
√ Allāh sebagai Pengatur.

Sehingga sejatinya mereka mengakui bahwa "Tiada Tuhan selain Allāh".

Lalu kenapa mereka dihukumi sebagai orang musyrik?

Mereka dihukumi orang musyrik karena mereka tidak mengikhlāskan ibadah kepada Allāh 'Azza wa Jalla saja.

Dalam artian mereka terkadang beribadah kepada Allāh dan terkadang mereka beribadah kepada selain Allāh, sehingga mereka disebut musyrik atau yang menyekutukan. Menyekutukan ibadah antara Allāh dan selainnya.

Oleh sebab itu maka makna yang tepat dari "Lā ilāha illallāh" adalah "Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allāh 'Azza wa Jalla".

Sesembahan didunia ini banyak.

√ Terkadang nabi disembah, sebagaimana Nabi 'Īsā 'alayhissallām.
√ Terkadang pohon disembah,
√ Terkadang kuburan disembah.
√ Terkadang dewa-dewa disembah,
dan sebagainya.

Namun sejatinya semua peribadatan yang hakiki hanyalah untuk satu sesembahan saja, yaitu untuk Allāh 'Azza wa Jalla.

Inilah sesembahan yang benar, inilah sesembahan yang hak, sedangkan sesembahan yang lainnya adalah bathil.

Tentu jika kita ingin menyelami makna 'Lā ilāha illallāh secara dalam, kita harus mempelajari kitāb At Tauhīd yang ditulis oleh Imām Muhammad ibn 'Abdil Wahab.

Ini saja yang dapat saya sampaikan, in syā Allāh kita akan lanjutkan pada halaqah berikutnya.

وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

_____________________
🏦 *Donasi Dakwah BIAS* dapat disalurkan melalui :
🎗 *Bank Mandiri Syariah*
🥇 *Kode Bank : 451*
💳 *No. Rek : 710-3000-507*
🏬 *A.N : YPWA Bimbingan Islam*

📲 Pendaftaran Donatur Tetap & Konfirmasi Transfer *Hanya via WhatsApp* ke ;  *0878-8145-8000*

SWIFT CODE : BSMDIDJA (Luar Negeri)

▪ *Format Donasi :  DONASIDAKWAHBIAS#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 700 di akhir nominal transfer anda..*
_____________________

Selasa, 10 Juli 2018

MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB (BAGIAN 2)

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 2*▪

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 26 Syawal 1439 H / 10 Juli 2019 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 005| Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab (Bagian 02)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H005
〰〰〰〰〰〰〰

 

*MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB  (BAGIAN 2)*
 

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد


Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Alhamdulilāh, kita telah sampai di halaqah yang ke-5 dari kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية), kita telah sampai pada muqaddimah yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah dalam kitābnya.

Pada halaqah sebelumnya beliau membuka kitāb ini dengan: بسم اللّه الرحمن الرحيم, maka pada halaqah ini kita lanjutkan apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah di dalam pembukaan kitāb ini (العقيدة الواسطية).

Beliau rahimahullāh berkata:

الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا 

_"Segala puji bagi Allāh, yang telah mengirim rasūl-Nya, dengan ilmu dan agama atau dengan amal shālih untuk mengangkat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, mengangkatnya di atas seluruh agama-agama yang ada dan cukuplah Allāh sebagai saksi."_

Di sini Ibnu Taimiyyah memulai setelah mengucapkan basmallāh beliau melanjutkan dengan hamdallāh.

⇒ Alhamdulilāh artinya Segala puji bagi Allāh 'Azza wa Jalla.

Setiap perkataan atau perbuatan yang berkenaan dengan pujian, maka ketika kita mengucapkan alhamdulilāh maka seluruhnya dihaturkan kepada Allāh 'Azza wa Jalla.

Jadi cukup kita mengucapkan "Alhamdulilāh" maka segala pujian yang ada di dunia ini bagaimanapun bentuknya, perkataannya, maka itu dihaturkan (sudah dicakup) dengan alhamdulilāh.

Membuka sebuah kitāb atau ceramah dengan alhamdulilāh, memiliki dasar hadīts yang diriwayatkan oleh Abū Dāwūd.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

كل أمرٍ ذي بال لا يبدأ فيه: بالحمد لله فهو أقطع 

_"Segala urusan yang tidak dimulai dengan alhamdulilāh maka dia terputus."_

(Hadīts hasan riwayat Abū Dāwūd nomor 1394 dan yang lainnya)

Apa maksud terputus?

Maksudnya tidak ada berkahnya atau berkahnya hilang (terputus) dan sebagainya. Maka sunnah untuk memulai tulisan, ceramah dan lainnya selain dengan "Basmallāh" yaitu dengan "Alhamdulilāh".

Kita mengatakan Alhamdulilāh memuji Allāh karena sifat-sifat dan nama-nama-Nya dan juga karena nikmat yang Allāh berikan kepada kita.

Dan salah satu nikmat yang Allāh berikan sebagaimana yang diucapkan oleh (ditulis) oleh Ibnu Taimiyyah disini adalah:

الذي أرسل رسوله بالهدى

_"Segala puji bagi Allāh yang telah mengutus rasūlnya dengan ilmu."_

Maksud بالهدى adalah hidayah atau ilmu-ilmu yang bermanfaat, (seperti) hadīts atau khabar Nabi tentang hari kiamat atau bagaimana Nabi mengajarkan kita shalāt. Ini semua adalah Hudā (هدى).

Jadi, Allāh mengutus Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak cukup dengan ilmu saja tetapi dengan ilmu yang bermanfaat dan juga dengan amal shālih (دين الحق).

ليظهره على الدين كله  

_Allāh mengangkat (meninggikan) Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dari segala agama._

Jadi tidak ada lagi agama yang lebih tinggi dari agama yang dibawa oleh Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam. Semua agama sudah dihapus dan semua orang wajib untuk beragama Islām (wajib untuk mengimāni Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam).

وكفى بالله شهيدا

_Dan cukuplah Allāh sebagai saksi (bagi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam)._

Inilah pembukaan setelah Basmallāh yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah, in syā Allāh pembukaan berikutnya beliau akan memulai dengan syahadat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan juga kepada Rasūl Nya.

In syā Allāh akan kita lanjutkan dihalaqah berikutnya.

Demikian.

وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

_____________________
🏦 *Donasi Dakwah BIAS* dapat disalurkan melalui :
🎗 *Bank Mandiri Syariah*
🥇 *Kode Bank : 451*
💳 *No. Rek : 710-3000-507*
🏬 *A.N : YPWA Bimbingan Islam*

📲 Pendaftaran Donatur Tetap & Konfirmasi Transfer *Hanya via WhatsApp* ke ;  *0878-8145-8000*

SWIFT CODE : BSMDIDJA (Luar Negeri)

▪ *Format Donasi :  DONASIDAKWAHBIAS#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 700 di akhir nominal transfer anda..*

_____________________

MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB (BAGIAN 1)

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS EVALUASI PEKANAN 2*▪

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 25 Syawal 1439 H / 09 Juli 2019 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 004| Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H004
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH;  MUQADDIMAH PENULIS KITAB (BAGIAN 1)*

 
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد


Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Alhamdulilāh, kita kembali lagi pada kajian kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية) yang sekarang memasuki halaqah ke-4.

Pada halaqah yang lalu telah disampaikan garis besar bahasan kitāb Al 'Aqidah Al Wāsithiyah yang dikarang oleh Imām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Pada kesempatan kali ini, kita akan masuk pembahasan apa yang dibahas oleh Imām Ibnu Taimiyyah.

Sahabat BiAS sekalian,

Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah di awal bukunya berujar:

بسم اللّه الرحمن الرحيم

Syaikhul Islām Ibnu dalam pembukaannya memulai dengan:

بسم اللّه الرحمن الرحيم

Sebelum kita melangkah lebih lanjut membaca muqaddimah yang akan disampaikan Ibnu Taimiyyah rahimahullāh maka pada halaqah kali ini kita sempatkan dahulu untuk membahas arti dari:

بسم اللّه الرحمن الرحيم

_Bismillāhirrahmānirrahīm_

Sebagaimana yang sudah tidak asing lagi bagi kita, sering kita baca atau dengar dengan artian, "Dengan menyebut nama Allāh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."

Itu adalah tafsiran atau terjemahan secara umum. Kita sedikit mendalami tafsiran ini, kita mulai dari "Bismillāh".

"Bismillāh" dalam artian "Dengan nama Allāh", tentu kalau kita mengartikan dengan nama Allāh, maka kalimatnya tidak sempurna, harus ada yang menyempurnakannya.

Misalnya:

Orang mengatakan, "Dengan sendok."

Kita tidak paham apa yang dia maksud "dengan sendok". Kita akan paham ketika kalimatnya menjadi, "Saya makan dengan sendok," atau, "Dengan perantara sendok," dan sebagainya.

Begitu pula dengan "Bismillāhirrahmānirrahīm", yang kalau kita artikan secara harfiah (leterlex) maka artinya adalah "Dengan menyebut nama Allāh yang Rahmān dan Rahīm".

Maksud dari "dengan nama Allāh" disini adalah "dengan nama Allāh saya memulai aktifitas saya".

Maka ketika Ibnu Taimiyyah meletakkan "Bismillāhirrahmānirrahīm" di dalam muqaddimah kitāb ini, berarti: "Dengan menyebut nama Allāh yang Rahmān dan Rahīm, maka saya memulai kitāb ini."

Dengan demikian Ibnu Taimiyyah meminta pertolongan Allāh 'Azza wa Jalla dalam menulis kitāb ini, karena manusia satu detikpun dia tidak bisa lepas dari taufīq dan bantuan Allāh 'Azza wa Jalla.

Tindakan Ibnu Taimiyyah memulai kitābnya dengan "Bismillāhirrahmānirrahīm" merupakan (mencontoh) dari Al Qur'ānul Karīm yang dimulai dengan "Bismillāhirrahmānirrahīm".

Begitu pula dengan mencontoh surat-surat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang dikirimkan kepada raja-raja yang dimulai dengan "Bismillāhirrahmānirrahīm".

Selanjutnya arti lafadz Jalallāh ("Allāh" Subhānahu wa Ta'āla).

Artinya adalah dzat yang memiliki hak (patut) untuk diibadahi. Sebagaimana perkataan Ibnu 'Abbās radhiyallāhu ta'āla 'anhu.

Selanjutnya Ar Rahmān Ar Rahīm.

Sering kita dapati yang diartikan "Maha Pengasih dan Maha Penyayang".

Namun sejatinya, kalau kita membaca (membuka) buku-buku tafsir para ulamā, maka Ar Rahmān Ar-Rahīm ini, diartikan dengan lebih dalam di dalam buku-buku tersebut.

Ulamā mengartikan Ar Rahmān Ar Rahīm ini sejatinya sama. Dia adalah nama Allāh yang menunjukkan Allāh memiliki sifat Rahmān (kasih sayang).

Namun apa yang membedakannya?

Ar Rahmān dipakai untuk menunjukkan bahwa Allāh memiliki sifat rahmāh, Allāh Maha Penyayang, Allāh memiliki sifat kasih sayang.

Ar Rahīm dipakai di dalam redaksi (kalimat-kalimat) yang menunjukkan perbuatan Allāh atau menunjukkan rahmat Allāh terhadap makhluknya.

Jadi seakan-akan: kalau Ar Rahmān itu secara Dzat, Allāh Maha Pengasih. Sedangkan Ar Rahīm, Allāh melakukan kasih sayang terhadap hamba-hamba-Nya.

Kalau kita lihat di Al Qur'ān ketika menyebutkan bahwa Allāh mengasihi makhluknya maka menggunakan kata Rahīm bukan Rahmān.

Misalnya:

Firman Allāh 'Azza wa Jalla:

وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًۭا

_"Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang berimān."_

(QS Al Ahzāb: 43)

⇒ Artinya Allāh mengasihi mereka, Allāh menggunakan "Rahīm" bukan "Rahmān".

Dalam ayat yang lain, Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌۭ رَّحِيم

_"Sesungguhnya Allāh Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia."_

(QS Al Baqarah: 143 dan QS Al Hajj: 65)

Itulah perbedaan Rahmān dan Rahim.

Yang tentunya kenapa diartikan menjadi Maha Pengasih dan Maha Penyayang, (Wallāhu A'lam) jika diartikan secara mendalam maka akan panjang dan sulit dipahami apalagi bagi kita yang mungkin tidak terlalu paham dengan bahasa Arab.

Maka untuk memudahkan, ulamā-ulamā kita hanya mencukupkan menafsirkan Ar Rahmān Ar Rahīm dengan Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Ini saja yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf, in syā Allāh kita lanjutkan dihalaqah berikutnya.

وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

_____________________
🏦 *Donasi Dakwah BIAS* dapat disalurkan melalui :
🎗 *Bank Mandiri Syariah*
🥇 *Kode Bank : 451*
💳 *No. Rek : 710-3000-507*
🏬 *A.N : YPWA Bimbingan Islam*

📲 Pendaftaran Donatur Tetap & Konfirmasi Transfer *Hanya via WhatsApp* ke ;  *0878-8145-8000*

SWIFT CODE : BSMDIDJA (Luar Negeri)

▪ *Format Donasi :  DONASIDAKWAHBIAS#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 700 di akhir nominal transfer anda..*

_____________________

Rabu, 04 Juli 2018

MUQADDIMAH - GAMBARAN ISI KITAB SECARA UMUM

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN EVALUASI PEKANAN* ▪

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 20 Syawal 1439 H / 04 Juli 2018 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 003| Muqaddimah - Gambaran Isi Kitab Secara Umum
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H003
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH - GAMBARAN ISI KITAB SECARA UMUM*

 
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليك ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد


Sahabat BiAS yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Alhamdulilāh, kita kembali lagi pada kajian kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية) yang sekarang memasuki halaqah ke-3.

Pada halaqah pertama kita menjelaskan pentingnya menuntut ilmu dan pada halaqah sebelumnya sedikit kita singgung biografi dari Ibnu Taimiyyah rahimahullāh yang mengarang kitāb ini (العقيدة الواسطية).

Pada halaqah kali ini kita akan melihat 'Aqidah Wāsithiyah secara global (umum).

√ Apa yang dibahas di dalam kitāb ini (العقيدة الواسطية) ?
√ Materi apa saja yang dibahas di dalam kitāb ini (العقيدة الواسطية) ? dan sebagainya.

Secara garis besar, kitāb Al 'Aqidah Al Wāsithiyah (العقيدة الواسطية) memuat pokok-pokok penting 'aqidah yang harus diketahui oleh kaum muslimin dan kitāb Al 'Aqidah Al Wāsithiyah (العقيدة الواسطية) ini menitik beratkan pada ma'rifatullāh.

Apa itu ma'rifatullāh ?

⇒ Ma'rifatullāh adalah mengenal Allāh 'Azza wa Jalla melalui sifat-sifat dan nama-nama- Nya (Asma Al Husna).

Ma'rifatullāh di sini bukan berarti ma'rifatullāh yang mungkin tersebar di masyarakat sebagai suatu tingkatan dalam agama yang kalau seseorang sudah mencapainya maka ada yang sampai bersatu dengan Allāh (na'ūdzu billāhi).

Ada pendapat sesat demikian yang mereka katakan, "Inilah ma'rifatullāh," atau ada juga yang mengatakan, "Maka sudah bebas syari'at," atau ada yang mungkin tidak sebahaya itu tetapi mungkin membuat dzikir-dzikir bid'ah (tidak sesuai dengan tuntunan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam).

Seperti hanya sekedar mengatakan, "Hu.... hu...," saja. Jadi tidak mengatakan "Allāh" atau "Lā ilāha illallāh" tetapi mengatakan "Hu.... hu...,"saja. mungkin sambil Mungkin menari-nari dan mereka menamakan itu adalah ma'rifatullāh.

Ma'rifatullāh yang dimaksud bukanlah yang seperti ini. Yang di maksud ma'rifatullāh di sini adalah ma'rifatullāh yang benar yang sesuai dengan bahasa.

• Ma'rifat secara bahasa artinya "pengetahuan", dan
• Allāh adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Jadi ma'rifatullāh adalah pengetahuan atau mengilmui (memahami) Allāh 'Azza wa Jalla melalui sifat-sifat dan nama-nama-Nya.

Inilah yang dititik beratkan oleh Imām Ibnu Taimiyyah di dalam kitābnya ini.

Selain membahasa sifat-sifat Allāh dan nama-nama-Nya, Ibnu Taimiyyah juga membahas tentang:

√ Imān kepada takdir (takdir baik dan takdir buruk).
√ Imān kepada hari akhir.
√ Dan juga ada tambahan-tambahan lain yang dia adalah pelengkap dari imān, (seperti) pelaku maksiat apakah dia dikāfirkan atau tidak ? atau masih masuk imān tetapi imānnya kurang.

√ Dan bagaimana posisi kita terhadap shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, semua dijelaskan dalam kitāb ini dan ini merupakan pelengkap dari imān seorang muslim.

√ Dan juga terhadap saudara-saudara Nabi atau keluarga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang disebut dengan ahlul bait.

Apakah kita harus mencintai ahlul bait atau harus membencinya?

Bagaimana posisi yang tepat sebenarnya, ini juga akan dijelaskan oleh Imām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Dan juga masalah akhlaq, nanti akan disebutkan di akhir, karena akhlaq adalah penyempurna imān, karena banyak sekali hal-hal yang menyangkut dengan akhlaq dikaitkan dengan imān.

Contohnya seperti memuliakan tetangga. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ . قِيْلَ: وَ مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : الَّذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

_"Demi Allāh, tidak berimān. Demi Allāh, tidak berimān. Demi Allāh, tidak berimān."_

_Ditanyakan:_

_"Wahai Rasūlullāh, siapa dia?"_

_Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjawab:_

_"Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya._

(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 6016)

Tidak berimān di sini maksudnya bukanlah tidak berimān karena dia kāfir, melainkan tidak berimān secara sempurna meskipun imānnya masih ada.

Sehingga disebutkan juga di akhir pembahasan tentang akhlaq oleh Imām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Jadi inilah Al 'Aqidah Al Wāsithiyah yang secara umum menitik beratkan sifat-sifat dan nama-nama Allāh, yang mana mempelajari sifat dan nama-nama Allāh ini memiliki keutamaan-keutamaan yang amat besar.

In syā Allāh nanti akan kita singgung ketika kita sudah masuk dalam apa yang dibahas oleh Imam Ibnu Taimiyyah.

Ini saja yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf.

وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____________________
🏦 *Donasi Dakwah BIAS* Dakwah dapat disalurkan melalui :
🎗 *Bank Mandiri Syariah*
🥇 *Kode Bank : 451*
💳 *No. Rek : 710-3000-507*
🏬 *A.N : YPWA Bimbingan Islam*

📲 Pendaftaran Donatur Tetap & Konfirmasi Transfer *Hanya via WhatsApp* ke ;  *0878-8145-8000*

SWIFT CODE : BSMDIDJA (Luar Negeri)

▪ *Format Donasi :  DONASIDAKWAHBIAS#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 700 di akhir nominal transfer anda..*
_____________________

MUQADDIMAH - SEKILAS BIOGRAFI PENULIS KITAB

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN EVALUASI PEKANAN* ▪

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 19 Syawal 1439 H / 03 Juli 2018 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 002| Muqaddimah - Sekilas Biografi Penulis Kitab
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H002
〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH - SEKILAS BIOGRAFI PENULIS KITAB*

 
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليك ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين، ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين

 
Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Alhamdulilāh, Sahabat BiAS sekalian, di halaqah yang ke-2 ini dalam kajian kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyyah" (العقيدة الواسطية), kita akan membahas tentang sosok di balik Al 'Aqidah Al Wāsithiyyah.

Al 'Aqidah Al Wāsithiyyah ini dikarang dalam rentang waktu yang cukup singkat yaitu antara waktu dhuhur dan ashar. Tentu ini akan memancing rasa ingin tahu kita akan siapa sosok dibalik Al 'Aqidah Al Wāsithiyyah.

Kenapa ?

Karena, bagaimana kitāb yang memuat pokok-pokok aqidah ahlussunnah waljamā'ah yang disertai dalīl, hadīts dan dihapal oleh ulamā di zaman kekinian atau zaman sebelumnya dan dijelaskan maksudnya, (termasuk di negara kita) hanya dikarang dalam rentang waktu sedikit. Tentu ini membuat kita ingin tahu siapa sosok penulis kitāb tersebut.

Sahabat BiAS sekalian,

Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa Al 'Aqidah Al Wāsithiyyah ini dikarang oleh Imām Ibnu Taimiyyah (Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah).

Syaikhul Islām adalah gelar yang diberikan kepada beliau dan juga gelar yang diberikan kepada ulamā-ulamā sebelum beliau yang pantas menerima gelar ini. Bahkan Abū Bakar dan 'Umar juga mendapatkan gelar Syaikhul Islām.

Ibnu Taimiyyah bukanlah nama asli beliau, nama asli beliau adalah Ahmad dan ayah beliau adalah Abdul Halim. Taimiyyah ini mungkin adalah nenek beliau yang mungkin dari jalur agak jauh dari beliau, karena ayah dan kakek beliaupun dinisbatkan kepada Taimiyyah (keluarga beliau disebut keluarga Taimiyyah)

Keluarga Taimiyyah ini adalah keluarga ulamā, kakek beliau Ahmad Ibnu Abdul Halim adalah ulamā, beliau mengarang kitāb Muntaqa Al Akhbar, yang sekarang ada ulamā yang mencoba menjelaskan hadīts-hadīts.

Jadi kitab Muntaqal Al Akhbar adalah kitāb kumpulan hadīts dan hadīts-hadīts yang dikumpulkan oleh kakek Ibnu Taimiyyah ini dijelaskan arti hadīts (maknanya) oleh Imām Syaukani dan diberi nama Nailul Authar.

Jadi penjelasan hadīts-hadīts tersebut, kitābnya diberi nama Nailul Authar. Tentu beberapa dari kita tidak asing dengan nama Nailul Authar ini.

Ayah beliau pun adalah ulamā, maka tidak heran di keluarga Taimiyyah ini lahir seorang Syaikhul Islām yaitu Ibnu Taimiyyah.

Keluasan ilmu-ilmu Ibnu Taimiyyah sudah tidak dipungkiri lagi, ini juga bisa terlihat dari murid-murid yang ditelurkan oleh beliau.

Kalau kita bicara tentang tafsir tentu banyak nama yang akan berputar di kepala kita, salah satu nama yang mungkin akan kita ingat ketika kita mendengar kata tafsir adalah tafsir Ibnu Katsīr.

Ibnu Katsīr adalah murid dari Ibnu Taimiyyah, meskipun secara fiqih beliau banyak berpandangan dengan madzhab syāfi'i, berbeda dengan Ibnu Taimiyyah yang lebih dekat atau lebih banyak mengambil madzhab Imām Ahmad atau Imām Hambali.

Kalau kita berbicara tentang tazkiyatun nufus atau kesucian jiwa dan sebagainya banyak nama juga, salah satunya yang mungkin kita ingat adalah Imām Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Beliau adalah murid Ibnu Taimiyyah bahkan murid setianya.

Atau misalnya dalam sejarah atau dalam biografi ulamā, yang menyusun biografi ulamā atau mungkin sahālabat BiAS pernah membaca artikel (buku) lalu ada di situ disebutkan sekilas biografi ulamā lalu dicatatan kaki disebutkan bahwa biografi tersebut diambil dari kitāb Syiar A'lamin Nubala.

Kitāb Syiar A'lamin Nubala ini adalah karangan Imām Adz-Dzahabi dan beliau (Imām Adz Dzahabi) adalah murid dari Ibnu Taimiyyah.  Dan masih banyak murid Ibnu Taimiyyah yang lain yang menunjukkan luasnya ilmu sang guru.

Keluasan ilmu, selain dilihat dari muridnya juga dilihat dari karya-karyanya. Beliau banyak memiliki karya, terlebih karya-karya yang itu menjelaskan tentang 'aqidah dan bantahan terhadap 'aqidah-'aqidah menyimpang.

Mungkin karena beliau sangat intens menjaga kaum muslimin dari 'aqidah yang rusak sehingga ada beberapa orang yang kurang suka dengan beliau. Sehingga mungkin bila sahabat BiAS pernah menemukan misalnya orang yang menulis sesuatu yang jelek tentang Ibnu Taimiyyah atau menuliskan beberapa sejarah-sejarah tentang Ibnu Taimiyyah maka kita harus kroscek, apakah benar atau tidak ?

Karena bisa jadi tulisan-tulisan tersebut dibangun atas subyektifitas semata atau tidak adil dalam memandang permasalahan atau diambil dari informasi yang salah dan sebagainya. Maka kita perlu berhati-hati, kita perlu cerdas dalam memilah-milah informasi.

Selain karya-karya beliau juga keseharian beliau. Beliau merupakan ahli ibadah, ahli dzikir. Oleh karena itu Ibnu Qayyim pernah berujar:

"Ibnu Taimiyyah bisa mengarang karya dalam waktu singkat yang mungkin kalau kami yang mengarang akan memerlukan waktu yang panjang."

Karena luar biasa ilmu beliau dan ibadah juga dzikir beliau, bahkan beliau (Ibnu Taimiyyah) pernah mengatakan bahwa, "Dzikir bagi beliau seperti asupan (nutrisi)."

Ibnu Taimiyyah adalah seorang ulamā yang memiliki pemahaman yang dalam akan syari'at ini, akan ayat Allāh, akan dzikir, akan hikmah-hikmah. Salah satunya ketika beliau ditanya tentang maksud do'a istiftah.

Kenapa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika membaca do'a istiftah mengunakan redaksi (yaitu) meminta dibersihkan dengan air, es dan juga embun.

Ketika itu Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam berdo'a: 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لى بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Kenapa tidak memakai air panas?

Air panas kan lebih cepat dalam menghilangkan kotoran?

Ketika itu Ibnu Taimiyyah menjawab pertanyaan dari Ibnul Qayyim, karena menurut beliau (Ibnu Taimiyyah) bahwa tubuh ketika berbuat dosa itu panas, maka memerlukan sesuatu yang meredakannya. Dan tubuh setelah melakukan maksiat atau dosa dia akan lemas (loyo) sehingga memerlukan sesuatu yang menyegarkannya.

Sehingga menurut beliau (Ibnu Taimiyyah), itulah hikmah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menggunakan redaksi memilih disucikan dengan air dingin dan sebagainya.

Tentu ini hikmah dalam artian bukan sebab kenapa hal itu disyari'atkan, tentu hanya Allāh yang tahu.

Ibnu Taimiyyah mencoba mencari apa sih hikmahnya minta dibersihkan dengan air, es dan juga embunn?

Ini menunjukkan dalamnya beliau memahami syari'at ini.

Masih banyak hal tentunya, tetapi bisa digali sendiri oleh sahabat BiAS sekalian. Selain tentunya kita membaca biografi atau sejarah kekasih kita Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, kita juga perlu membaca (melihat) sejarah dari Imām Ibnu Taimiyyah ini.

Ibnu Taimiyyah wafat tahun 728 Hijriyyah, di Syiria, ketika itu banyak sekali yang hadir dipemakaman beliau. Ini menunjukkan betapa manusia kala itu sangat mencintai beliau.

Ini saja yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf.

وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____________________
🏦 *Donasi Dakwah BIAS* Dakwah dapat disalurkan melalui :
🎗 *Bank Mandiri Syariah*
🥇 *Kode Bank : 451*
💳 *No. Rek : 710-3000-507*
🏬 *A.N : YPWA Bimbingan Islam*

📲 Pendaftaran Donatur Tetap & Konfirmasi Transfer *Hanya via WhatsApp* ke ;  *0878-8145-8000*

SWIFT CODE : BSMDIDJA (Luar Negeri)

▪ *Format Donasi :  DONASIDAKWAHBIAS#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 700 di akhir nominal transfer anda..*
_____________________

Senin, 02 Juli 2018

MUQADDIMAH - PENTINGNYA MENUNTUT ILMU SYAR'I

▪ *MUROJA'AH MATERI PERSIAPAN KUIS* ▪

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 18 Syawal 1439 H / 02 Juli 2018 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 001| Muqaddimah - Pentingnya Menuntut Ilmu Syar’i
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H001
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH - PENTINGNYA MENUNTUT ILMU SYAR'I*

 
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليك ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد

 
Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita masuk pada halaqah yang pertama dari kitāb yang berjudul Al 'Aqidah Al Wāsithiyyah (العقيدة الواسطية).

Kitāb ini, sebagaimana judulnya, menjelaskan 'aqidah-'aqidah yang penting bagi seorang muslim untuk dipelajari.

Sedangkan kata yang digandeng atau disandingkan setelah kata 'aqidah (sebagaimana telah disinggung bahwa judul halaqah kita ini dan halaqah-halaqah berikutnya adalah Al 'Aqidah Al Wāsithiyyah) adalah nama sebuah daerah yang bernama Wāsith yang berada di Irāq.

Kenapa dinamakan demikian?

Karena kitāb ini dikarang di daerah yang bernama Wāsith, dikarang oleh Imām (ulamā) yang cukup terkenal yaitu Ibnu Taimiyyah atau yang diberi gelar Syaikhul Islām.

Sebelum kita membahas lebih lanjut apa itu 'Aqidah Wāsithiyyah atau siapa itu Ibnu Taimiyyah dan seberapa penting kita mengkaji Al 'Aqidah Al Wāsithiyyah dan seberapa penting kita memuliakan atau mengambil ilmu dari Ibnu Taimiyyah, maka pada halaqah kali ini saya mengingatkan diri saya pribadi dan kaum muslimin untuk senantiasa mengingat pentingnya menuntut ilmu atau belajar.

Pentingnya belajar ini harus kita ulang terus 17 kali kurang lebih sehari semalam, yaitu di dalam bacaan shalāt kita, kita diwajibkan membaca Al Fatihah.

Di dalam Al Fatihah ada ayat di mana kita meminta agar:

⑴ Dijauhkan untuk menjadi kaum yang sesat, dan
⑵ Kita meminta kepada Allāh dijauhkan menjadi kaum yang di murkai.

Yaitu :

غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

_"Bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang dhāllin (sesat)."_

(QS Al Fatihah: 7)

Jadi setelah kita meminta shirātal mustaqīm (meminta jalan yang lurus), kita meminta kepada Allāh dijauhkan dari orang-orang yang dimurkai.

Siapa orang-orang yang dimurkai itu?

Jika kita merujuk kitāb-kitāb yang membahas tafsir Al Fatihah, maka orang yang dimurkai adalah kaum Yahūdi.

Tentu akan timbul pertanyaan, kenapa kaum Yahūdi dimurkai?

Orang-orang Yahūdi dimurkai karena mereka sudah berilmu atau sudah tahu tetapi tidak mengamalkan ilmunya.

Kalau kita lihat di Al Qur'ān atau di sejarah, bagaimana orang-orang Yahūdi, mereka sudah tahu akan datang seorang nabi bernama Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam tetapi mereka tetap mengingkarinya.

Bagaimana orang Yahūdi dilarang mengambil ikan pada hari sabtu, tetapi mereka tetap mengambilnya dengan tipu daya muslihat dan sebagainya.

Lantas, lebih baikkah jika kita tidak usah berilmu?

Tidak demikian, karena ketika Yahūdi dimurkai karena berilmu tetapi tidak beramal. Mungkin sebagian kita akan bertanya:

"Akan berat bila kita mempunyai ilmu lalu tidak diamalkan, apakah sebaiknya tidak berilmu saja?"

Jawabannya akan kita temukan dibacaan selanjutnya yaitu:

 وَلَا الضَّالِّينَ .

_"(Yā Allāh) jangan juga masukan kami menjadi orang-orang yang dhāllin."_

Apa itu dhāllin?

Dhāllin adalah sesat.

Lalu timbul pertanyaan, kenapa sesat?

√ Mereka sesat karena mereka beramal tanpa ilmu, atau
√ Mereka sesat karena mereka tidak belajar sehingga meninggalkan hidayah, meninggalkan kebenaran.

Siapakah orang-orang yang dhāllin?

Orang-orang yang dhāllin adalah kebalikan dari orang-orang yang dimurkai, mereka adalah orang-orang Nashrāni. Mereka beramal tapi tanpa ilmu.

Jadi, bila dikatakan lebih baik tidak berilmu saja, maka ini pun salah.

Karena apabila dia tidak mau belajar, dia seperti orang yang dhāllin (orang yang sesat) dan kalau dia belajar dan tidak mengamalkan ilmunya maka dia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dimurkai.

Maka itulah jalannya orang Islām,  الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ, jalannya para nabi, jalan yang sesuai Al Qur'ān yaitu ilmu dan amal.

Semoga 'Aqidah Wāsithiyyah ini merupakan wasilah atau sarana kita untuk mengangkat diri kita dari kebodohan yaitu kebodohan atau ketidaktahuan akan agama ini.

Yang semoga dengan itu, kita bisa menjadi hamba-hamba yang berada di jalan: الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ,sebagaimana yang selalu kita minta setiap shalāt kita.

Demikian, kurang lebihnya saya mohon maaf.

وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____________________
🏦 *Donasi Dakwah BIAS* Dakwah dapat disalurkan melalui :
🎗 *Bank Mandiri Syariah*
🥇 *Kode Bank : 451*
💳 *No. Rek : 710-3000-507*
🏬 *A.N : YPWA Bimbingan Islam*

📲 Pendaftaran Donatur Tetap & Konfirmasi Transfer *Hanya via WhatsApp* ke ;  *0878-8145-8000*

SWIFT CODE : BSMDIDJA (Luar Negeri)

▪ *Format Donasi :  DONASIDAKWAHBIAS#Nama#Nominal#Tanggal*

📝 *Cantumkan Kode 700 di akhir nominal transfer anda..*
_____________________

Kajian

IMAN TERHADAP WUJUD ALLĀH

🌍 BimbinganIslam.com 📆 Jum'at, 30 Syawwal 1442 H/11 Juni 2021 M 👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA 📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah  Fī...

hits