Sabtu, 29 Februari 2020

Manusia yang Paling Berbahagia

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 04 Rajab 1441 H / 28 Februari 2020 M
👤 Ustadz Abu Saad -Rahimahullah-
📒 Nasihat Singkat Bimbingan Islam
🔊 Audio 69 | Manusia yang Paling Berbahagia
🔄 Download Audio: bit.ly/NasihatSingkatBiAS-69
〰〰〰〰〰〰〰

🏦 *Salurkan Donasi Dakwah Terbaik Anda* melalui :

| BNI Syariah
| Kode Bank (427)
| Nomor Rekening : 8145.9999.50
| a.n Yayasan Bimbingan Islam
| Konfirmasi klik https://bimbinganislam.com/konfirmasi-donasi/
__________________

HADITS YANG BERKAITAN DENGAN KHUF (LANJUTAN)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 02 Rajab 1441 H / 26 Februari 2020 M
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Kitab Syamāil Muhammadiyah
🔊 Halaqah 53b | Hadits nomor 73 Dan 74 Yang Berkaitan Dengan Khuf (Lanjutan)
⬇ Download audio: bit.ly/SyamailMuhammadiyah-53b
〰〰〰〰〰〰〰

*HADITS YANG BERKAITAN DENGAN KHUF (LANJUTAN)*

بسم الله
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة. أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām rahimani wa rahīmakumullāh.

Kemudian hadīts ke-74, Imam At Tirmidzī membawakan hadīts dari Qutaibah bin Sa'id dari Yahya bin Zakariyyā bin Abī  Zāidah  dari Al Hasan bin 'Ayyāsy dari Abū Ishāq dari Asy Sya'biy dari Mughīrah bin Syu'bah (urutan sanadnya) walaupun lafazhnya tidak "dari-dari" semua, ada yang "menceritakan", yang "memberikan hadīts" dan selain-nya. Akan tetapi kita mengucapkan "dari-dari" agar mudah dipahami saja.

Mughīrah bin Syu'bah mengatakan:

أَهْدَى دِحْيَةُ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم خُفَّيْنِ، فَلَبِسَهُمَا

_"Dihyah pernah memberikan hadiah juga kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dua khuf kemudian Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) segera memakainya).”_

Kata Syaikh Abdurrazaq, ada faedah dalam hadīts-hadīts ini. Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika diberikan hadiah, Beliau bersegera untuk memakainya. Dan ternyata ketika seorang yang diberi hadiah kemudian memakai hadiah tersebut, kemudian orang yang memberi melihat (hadiah tersebut digunakan), ada rasa senang, "Oh, pemberianku dipakai." atau, "Oh, dia suka dengan pemberianku."

Maka di sini ada sunnah untuk membahagiakan orang yang memberi hadiah dengan segera kita memakainya.

Siapakah Dihyah ini ?

Dihyah adalah nama salah seorang sahabat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Nama lengkap beliau adalah Dihyah bin Khalifah Al Kalbiy, beliau termasuk sahabat yang paling baik parasnya (beliau wajahnya paling menawan). Oleh karena itu malāikat Jibrīl pernah datang dalam bentuk manusia dengan wajah seperti Dihyah Al Kalbiy, ini karena parasnya yang tampan.

وَقَالَ إِسْرَائِيلُ: عَنْ جَابِرٍ، عَنْ عَامِرٍ، وَجُبَّةً فَلَبِسَهُمَا حَتَّى تَخَرَّقَا

_Isrāil berkata, dari Jābir dari 'Amir bin Syarahbil (riwayat yang lain), ternyata Dihyah menghadiahkan jubah, kemudian Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam memakai jubah tersebut sampai jubah tersebut rusak._

لا يَدْرِي النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم، أَذِكًى هُمَا أَمْ لا

_Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak tahu apakah Khuf yang diberikan tadi dari hewan yang disembelih atau bukan._

Namun tambahan lafazh ini didhaifkan oleh Syaikh Al Albāniy rahimahullāh ta'āla berkaitan dengan jubahnya. Apakah khuf tersebut dari hewan yang disembelih atau tidak, juga didhaifkan oleh Al Albāniy rahimahullāh.

Adapun isi dua hadīts yang lalu yang telah kita sebutkan, dishahīhkan oleh beliau.

Abū Isa adalah Imam At Tirmidzī. Sedangkan Abū Ishāq  di sini namanya Abū Ishāq Asy Syaibaniy, karena di sana ada Abū Ishāq  yang lainnya. Dan namanya Sulaimān.

Inilah hadīts-hadīts yang berkaitan atau yang menunjukkan bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam juga memiliki khuf.

Semoga pembahasan ini bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد

________

Yang Berkaitan Dengan Khuf

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 01 Rajab 1441 H / 25 Februari 2020 M
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Kitab Syamāil Muhammadiyah
🔊 Halaqah 53a | Hadits nomor 73 Dan 74 Yang Berkaitan Dengan Khuf
⬇ Download audio: bit.ly/SyamailMuhammadiyah-53a
〰〰〰〰〰〰〰

*HADITS YANG BERKAITAN DENGAN KHUF*

بسم الله
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة. أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām rahimani wa rahīmakumullāh.

Alhamdulillāh kita sudah menginjak pada pertemuan ke-53, In syā Allāh kita akan membaca hadīts yang berkaitan dengan khuf Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kita akan membaca hadīts ke-73 dan 74, hadīts ini berkaitan dengan khuf.

Khuf adalah seperti kaus kaki (kalau di negara kita) hanya saja bahannya bukan dari kain, tetapi dari kulit.

Khuf maupun kaos kaki atau yang semisalnya memiliki hukum tersendiri terkait dengan wudhu, yang mana seseorang boleh mengusap khuf atau yang semisalnya sebagai pengganti dari membasuh kaki ketika berwudhu.

Agar boleh mengusap khuf atau yang semisalnya yang kita qiyaskan dengan khuf, ada beberapa syarat, di antaranya:

⑴ Memakai khuf dalam keadaan suci.

Jadi seseorang sebelum memakai khuf dia harus berwudhu terlebih dahulu agar dia dalam keadaan suci.

Kalau dia memakai khuf tapi belum berwudhu maka dia tidak boleh mengusap khuf ketika batal wudhunya. Dia harus melepas khuf terlebih dahulu kemudian berwudhu dan menggunakan khuf lagi.

⑵ Khuf menutupi mata kaki.

Jadi khuf yang dibawah mata kaki (tidak tinggi) tidak boleh diusap tetapi harus dilepas.

⑶ Tidak boleh berlubang besar (bolong, misalnya)

⑷ Waktunya belum kadaluarsa.

Bagaimana ukuran kadaluarsanya? Ukuran kadaluarsanya adalah:

√ Untuk orang yang tidak bepergian jauh, waktu kadaluarsanya adalah 24 jam (1 hari 1 malam).

√ Untuk orang yang sedang safar (bepergian jauh) maka kadaluarsanya adalah 72 jam (3 hari 3 malam).

Kalau waktunya sudah melebihi, maka tidak boleh mengusap khuf dan harus dilepas kemudian dicuci kakinya.

⑸ Mengusap khuf ini hanya berlaku untuk hadats kecil (misalnya) seseorang batal wudhu yang disebabkan kencing, buang air besar atau tidur. Maka boleh mengusap khuf, tetapi jika seseorang junub (mimpi, misalnya) dan dia harus mandi maka tidak boleh hanya mengusap khuf. Khufnya harus dilepas untuk dibasuh semuanya.

Itu beberapa syaratnya.

Pada bab ini Imam At Tirmidzī mencoba menyebutkan bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam juga memiliki khuf. Mudahnya yang ingin disampaikan oleh Imam At Tirmidzī seperti itu.

Pada bab ini Imam At Tirmidzī membawakan hadīts dari Hanād bin Sariy dari Wakī' dari Dalham bin Shālih dari Hujair bin Abdillāh dari Ibnu Bura'idah dari ayahnya.

Jadi hadīts ini dari sahabat Bura'idah, beliau mengatakan: 

أَنَّ النَّجَاشِيَّ أَهْدَى لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، خُفَّيْنِ، أَسْوَدَيْنِ، سَاذَجَيْنِ، فَلَبِسَهُمَا ثُمَّ تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَيْهِمَا.

_"Bahwasanya Najāsyi pernah menghadiahkan dua khuf yang berwarna hitam pekat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika menerima hadiah tersebut langsung memakainya kemudian ketika Beliau berwudhu beliau hanya mengusap di atas Khuf tersebut.”_

Najāsyi, kita sering dengar nama ini dalam pelajaran-pelajaran sirah atau saat pelajaran fiqih tentang shalāt ghaib, karena Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah melakukan shalāt ghaib kepada Najāsyi ini ketika beliau meninggal.

Karena beliau ketika diajak oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk memeluk Islām beliau mengiyakan (menerimanya) dan menurut Syaikh Al Albāniy beliau masuk Islām pada tahun ke-6 Hijriyyah dan meninggal pada tahun 9 Hijriyah.

Yang perlu dicatat Najāsyi ini adalah gelar bagi raja negeri Habasyah atau Ethiopia, bukan nama orang.

Beliau (Najāsyi) pernah menghadiahkan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dua Khuf yang berwarna hitam pekat.

Menunjukkan bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah memiliki khuf hadiah dari raja Najāsyi.

Semoga pembahasan ini bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد
________

Senin, 24 Februari 2020

Yang Berkaitan Dengan Kehidupan Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 30 Jumada Al-Akhir 1441 H / 24 Februari 2020 M
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Kitab Syamāil Muhammadiyah
🔊 Halaqah 52 | Hadits nomor 72 Yang Berkaitan Dengan Kehidupan Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa Sallam
⬇ Download audio: bit.ly/SyamailMuhammadiyah-52
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة. أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām rahimani wa rahīmakumullāh yang semoga selalu dirahmati Allāh Ta'āla, dimudahkan segala urusannya dan dilancarkan rezekinya.

Pada kesempatan kali ini pertemuan ke-52 ini, In syā Allāh kita akan membaca hadīts nomor 72 yang dibawakan oleh Imām At Tirmidzī rahimahullāhu ta'āla yang berkaitan dengan kehidupan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Pada hadīts ke-72 ini, Imām At Tirmidzī mengatakan; Memberikan hadīts kepadaku Qutaibah, beliau mengatakan memberikan hadīts kepadaku Ja'far bin Sulaimān Adh-Dhuba'iy dari Mālik bin Dinār.

Mālik bin Dinār mengatakan:

مَا شَبِعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ خُبْزٍ قَط, وَلَحم إِلاَّ عَلى ضفَفَ

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah kenyang dari roti ataupun daging, kecuali ketika ada dhafaf.

قال مالك :سألت رجلا من أهل البادية: ما الضّفف؟ قال : أن يتناول مع الناس

Berkata Mālik: “Aku bertanya kepada orang yang bahasanya masih murni yaitu orang-orang pedalaman, apa itu dhafaf?”

Beliau berkata: “Dhafaf adalah makan bersama orang-orang”.

Ini adalah hadīts ke-72 yang mengabarkan bahwasanya Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam tidak pernah kenyang dari roti maupun daging kecuali ketika beliau makan bersama orang-orang.

Menurut Syaikh Al-Albāniy rahimahullāhu ta'āla maksud dari *“kecuali apabila beliau makan bersama orang-orang”* adalah apabila beliau makan bersama orang-orang yang datang bersinggah dan bertamu kepadanya.

Mudahnya ketika Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam makan bersama tamu baru beliau makan dengan kenyang.

Hadīts ini sebenarnya mursal.

Mursal adalah seorang seorang tabi’i, langsung meriwayatkan dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa salla.

Tabi’i adalah generasi setelah sahabat. Generasi yang bertemu dengan sahabat dan tidak bertemu dengan Nabi shallāllahu 'alayhi wa sallam .

Secara kesinambungan tabi’i tentu tidak bertemu dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Tetapi kenapa di sini Mālik bin Dinār seorang tabi’i mengatakan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah kenyang. Maka ini namanya hadīts mursal.

Apabila kita hanya melihat sanad ini saja tanpa melihat sanad-sanad yang lainnya, maka kita dapat mengkategorikan hadīts mursal di sini sebagai hadīts yang dhaif.

Hadīts kita ini menjadi hadīts yang dhaif, akan tetapi karena Imam At-Tirmidzī nanti akan membawakan hadīts yang sama dengan sanad yang bersambung maka matan atau isi hadīts ini menjadi shahīh hukumnya.

Kesimpulan akhirnya:

Matannya (isi hadītsnya) adalah shahīh sebagaimana hukum yang diberikan oleh Syaikh Al-Albāniy rahimahullāhu ta'āla dalam Mukhtashar Syamail nomor 109.

Pelajaran yang dapat kita petik dari hadīts ini adalah, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah seorang manusia yang mulia. Pemimpin kaum muslimin akan tetapi beliau tidak pernah makan roti maupun daging dengan kenyang, kecuali kalau sedang ada tamu, karena beliau harus menemani para tamu makan bersama.

Dan hal tersebut beliau lakukan tujuannya agar para tamu beliau nyaman makan banyak dan dalam rangka memuliakan tamu.

Apalagi dahulu belum ada warung di pinggir jalan, orang bepergian jauh susah menemukan warung di pinggir jalan, apalagi menemukan warung pecel lele atau warung padang. Sehingga seorang tamu pasti sangat memerlukan jamuan makan dan pasti mereka pun sangat lapar. Atas alasan inilah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam makan banyak, agar para tamu tidak canggung untuk makan banyak.

Inilah salah satu sifat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah makan kenyang kecuali  saat makan bersama tamu.

Semoga pembahasan ini bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد

________

Sabtu, 22 Februari 2020

Berpegang Teguh Dengan Tali Agama Allah

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 27 Jumada Al-Akhir 1441 H / 21 Februari 2020 M
👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.
📒 Nasihat Singkat Bimbingan Islam
🔊 Audio 68 | Berpegang Teguh Dengan Tali Agama Allah
🔄 Download Audio: bit.ly/NasihatSingkatBiAS-68
〰〰〰〰〰〰〰

🏦 *Salurkan Donasi Dakwah Terbaik Anda* melalui :

| BNI Syariah
| Kode Bank (427)
| Nomor Rekening : 8145.9999.50
| a.n Yayasan Bimbingan Islam
| Konfirmasi klik https://bimbinganislam.com/konfirmasi-donasi/
__________________

Rabu, 19 Februari 2020

ZAKĀT FITHR (الفطر) - BAGIAN 5

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 25 Jumada Al-Akhir 1441 H / 19 Februari 2020 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 92 | Zakat Fithr (bagian 5)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H092
〰〰〰〰〰〰〰

*ZAKĀT FITHR (الفطر) -  BAGIAN 5*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para sahabat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan pelajaran kita, masih tentang zakāt yaitu tentang para mustahikin atau orang-orang yang berhak mendapatkan (menerima) zakāt.

Disebutkan di dalam ayat hanya 8 (golongan) karena menggunakan kalimat "Innamā (إنما)":

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ

_"Sesungguhnya zakāt-zakāt itu hanyalah diberikan kepada orang-orang faqīr, orang-orang miskin, para pekerja urusan zakāt (amil zakāt ), orang-orang yang dijinakkan hatinya (karena baru memeluk Islām), hamba sahaya yang sedang berikhtiar menebus dirinya untuk jadi orang merdeka, orang-orang yang punya hutang (karena kepentingan agama), orang yang berperang untuk agama Allāh (tanpa gaji dari pemerintah) dan musafir yang kehabisan bekal dalam perjalanan."_

(QS At Tawbah:  60)

• Kelompok Pertama | Al Fuqarā' wal Masākīn (الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ)

Akan kita bahas kelompok satu dan dua yaitu Al Fuqarā' wal Masākīn (الفقراء والمساكين). Dua kalimat yang apabila disebutkan bersama-sama memiliki makna yang berbeda, namun apabila disebutkan sendiri-sendiri maka dia telah mencakup makna dari yang lain.

Misalnya;

√ Jika disebutkan makna fuqarā saja maka orang-orang miskin masuk di dalamnya.

√ Jika disebutkan orang miskin saja maka fuqarā masuk di dalamnya.

Apabila disebutkan Al Fuqarā' wal Masākīn (الفقراء والمساكين), orang faqir dan miskin, maka maksudnya faqīr adalah orang yang sangat memerlukan (jauh lebih memerlukan daripada orang-orang miskin).

Sedangkan orang faqīr, orang yang tidak punya harta atau punya harta tetapi tidak bisa memenuhi dari setengah kebutuhannya.

Adapun orang miskin bisa memenuhi setengah dari kebutuhannya tetapi tidak mencapai 100 % dari kebutuhannya.

Orang-orang faqīr ada beberapa keadaan, yaitu:

⑴ Orang yang tidak mempunyai harta dan tidak mempunyai pendapatan sama sekali (seperti) orang yang lumpuh, orang yang buta dan lain sebagainya.

⑵ Orang yang tidak punya harta tetapi dia punya pendapatan (pemasukan) yang tidak bisa memenuhi separuh dari kebutuhannya.

⑶ Orang yang punya harta, tetapi dia tidak mempunyai pemasukan dan harta tersebut tidak dapat memenuhi separuh dari kebutuhannya.

• Kelompok Kedua | Orang-orang miskin

Orang-orang miskin adalah orang yang memiliki harta atau pendapatan tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhannya secara keseluruhan tetapi bisa memenuhi kebutuhan minimal lebih dari separuh kebutuhannya.

Seorang yang memiliki kebutuhan satu juta perbulannya (misalnya) apabila dia bisa memenuhi 700 ribu atau 800 ribu maka dia dikatakan orang miskin. Apabila dia hanya bisa memenuhi kebutuhannya 100 ribu atau 200 ribu maka dia disebut orang faqīr.

• Kelompok Ketiga | Orang-orang yang membagikannya zakāt, petugas zakāt tersebut (العاملين)

Baik yang mengumpulkan zakāt, menulis, membagikan dan seluruh hal yang terkait dengan aktifitas zakāt maka termasuk sebagai petugas zakāt.

Dan mereka adalah orang-orang yang berhak mendapatkan zakāt apabila tidak mendapatkan gaji dari baitul māl atau pemerintah.

Apabila mereka tidak mendapatkan gaji dari pemerintah atau baitul māl, maka mereka diperbolehkan untuk diberikan gaji mereka dari zakāt.

• Kelompok Keempat | Orang-orang yang dilunakan hatinya atau didekati hatinya karena memeluk agama Islām (وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ)

Baik dari kalangan orang-orang kāfir, apakah mereka diharapkan Islāmnya (artinya) tatkala mereka diberi zakāt, diharapkan bisa masuk Islām atau yang dikhawatirkan keburukannya dan dia bisa menutup keburukannya terhadap kaum muslimin.

Apabila tidak diberikan zakāt dikhawatirkan akan memberikan mudharat kepada kaum muslimin maka ini diperbolehkan untuk diberi zakāt.

Atau dari kalangan kaum muslimin orang yang masuk Islām (baru masuk Islām) atau muslim yang lemah imannya dalam rangka memperkuat imannya maka mereka boleh diberikan zakāt.

• Kelompok Kelima | Para hamba sahaya  (الرِّقَابِ)

Riqāb di sini maksudnya adalah hamba sahaya yang memerdekan dirinya atau disebut sebagai Al Mukatab artinya dia mempunyai perjanjian dengan sayidnya (tuannya) untuk memerdekakan dirinya dengan catatan harus membayar setiap bulan sekian misalnya, sampai lunas. Maka dia telah membeli dirinya sendiri dan sudah merdeka.

Orang seperti ini, dibantu dari zakāt agar dia menjadi orang yang merdeka.

• Kelompok Keenam | Orang-orang yang berhutang (الْغَارِمِينَ)

Baik hutang untuk dirinya sendiri maupun hutang untuk kemaslahatan kaum muslimin.

Orang yang hutang untuk dirinya sendiri dan dia tidak mampu untuk menunaikannya maka bisa dibantu dari zakāt (artinya) orang yang berhutang itu benar-benar miskin (benar-benar tidak mampu untuk menunaikan hutangnya) maka orang tersebut boleh dibantu.

Atau orang yang dia berhutang dalam rangka untuk kemaslahatan kaum muslimin misalnya dengan memperdamaikan diantara dua kelompok agar tidak terjadi pertumpahan darah (misalnya) maka orang seperti ini dibayarkan hutangnya dari zakāt walaupun orang tersebut termasuk orang yang kaya.

Karena apa yang dia lakukan adalah untuk kemaslahatan kaum muslimin.

• Kelompok Ketujuh | Orang-orang yang berjihād Fī sabīlillāh (فِي سَبِيلِ اللَّهِ)

Orang-orang yang berjihād di jalan Allāh maksudnya adalah para mujahidun (orang-orang yang berjihād dengan suka rela) artinya tidak ada gaji khusus atau pemberian khusus dari pihak waliyul amr (negara). Maka boleh diambilkan dari zakāt dan diberikan kepada mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka selama mereka berjihād fī sabīlillāh.

• Kelompok kedelapan | Para musafir (ابْنِ السَّبِيلِ)

Para musafir maksudnya adalah para musafir yang dia tidak memiliki harta atau tidak memiliki bekal yang bisa dipergunakan untuk melanjutkan perjalanan.

Maka musafir seperti ini boleh diberikan zakāt.

Berkata penulis rahimahullāh:

((وإلى من يوجد منهم))

_((Dan juga yang ada dari mereka.))_

Maksudnya di sini, bahwa sedekah itu diberikan kepada 8 (delapan) kelompok, oleh karena itu dianjurkan atau diutamakan apabila seorang berzakāt dan mampu dibagi kepada seluruh 8 (delapan) kelompok ini, maka itu yang terbaik.

Atau kepada yang ada di antara mereka, apabila tidak ada salah satu atau beberapa dari kelompok ini, maka diberikan kepada kelompok yang ada.

Walaupun nanti akan disebutkan pendapat dari syāfi'iyyah sebagaimana disebutkan oleh penulis disini.

((ولا يقتصر على أقل من ثلاثة من كل صنف إلا العامل))

_((Hendaknya diberikan tidak kurang dari tiga kelompok dan tidak dicukupkan kurang dari tiga kelompok yang tadi disebutkan kecuali apabila di sana hanya ada petugas zakāt saja.))_

Jadi di dalam madzhab syāfi'i, zakāt diberikan minimal kepada 3 (tiga) kelompok dan di sini khilāf para ulamā.

Bolehkah zakāt tersebut diberikan kepada satu kelompok saja atau harus minimal 3 (tiga) kelompok ?

Dalam madzhab syāfi'i zakāt diberikan minimal kepada 3 (tiga) kelompok. Namun pendapat yang rajīh bahwasanya boleh kita memberikan kepada satu kelompok saja dan pada orang tertentu saja agar mencukupi kebutuhan yang dia dapatkan.

Namun apabila seseorang memiliki zakāt yang cukup banyak dan dia bisa membagikan kepada 8 (delapan) kelompok ini maka ini adalah amalan yang dianjurkan untuk memenuhi atau mengikuti sebagaimana disebutkan di dalam ayat.

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ

Sedekah atau zakāt itu bagi 8 (delapan) kelompok (yang disebutkan diatas).

Seorang apabila mampu memberikan kepada 8 (delapan) kelompok yang disebutkan di dalam surat At Tawbah: 60, maka ini lebih baik.

Namun apabila hanya memberikan kepada satu orang (satu kelompok tertentu) maka ini juga tidak mengapa.

Wallāhu Ta'āla A'lam.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________

Selasa, 18 Februari 2020

ZAKĀT FITHR (الفطر) - BAGIAN 4

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 24 Jumada Al-Akhir 1441 H / 18 Februari 2020 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 91 | Zakat Fithr (bagian 4)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H091
〰〰〰〰〰〰〰

*ZAKĀT FITHR (الفطر) -  BAGIAN 4*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām, semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan keberkahan kepada kita semua, in syā Allāh.

Pada halaqah kali ini, kita akan melanjutkan pelajaran kita tentang zakāt dan in syā Allāh kita masuk pada golongan-golongan yang berhak mendapatkan zakāt (الأصناف الذي يستحقون الزكاة).

Sebelumnya kita sedikit membahas tentang, bolehkah mengeluarkan zakāt fithrah dengan uang ?

Di sini ada dua pendapat (para ulamā) :

⑴ Tidak boleh (pendapat jumhur dari kalangan Mālikiyyah, Syāfi'iyyah maupun Hanābilah).

⑵ Membolehkan (pendapat madzhab Hanafiyyah, Imām Bukhāri dan Umar bin Abdul Aziz, Hasan Basri dan yang lainnya).

Jadi perbedaan pendapat ini adalah perbedaan pendapat yang sudah terjadi sejak zaman dahulu.

Adapun yang mengatakan, "Tidak boleh," dan ini pendapat mayoritas para fuqahā' (para ulamā/jumhur dari kalangan kaum muslimin) adalah hadīts Ibnu Umar radhiyallāhu ta'āla 'anhumā :

فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ

_"Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mewajibkan zakāt fithrah (yaitu) 1 shā' dari tamr (تَمْرٍ) dan 1 shā' dari sya'īr (شَعِيْرٍ)."_

(Hadīts riwayat Al Jamā'ah, Fath Al Bāriy 3: 369)

Dan pendapat (menurut) mereka, "Seandainya ini boleh, maka ada riwayat yang menunjukkan bahwasanya sebagian shahābat mengeluarkan dengan uang (dinar/dirham). Akan tetapi tidak didapatkan riwayat bahwa mereka mengeluarkan dengan dinar atau dirham."

Oleh karena itu, pendapat ini adalah pendapat yang lebih hati-hati dan juga pendapat yang yang dirajīhkan oleh Syaikh Bin Baz rahimahullāh.

Dan apa yang kita lakukan hendaknya kita mengeluarkan zakāt fithrah dalam bentuk makan pokok negara tersebut.

Seandainya kita ingin memberikan uang, hendaklah kita mewakilkan uang kepada amil (petugas zakāt) untuk diberikan makan pokok.

Jadi apabila kita ingin mengeluarkan uang maka sifatnya adalah mewakilkan untuk membelikan makan pokok. Ini yang lebih hati-hati. Sehingga tatkala dibagikan kepada mustahiqīn (orang-orang yang berhak dari kalangan fuqarā wal masākīn (فقراء والمساكين)) adalah dalam bentuk makanan pokok yang berlaku atau yang digunakan pada negara tersebut.

• Kelompok (orang-orang yang berhak menerima zakāt.

Di sini zakāt yang bersifat umum bukan zakat fithrah, adapun zakāt fithrah maka para ulamā mengatakan ini sifatnya ta’bbud, sifatnya ibadah maka sifatnya tawaquf artinya tidak melakukan kecuali dengan dalīl.

Adapun yang dimaksud dengan ashnaf (الأصناف) atau golongan yang mendapatkan shadaqah zakāt adalah melompok yang disebutkan di dalam ayat, sebagaimana yang disebutkan oleh penulis.

(فصل)
((وتدفع الزكاة إلى الأصناف الثمانية الذين ذكرهم الله تعالى في كتابه العزيز في قوله تعالى: [إنما الصدقات للفقراء والمساكين والعاملين عليها والمؤلفة قلوبهم وفي الرقاب والغارمين وفي سبيل الله وابن السبيل]))

_Dan kebanyakan zakāt (haruslah) diberikan kepada 8 (delapan) golongan yang telah disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla  di dalam firmannya:_

_"Bahwasanya sedekah (shadaqāh) maksudnya zakāt adalah untuk:_

_⑴ Orang-orang faqīr (الفقراء)_
_⑵ Orang-orang miskin (المساكين)_
_⑶ Orang-orang yang membagikannya (petugas zakāt tersebut) (العاملين)_
_⑷ Orang-orang yang dilunakan hatinya atau didekati hatinya karena memeluk agama Islām (المؤلفة قلوبهم)_
_⑸ Para hamba sahaya  (الرقاب)_
_⑹ Orang-orang yang berhutang (الغارمين)_
_⑺ Orang-orang yang berjihād Fī sabīlillāh (في سبيل الله)_
_⑻ Para musafir (ابن السبيل)."_

Ini adalah 8 (delapan) kelompok yang berhak mendapatkan zakāt dari zakāt kaum muslimin, yang nanti in syā Allāh akan kita jelaskan satu persatu secara ringkas. 

Demikian yang bisa disampaikan halaqah ini dan kita akan lanjutkan pada pertemuan berikutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________

ZAKĀT FITHR (الفطر) - BAGIAN 3

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 23 Jumada Al-Akhir 1441 H / 17 Februari 2020 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 90 | Zakat Fithr (bagian 3)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H090
〰〰〰〰〰〰〰

*ZAKĀT FITHR (الفطر) -  BAGIAN 3*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita lanjutkan beberapa faedah atau permasalahan di dalam masalah zakāt secara ringkas yang mungkin pernah disebutkan tentang maksud dari zakāt fithrah.

Sudah disebutkan di dalam hadīts bahwasanya maksud disyari'atkan zakāt fithrah adalah sebagai penebus kelalaian yang dilakukan oleh seorang yang berpuasa.

Dalam hadīts:

طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ

_"Sebagai pembersih dari orang-orang yang berpuasa dari perbuatan yang lalai dan perbuatan yang buruk."_

Ini adalah sebab disyari'atkannya zakāt fithrah.

Kemudian kadarnya, sebagaimana disebutkan, bahwasanya kadarnya adalah satu shā' berdasarkan hadīts dari Ibnu Umar, beliau berkata:

فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ من رمصان صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ

_"Bahwasanya Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau mewajibkan untuk seorang muslim setelah selesai bulan Ramadhān untuk menunaikan zakāt fithrah, satu shā' dari kurma atau shā' dari sya'īr."_

• Kemudian faedah berikutnya, kapan dikeluarkan zakāt fithrah?

Waktu yang wajib adalah waktu manakala tenggelam atau terbenamnya matahari di akhir hari bulan Ramadhān dan masuk waktu Syawwāl (ini waktu-waktu wajib).

Bolehkah dibayarkan sebelumnya?

Perkataan Ibnu 'Umar radhiyallāhu ta'āla 'anhumā di dalamnya.

وَكَانُوْا يُعْطُوْنَ قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ

_"Bahwasanya mereka (para shahābat radhiyallāhu ta'āla 'anhum) mereka mengeluarkan (membayarkan zakātnya), satu hari atau dua hari sebelumnya."_

Ini menunjukkan bolehnya menunaikan zakāt fithri sebelum masuk hari 'Iedul Fithr.

• Kemudian faedah berikutnya, siapa ahlu zakātul fithr ?

Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin:

Bahwasanya di sana ada dua pendapat dari kalangan ahlul 'ilmi, yaitu:

⑴ Pendapat pertama | Zakāt fithrah sebagaimana zakāt yang lainnya, diserahkan (diberikan) kepada para mustahik zakāt (8 golongan) termasuk al muallafatu qulūbuhum (orang-orang yang dilembutkan hatinya), al ghārimīn (Orang yang terlilit hutang).

⑵ Pendapat kedua | Zakāt fithrah dikeluarkan kepada fuqarā dan masākīn saja.

Dan ini beliau rajīhkan (beliau lebih memilih pendapat yang kedua ini).

• Kemudian bolehkah kita membayar zakāt dengan nilainya saja?

Jadi seorang misalnya ingin mengeluarkan zakāt. Dan dia berikan zakāt tersebut kepada orang-orang yang membutuhkan dari kalangan fuqarā berupa uang (misalnya), apakah boleh?

⇒ Maka kebanyakan para ulamā, mereka tidak memperbolehkan dan mengatakan tidak sah zakāt tersebut.

Berikut perkataan Ibnu Qudāmah rahimahullāh:

ولا تجزئ القيمة؛ لأنه عدول عن المنصوص

_"Tidak sah nilai harga apabila kita berikan, karena itu keluar dari nash (yang diterapkan di dalam hadīts-hadīts tentang zakāt)."_

⇒ Zakāt, semuanya adalah mengeluarkan dari makanan pokok.

Begitu juga perkataan Syaikh Bin Baz rahimahullāh:

ولا يجوز إخراج القيمة عند جمهور أهل العلم وهو أصح دليلاً ، بل الواجب إخراجها من الطعام ، كما فعله النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه رضي الله عنهم

_“Tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan harganya nilai uangnya berdasarkan pendapat jumhur ulamā dan telah shahīh dalīlnya bahkan yang wajib mengeluarkan dari makanan pokok, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para shahābat (radhiyallāhu Ta'āla 'anhum)."_

Beliau juga mengatakan:

زكاة الفطر عبادة بإجماع المسلمين ، والعبادات الأصل فيها التوقيف ، فلا يجوز لأحد أن يتعبد بأي عبادة إلا بما ثبت عن المشرع الحكيم عليه صلوات الله وسلامه

_“Zakāt fithrah adalah salah satu bentuk ibadah dengan dasar ijmā' kaum muslimin. Hukum asal ibadah adalah harus sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka tidak boleh seorang itu beribadah dengan ibadah apapun kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh sang pemberi syari'at yaitu Allāh Subhānahu wa Ta'āla melalui Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam membuat syari'at berupa ibadah.”_

Karena di sana ada perkara-perkara selain ibadah seperti muamalah antara seorang kepada orang lain.

Adapun ibadah asalnya adalah taukif, artinya berhenti sampai ada dalīl yang menunjukkan bahwanya hal tersebut boleh atau tidak boleh.

Demikian yang bisa disampaikan halaqah ini dan kita akan lanjutkan pada pertemuan berikutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_____________________

Sabtu, 15 Februari 2020

Pohon Keimanan

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 20 Jumada Al-Akhir 1441 H / 14 Februari 2020 M
👤 Ustadz Abdullah Taslim, Lc., M.A.
📒 Nasihat Singkat Bimbingan Islam
🔊 Audio 67 | Pohon Keimanan
🔄 Download Audio: bit.ly/NasihatSingkatBiAS-67
〰〰〰〰〰〰〰

🕋 Yuk, Dukung Program Dakwah Islam melalui :

| Bank Syariah Mandiri
| Kode Bank [451]
| No. Rekening 78.14.5000.17
| a.n CINTA SEDEKAH (INFAQ)
| Konfirmasi : cintasedekah.org/donasi

Kamis, 13 Februari 2020

PERMAINAN ANAK-ANAK YANG BERLANGSUNG DI ZAMAN NABI ﷺ DAN BOLEHNYA KITA MENGAJAK MEREKA BERSENANG-SENANG ATAU BERMAIN-MAIN

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 18 Jumada Al-Akhir 1441 H / 12 Februari 2020 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 40 | Permainan Anak-Anak yang Berlangsung di Zaman Nabi Shallallāhu 'Alayhi wa Sallam dan Bolehnya Kita Mengajak Mereka Bersenang-Senang atau Bermain-Main
⬇ Download audio: bit.ly/TarbiyatulAbna-40
~~~~~~~~~~~~

*PERMAINAN ANAK-ANAK YANG BERLANGSUNG DI ZAMAN NABI ﷺ DAN BOLEHNYA KITA MENGAJAK MEREKA BERSENANG-SENANG ATAU BERMAIN-MAIN*

بسم اللّه الرحمن الرحيم 
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نبينا محمد وَعَلَى أله وصحبه أجمعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

Ma'asyiral Mustami'in, kaum muslimin para  pemirsa, para pendengar rahimani wa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah yang ke-40 Ini dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Kita lanjutkan pembahasan kita dalam kitāb pada halaman 74, masih berkaitan bagaimana akhlak Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersama anak-anak kecil dan beliau mengajak bermain anak-anak kecil para sahabat radhiyallāhu 'anhum pada masanya.

مزيد من الوارد في لعب الصبيان والترويح عنهم

Penjelasan tambahan tentang permainan anak-anak yang berlangsung di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan bolehnya kita mengajak bersenang-senang atau bermain-main. Tentunya selama dalam hal yang dibolehkan secara syar'i.

Telah berlalu firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam surat Yusuf, dimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman tentang Yusuf dan saudaranya.

Saudara Yusuf berkata kepada ayah mereka :

أَرۡسِلۡهُ مَعَنَا غَدٗا يَرۡتَعۡ وَيَلۡعَبۡ ......

"Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia bersenang-senang dan bermain-main...."

(QS. Yusuf :12)

Ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf pun bermain, walaupun saat itu saudara-saudaranya ingin berbuat makar kepada nabi Yusuf alayhissalām.

Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  bermain-main dengan anak-anak ketika beliau masih kecil.

Diriwayatkan di dalam shahīh Muslim dari Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَتَاهُ جِبْرِيلُ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ ‏.‏ ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ لأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ - يَعْنِي ظِئْرَهُ - فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ ‏.‏ فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقَعُ اللَّوْنِ ‏.‏ قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرَى أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ ‏

"Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam didatangi Jibrīl ketika dia sedang bermain dengan anak-anak lainnya. Lalu Jibrīl mengambilnya dan menidurkannya, dia membelah dadanya dan mengeluarkan hatinya, lalu dia mengeluarkan sekerat daging dan berkata, 'Ini bagian syaitan dari dalam dirimu' . Kemudian dia mencucinya dengan air zamzam di dalam sebuah wadah dari emas, selanjutnya dia menyatukan satu dengan yang lainnya dan mengembalikannya ketempat semula. Anak-anak itu datang dengan berlari kepada ibunya (ibu susu Rasūlullāh) mereka berkata, 'Sungguh, Muhammad telah dibunuh!' Mereka semua mendatanginya dan raut wajah beliau sudah berubah (menjadi pucat)"

Anas berkata, "Aku pernah melihat bekas jahitan tersebut di dada beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam".

(Hadīts shahīh riwayat Muslim 162)

Ini menunjukkan bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bermain bersama teman-teman sebaya dan ini diperbolehkan tentunya selama dalam batasan syar'i.

In syā Allāh akan kita jelaskan pada pertemuan berikutnya.

Demikian, semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________

Rabu, 12 Februari 2020

PERMAINAN ANAK-ANAK YANG BERLANGSUNG DI ZAMAN NABI ﷺ DAN BOLEHNYA KITA MENGAJAK MEREKA BERSENANG-SENANG ATAU BERMAIN-MAIN

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 18 Jumada Al-Akhir 1441 H / 12 Februari 2020 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 40 | Permainan Anak-Anak yang Berlangsung di Zaman Nabi Shallallāhu 'Alayhi wa Sallam dan Bolehnya Kita Mengajak Mereka Bersenang-Senang atau Bermain-Main
⬇ Download audio: bit.ly/TarbiyatulAbna-40
~~~~~~~~~~~~

*PERMAINAN ANAK-ANAK YANG BERLANGSUNG DI ZAMAN NABI ﷺ DAN BOLEHNYA KITA MENGAJAK MEREKA BERSENANG-SENANG ATAU BERMAIN-MAIN*

بسم اللّه الرحمن الرحيم 
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نبينا محمد وَعَلَى أله وصحبه أجمعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

Ma'asyiral Mustami'in, kaum muslimin para  pemirsa, para pendengar rahimani wa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah yang ke-40 Ini dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Kita lanjutkan pembahasan kita dalam kitāb pada halaman 74, masih berkaitan bagaimana akhlak Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersama anak-anak kecil dan beliau mengajak bermain anak-anak kecil para sahabat radhiyallāhu 'anhum pada masanya.

مزيد من الوارد في لعب الصبيان والترويح عنهم

Penjelasan tambahan tentang permainan anak-anak yang berlangsung di zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan bolehnya kita mengajak bersenang-senang atau bermain-main. Tentunya selama dalam hal yang dibolehkan secara syar'i.

Telah berlalu firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam surat Yusuf, dimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman tentang Yusuf dan saudaranya.

Saudara Yusuf berkata kepada ayah mereka :

أَرۡسِلۡهُ مَعَنَا غَدٗا يَرۡتَعۡ وَيَلۡعَبۡ ......

"Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia bersenang-senang dan bermain-main...."

(QS. Yusuf :12)

Ini menunjukkan bahwa Nabi Yusuf pun bermain, walaupun saat itu saudara-saudaranya ingin berbuat makar kepada nabi Yusuf alayhissalām.

Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  bermain-main dengan anak-anak ketika beliau masih kecil.

Diriwayatkan di dalam shahīh Muslim dari Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَتَاهُ جِبْرِيلُ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ ‏.‏ ثُمَّ غَسَلَهُ فِي طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ لأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِي مَكَانِهِ وَجَاءَ الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ - يَعْنِي ظِئْرَهُ - فَقَالُوا إِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ ‏.‏ فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقَعُ اللَّوْنِ ‏.‏ قَالَ أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرَى أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِي صَدْرِهِ ‏

"Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam didatangi Jibrīl ketika dia sedang bermain dengan anak-anak lainnya. Lalu Jibrīl mengambilnya dan menidurkannya, dia membelah dadanya dan mengeluarkan hatinya, lalu dia mengeluarkan sekerat daging dan berkata, 'Ini bagian syaitan dari dalam dirimu' . Kemudian dia mencucinya dengan air zamzam di dalam sebuah wadah dari emas, selanjutnya dia menyatukan satu dengan yang lainnya dan mengembalikannya ketempat semula. Anak-anak itu datang dengan berlari kepada ibunya (ibu susu Rasūlullāh) mereka berkata, 'Sungguh, Muhammad telah dibunuh!' Mereka semua mendatanginya dan raut wajah beliau sudah berubah (menjadi pucat)"

Anas berkata, "Aku pernah melihat bekas jahitan tersebut di dada beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam".

(Hadīts shahīh riwayat Muslim 162)

Ini menunjukkan bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bermain bersama teman-teman sebaya dan ini diperbolehkan tentunya selama dalam batasan syar'i.

In syā Allāh akan kita jelaskan pada pertemuan berikutnya.

Demikian, semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________

Selasa, 11 Februari 2020

DI ANTARA KASIH SAYANG RASŪLULLĀH ﷺ KEPADA ANAK KECIL

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 16 Jumada Al-Akhir 1441 H / 10 Februari 2020 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 38 | Di Antara Kasih Sayang Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam Kepada Anak Kecil
⬇ Download audio: bit.ly/TarbiyatulAbna-38
~~~~~~~~~~~~

*DI ANTARA KASIH SAYANG RASŪLULLĀH ﷺ KEPADA ANAK KECIL*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد

Ma'asyiral Mustami'in, para pendengar, pemirsa yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-38 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.

Kita masih melanjutkan sesi sebelumnya, masih membahas hadīts yang berkenaan dengan rahmat dan kasih sayang Rasūlullāhshallallāhu 'alayhi wa sallam kepada umatnya terkhusus kepada anak-anak kecil.

Diantara hadīts yang menerangkan bahwa nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sangat memperhatikan hak dan kasih sayang terhadap anak-anak kecil adalah sebuah hadīts di dalam shahīh Muslim.

Hadīts dari Bura'idah bin Al Hushaibah Aslami  radhiyallāhu 'anhu tentang diakhirkannya hukuman rajam terhadap seorang wanita dari Ghamidiyyah yang mengaku berzinah dan hamil.

Bura'idah radhiyallāhu 'anhu berkata:

Ma'iz bin Mālik datang menemui Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam seraya berkata,

"Wahai Rasūlullāh, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku, karena aku telah berzina, oleh karena itu aku ingin agar engkau berkenan membersihkan diriku" Namun beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam menolak pengakuannya.

Hadīts ini diringkas oleh penulis.

Kemudian Bura'idah berkata :

Suatu ketika ada seorang wanita Ghamidiyah datang menemui Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam  seraya berkata, “Wahai Rasūlullāh  diriku telah berzina, oleh karena itu sucikanlah diriku.”

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menghindar dengan mengatakan: "Pulanglah kamu lalu beristighārlah memohon ampun kepada Allāh dan bertaubat kepada Allāh"

Keesokan harinya wanita tersebut datang menemui Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam  sambil berkata, “Wahai Rasūlullāh, kenapa anda menolak pengakuanku? Sepertinya engkau menolak pengakuanku sebagaimana engkau telah menolak pengakuan Ma’iz. Demi Allāh, sekarang ini aku sedang mengandung bayi dari hasil hubungan gelap itu.”

Mendengar pengakuan ter sebut  Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam  bersabda: “Sekiranya kamu ingin tetap bertaubat, maka pulanglah sampai kamu melahirkan.”

Tentunya ini bentuk irab bentuk bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam  tidak mau menghukum rajam wanita tersebut. Sebaiknya seseorang yang berzina itu bertaubat saja antara dirinya dengan Allāh.

Namun apabila sudah sampai kepada beliau, karena beliau adalah imam, waliyul amri disini berarti harus dirajam tetapi nant setelah bayi tersebut lahir.

Ini menunjukkan kasih sayang Allāh kepada anak kecil bahkan kepada yang masih di dalam perut sekalipun.

Sampai akhirnya disebutkan di dalam hadīts bahwa wanita itu akhirnya melahirkan dan diberikan jaminan oleh sebagian sahabat Anshar (maksudnya) diberi nafkah sampai wanita tersebut  melahirkan.

Dan setelah wanita tersebut melahirkan Nabi pun bersabda lagi,

"Tentunya kami tidak akan merajamnya sekarang, tidak mungkin kami meninggalkan anak itu sementara ibunya dirajam sehingga tidak ada yang menyusuinya nanti"

Akhirnya setelah itu ada seorang laki-laki dari Anshar yang mengatakan bahwasanya anak tersebut akan dicarikan ibu susu.

Setelah itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam merajamnya.

Hadīts ini diriwayatkan oleh shahīh Muslim dan
di dalam riwayat lain ada tambahan sedikit peristiwa bahwa anak tersebut setelah lahir oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ibunya diminta menyusui dulu sampai bayu tersebut  disapih.

Berarti disini versinya berbeda kalau tadi sampai ada sahabat yang menanggungnya kalau  disini betul-betul disusui sampai disapih dan sampai akhirnya datang lagi kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Coba bayangkan!

Wanita ini betul-betul ikhlas.

Itulah bedanya sahabat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, seandainya pun mereka bermaksiat mereka segera bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya (taubatan nasuha)

Sampai wanita tersebut mendatangi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan bayi yang sudah tidak menyusui lagi dan sudah memegang sepotong roti.

Dan wanita tadi mengatakan, "Wahai Rasūlullāh,  anak saya sudah besar dan sudah saya sapih"

Kemudian diberikanlah  anak tersebut kepada salah satu sahabat untuk diurus.

Lalu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diperintahkan untuk menggali lubang untuk membenamkan sebagian tubuh wanita itu,  akhirnya Nabi-pun merajamnya (radhiyallāhu 'anhā).

Ini contoh yang sangat jelas bagaimana Nabi sangat memiliki rahmat dan juga kasih sayang kepada umatnya.

Dari satu sisi beliau harus merajam wanita tersebut karena memang itu adalah hukuman dalam syari'at Allāh bagi orang yang berzina. Dan hukuman bagi  zina mukhsan adalah dengan dirajam.

Namun disini nabi juga memperhatikan hak anak kecil yang tidak bersalah. Karena yang bersalah adalah kedua orang tuanya yang telah melakukan zina.

Demikian Semoga bermanfaat bagi kita semua dan In syā Allāh kita lanjutkan pada sesi yamg akan datang masih dalam pembahasan yang mirip dan serupa.

Wallāhu A'lam bishawab

Semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________

Rabu, 05 Februari 2020

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 51, BAGIAN KETIGA

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 11 Jumada Al-Akhir 1441 H / 05 Februari 2020 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār
🔊 Halaqah 053b | Hadits 51 (Bagian 03)
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H053b
〰〰〰〰〰〰〰

*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 51, BAGIAN KETIGA*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh jami'an.

Kita lanjutkan pembahasan hadīts ke-51, bagian ketiga, dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil Abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhbār), yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'di rahimahullāh.

Perkara kedua yang diperintahkan kepada Abdurrahman bin Samurah di dalam hadīts ini adalah:

▪ Kedua  | Apabila seseorang sudah terlanjur bersumpah untuk melakukan suatu hal dan ternyata setelah itu dia melihat ada perkara lain yang lebih baik. Maka tidak mengapa baginya (bahkan dianjurkan) untuk tidak menunaikan sumpahnya tadi dan dia melakukan perkara yang lebih baik dari apa yang dia sumpahkan.

Namun dia diperintahkan untuk menunaikan kafarah.

Contoh:

Apabila dia bersumpah untuk melakukan suatu perkara yang makruh atau meninggalkan perkara yang mustahab maka tentunya hal yang lebih baik adalah dia melakukan hal yang mustahab dan meninggalkan yang makruh. Itu kebalikan dari apa yang dia bersumpah.

Maka dia dianjurkan untuk tetap melakukan perkara yang mustahab tersebut dan meninggalkan hal yang yang makruh kemudian dia menunaikan kafarah sumpah yang tidak jadi dia lakukan. 

Kalau seseorang bersumpah untuk melakukan perkara yang wajib atau seseorang bersumpah untuk melakukan perkara yang haram maka dia tidak boleh menunaikan sumpahnya tadi. Dia wajib untuk menggagalkan sumpahnya dan membayar kafarah atau menunaikan kafarahnya.

Kafarah sumpah tersebut dia diberikan pilihan antara memerdekakan seorang budak atau memberikan makan 10 orang miskin atau memberikan pakaian kepada 10 orang miskin.

Jika tidak ada satupun yang dia mampu untuk tiga hal tadi maka dia menunaikan kafarahnya dengan cara berpuasa selama 3 hari atau dikenal dengan kafaratul yamin yaitu kafarah atas suatu sumpah yang tidak jadi dia lakukan.

Demikian pembahasan kita terhadap hadīts yang mulia ini.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla senantiasa memberikan kepada kita taufīq kepada kebaikan dan menghindarkan kita dari perkara-perkara yang buruk bagi kita.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla senantiasa menjadikan kita orang yang bisa untuk menunaikan amanah atau tanggung jawab yang telah Allāh berikan kepada kita.

Demikian

Wallāhu Ta'āla A'lam

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
____

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 51, BAGIAN KEDUA

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 10 Jumada Al-Akhir 1441 H / 04 Februari 2020 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhbār
🔊 Halaqah 053a | Hadits 51 (Bagian 02)
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H053a
〰〰〰〰〰〰〰

*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 51, BAGIAN KEDUA*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على عبده ورسوله محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh jami'an.

Kita lanjutkan pembahasan hadīts ke-51 bagian kedua, dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil Abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhbār), yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'di rahimahullāh.

⑵ Tatkala dia meminta imaarah, menunjukkan adanya tanda dia bertawakal kepada dirinya sendiri, dia merasa dia mampu untuk menunaikan tanggung-jawabnya, dia merasa dia yang paling layak untuk menunaikannya.

Tentunya akan menjadikan dia tidak meminta pertolongan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla tatkala sudah diserahkan tangguh-jawabnya.

Adapun orang yang apabila dia mendapatkan suatu jabatan (kekuasaan) tadi tanpa dia minta (tanpa dia berkeinginan) berarti dia akan mendapatkan pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan dia akan bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam menjalankan tanggung-jawabnya.

Tatkala dia tidak meminta, dia merasa dia tidak memiliki kemampuan untuk menunaikan tanggung-jawab dan beban-beban kewajiban yang ada di dalam kekuasaan tersebut.

Sehingga tatkala dia mendapatkan posisi itu, maka semakin besarlah rasa tawakalnya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Semakin besarlah rasa perasaan butuh kepada pertolongan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sehingga Allāh akan memberikan pertolongan kepadanya. Dia-lah orang yang layak untuk mendapatkan pertolongan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Namun para ulama rahīmakumullāh menyatakan ada suatu kondisi dimana meminta jabatan ( kekuasaan) ini diperbolehkan.

Kapan?

Ketika ada suatu maslahat yang besar yang bisa tercapai jikalau dia menyodorkan dirinya untuk mendapatkan posisi jabatan tersebut seperti apa yang dilakukan oleh Nabi Yusuf alayhissalām tatkala beliau meminta untuk diserahkan kepadanya tanggung-jawab mengelola harta.

Dan beliau mengatakan:

إني حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ

_"Aku adalah seorang yang amanah.”_

Tatkala beliau tahu, apabila harta ini diserahkan kepada orang lain atau dipegang oleh orang lain, maka akan hilang amanah.

Maka orang yang merasa bisa menunaikan amanah tersebut dan dia khawatir amanah ini akan disia-siakan oleh orang lain kalau dia tidak meminta, maka tidak mengapa baginya dia meminta.

Kemudian, beliau sebutkan 'alim, "Aku tahu kemana dan bagaimana cara mengelolanya."

Karena itu bagi orang yang dia merasa apabila dia tidak memegang hal itu atau jabatan tersebut, jabatannya atau wewenangnya justru akan diselewengkan oleh orang lain maka tidak mengapa baginya untuk meminta.

Tentunya dengan terus berusaha dengan terus meminta pertolongan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan berusaha semaksimal mungkin untuk menunaikan tanggung-jawab yang telah dibebankan kepadanya.

Demikian

Wallāhu Ta'āla A'lam

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
____

Senin, 03 Februari 2020

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 51, BAGIAN PERTAMA

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 09 Jumada Al-Akhir 1441 H / 03 Februari 2020 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār
🔊 Halaqah 053 | Hadits 51
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H053
〰〰〰〰〰〰〰

*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 51, BAGIAN PERTAMA*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على عبده ورسوله محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh jami'an.

Ini adalah halaqah kita yang ke-53, dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil Abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhbār), yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'di rahimahullāh.

Pembahasan kita sudah sampai pada pembahasan hadīts ke-51, hadīts dari Abdurrahman bin Samurah radhiyallāhu ‘anhu. Beliau mengatakan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda kepadaku :

يا عبدَ الرحمن بنَ سمرة، لا تسأل الإمارة؛ فإنكَ إنْ أُوتِيتَهَا عن مسألة وُكِلْتَ إليها، وإنْ أوتيتَها من غير مسألة أُعِنْتَ عليها. وإذا حلفت على يمين فرأيت غيرها خيرا منها فائت الذي هو خير وكفر عن يمينك

_"Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kekuasaan, karena sesungguhnya jika engkau meminta kekuasaan berdasarkan permintaanmu maka engkau layak untuk tidak ditolong oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla (akan diserahkan urusannya kepada dirimu)._

_Namun, jikalau engkau diserahi kekuasaan tanpa ada permintaan darimu, niscaya engkau layak untuk mendapatkan pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla._

_Jikalau engkau bersumpah untuk suatu perkara yang dimana engkau memandang ada perkara lain yang lebih baik dari hal itu, maka kerjakanlah perkara yang lebih baik itu dan engkau langgar (tidak perlu memenuhi sumpahmu) namun bayarlah (tunaikan) kafarahnya."_

(Hadīts shahīh diriwayatkan oleh Imam Al Bukhāri dan Muslim)

⇒ "Janganlah engkau meminta kekuasaan," maksudnya:

"Janganlah engkau meminta suatu posisi (amanah) yang berkaitan dengan hak-hak kaum muslimin baik dalam permasalahan pemerintahan, masalah qadha (peradilan) maupun hal-hal lain yang di situ merupakan perkara wilayah (perkara kekuasaan)."

Di dalam hadīts yang mulia ini terdapat dua permasalahan yang disampaikan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan diajarkan kepada kita, yaitu:

▪ Pertama  | Selayaknya seorang hamba tidak meminta jabatan atau kekuasaan atau kepemimpinan.

Karena yang demikian berarti dia telah menjadikan dirinya dihadapkan kepada suatu tanggung jawab yang besar, yang mana dia tidak tahu apakah itu suatu kebaikan bagi dirinya atau justru sebuah keburukan untuk dirinya dikemudian hari.

Dan dia tidak tahu apakah dia mampu untuk menunaikan tanggung-jawab yang diserahkan kepada dia atau tidak, jikalau dia memintanya.

Sehingga dalam hadīts ini, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya, "Apabila seorang hamba, dia meminta imaarah (jabatan atau kekuasaan) dan dia berhasrat untuk mendapatkannya maka urusannya akan diserahkan (disandarkan) kepada dirinya".

Dan tentunya apabila suatu urusan telah disandarkan kepada seorang hamba, berarti Allāh tidak memberikan taufīq kepadanya dan dia bertawakal (ditawakalkan) kepada dirinya sendiri.

Allāh menelantarkannya, Allāh tidak akan memberikan petunjuk kepada perkara-perkara yang baik bagi dirinya dan tidak akan memberikan pertolongan kepadanya.

Hal itu dikarenakan ketika dia meminta jabatan tersebut menandakan adanya dua perkara yang ada dalam dirinya

الحرص على الدنيا والرئاسة

_⑴ Menunjukkan adanya hasrat (keinginan) untuk mendapatkan kepentingan duniawi dan kepemimpinan kekuasaan._

Dimana hasrat tersebut akan membawa dia kepada keraguan atau diragukan di dalam menunaikan amanah dan juga akan membawa dia kepada perasaan lebih baik dibandingkan orang lain. Karena dia merasa bahwasanya jabatan itu adalah layak buat dia.

Demikian. Wallāhu Ta'āla A'lam

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
____

Kajian

IMAN TERHADAP WUJUD ALLĀH

🌍 BimbinganIslam.com 📆 Jum'at, 30 Syawwal 1442 H/11 Juni 2021 M 👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA 📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah  Fī...

hits