Rabu, 30 September 2020

PENGERTIAN IBADAH

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 13 Shafar 1442 H / 30 September 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 007: Pengertian Ibadah
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-007
〰〰〰〰〰〰〰

*PENGERTIAN IBADAH*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Pengertian ibadah adalah: Segala sesuatu yang mencakup hal-hal yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla cinta dengannya dan ridhā dengannya baik berupa perkataan maupun perbuatan.

Perkataan yang baik jauh lebih mulia dibandingkan seseorang bersedekah kemudian sedekah tersebut diikuti dengan penyebutan dan sebutan.

Kemudian, Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: "Siapakah yang disembah?"

Yang disembah tiada lain kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Nabi Ibrāhīm alayhissallām pernah berkata:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

_"Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.”_

(QS. Ibrāhīm: 35)

Dalam bahasa Arab ada istilah: صنم , artinya "berhala". Berhala yang berbentuk manusia, hewan atau makhluk hidup lainnya.

Berbeda dengan: وثن , artinya berhala yang diagungkan (disembah) dan berhala tersebut tidak berupa makhluk hidup (misalnya pohon, kuburan).

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda:

 اللَّهُمَّ لا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ

_"Yā Allahu, janganlah engkau menjadikan kuburanku berhala yang diibadahi.”_

Subhānallāh,

Apa yang dikhawatirkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam luar biasa!

Beliau khawatir kuburannya dijadikan oleh orang-orang untuk tempat beribadah dan di zaman sekarang kita jumpai ada sebagian kuburan yang didatangi banyak orang, sehingga terkadang terjadi kesyirikan (hal-hal yang Allāh tidak ridha) dengannya.

Kenapa ?

Karena sebagian orang sering kali datang ke kuburan bahkan menyembahnya. Kalau sekedar datang ke kuburan tidak masalah. Orang datang ke kuburan, boleh! Sebagaimana disebutkan di dalam hadīts.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ، أَلا فَزُورُوهَا، فَإِنَّهُ يَرِقُّ الْقَلْبَ، وَتَدْمَعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ الآخِرَةَ، وَلا تَقُولُوا هَجْرًا

_"Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat. Namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah.”_

(Hadīts riwayat Al Hākim no.1393, dishahīhkan Al Albāniy dalam Shahīh Al Jāmi’, 7584)

⇒ Ini menunjukkan bolehnya ziarah kubur.

Tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور

_"Allāh melaknat wanita yang sering berziarah kubur.”_

(Hadīts riwayat At Tirmidzī nomor 1056, komentar At Tirmidzī : “Hadīts ini hasan shahīh.”)

Disebutkan di dalam hadīts lain bahwasanya di antara fungsi ziarah kubur adalah mengingatkan seseorang akan kematian.

Tetapi di zaman sekarang, kita jumpai adanya sebagian orang yang berziarah kubur tidak untuk mengingat kematian tetapi untuk mengingat kehidupan.

Bagaimana ziarah kubur mengingatkan kehidupan?

Tadi disebutkan asal muasal ziarah kubur diperbolehkan untuk mengingat kematian. Ingat suatu saat nanti setiap manusia akan meninggal dunia.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ

_"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati."_

قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَـٰقِيكُمْ ۖ

_Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu."_

(QS. Al Jumu'ah: 8)

Di sini, manfaat ziarah kubur adalah untuk mengingat kematian.

Tadi kita katakan adanya sebagian orang ziarah kubur untuk mengingat kehidupan, bagaimana bentuknya?

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Ada sebagian orang begitu akan pergi untuk ziarah kubur, mereka menyiapkan makanan, minuman dengan dalih apa yang menjadi kebiasaan (kesukaan) yang meninggal sewaktu masih hidup, itu yang mereka bawa.

Kalau yang meninggal dulunya (misalnya, ayahnya) suka kopi maka mereka membawakan kopi kekuburan. Ketika masih hidup dahulu si mayit suka pisang goreng atau bakwan maka dia membawakan pisang goreng atau bakwan tersebut.

Di sinilah sebagian orang ziarah kubur untuk mengingat kehidupan, mengingat apa yang menjadi kesukaan si mayat waktu masih hidup, itulah yang dibawa.

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Suatu saat ada seseorang pernah berkata kepada kami:

"Ustadz, saya pernah datang ke kuburan dengan kerabat saya dan waktu itu kami datang ke sana dengan membawa apa yang menjadi kesukaan ayah saya waktu beliau masih hidup yaitu teh pahit, karena acara di sana lama sekali sehingga saya haus kemudian saya minum teh pahit tersebut, semua saudara saya melihat ke arah saya dengan pandangan yang tidak menyenangkan karena saya telah meminum teh pahit yang seharusnya diberikan kepada ayah saya."

Kemudian saya mengatakan kepada mereka, "Nanti kalau ayah bertanya: Siapa yang minum teh pahitnya? Katakan: Saya yang minum teh beliau."

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Jadi, ada sebagian orang datang ke kuburan dalam rangka mengingat kehidupan. Oleh karena itu seorang mukmin hendaknya sebelum melakukan sesuatu harus berilmu.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍۢ ۚ

_"Allāh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."_

(QS. Al Mujadilah: 11)

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini. Jika ada yang kurang berkenan, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih kami ucapkan kepada sahahat BiAS semoga lain waktu kita bisa bersua kembali.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

__________________________________

Selasa, 29 September 2020

APAKAH ARTI IBADAH?

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 12 Shafar 1442 H / 29 September 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 006: Apakah Arti Ibadah
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-006
〰〰〰〰〰〰〰

*APAKAH ARTI IBADAH?*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan di dalam Al Qurān:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَـٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

_Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasūl pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):_

_"Sembahlah Allāh (saja), dan jauhilah Thāgūt itu."

_Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allāh dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasūl-rasūl)."_

(QS An Nahl: 36)

Allāh menyebutkan, "Dan sungguh telah Kami utus rasūl," bukan orang biasa, karena rasūl adalah utusan Allāh, utusan terbaik dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala kita berbicara sesuatu hal yang biasa disebut maka hal tersebut tidak memiliki arti yang berlebih. Tetapi tatkala sesuatu tersebut disandarkan kepada yang mulia maka jadilah ia mulia

Contoh:

√ Baitun artinya rumah.
√ Baitullāh artinya rumah Allāh.

Apabila ada penyandaran kalimat sesudahnya (Allāh) maka jadilah mulia (baitullāh) karena yang dimaksud adalah Ka'bah.

√ Abdun artinya hamba, jika disandarkan pada yang mulia maka jadilah Abdullāh (hamba Allāh).

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengutus Rasūlullāh:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا

_"Sungguhnya Kami telah mengutus rasūl pada tiap-tiap umat."_

Dan Allāh menyebutkan:

"Ada rasūl Allāh, yang Allāh kabarkan kepada kita semua, ada juga rasūl-rasūl Allāh yang tidak dikabarkan (diceritakan) Kepada kita."

Apakah tugas para nabi?

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:  ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ (hendaknya mereka beribadah).

Ibadah memiliki arti:

اسم جامع لكل مايحبه الله ويرضاه

_"Segala sesuatu yang Allāh cinta dengannya dan Allāh ridhā dengannya."_

Siapun di antara kita, cinta kepada orang tua kita (bapak, ibu kita). Makan ketika kita hendak menikah maka kita berharap ridhā kedua orang tua kita (restu orang tua kita).

Subhānallāh.

Maka tidak ada nikmat yang melebihi nikmatnya seseorang memperoleh keridhāan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam semuanya masuk surga karena mereka mendapatkan gelar yang mulia dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan: "Radhiyallāhu 'anhum wa radhu'an (Allāh Subhānahu wa Ta'āla ridhā dengan mereka dan merekapun ridhā kepada Allāh)."

Subhānallāh, kemuliaan.

Mana kala kita hidup dan senantiasa berdo'a dengan mengatakan:

رضيت بالله ربا

_"Yā Allāh, aku ridhā bahwasanya Engkau adalah Tuhanku."_

Sehingga tatkala seseorang berkata: رضيت بالله ربا , dia berkata dengan sejujurnya. (Subhānallāh), maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan senantiasa memberikan kepadanya penjagaan.

Karena semua yang dilakukan hamba ini berada di dalam gengaman Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dia menyerahkan urusannya hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan demikianlah hendaknya seorang mukmin, dia bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:

وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

_"Dan hanya kepada Allāh saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri."_

(QS Ibrāhīm: 12)

Apakah yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla cinta dan ridhā dengannya?

Seseorang melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu adalah perbuatan, maka dikatakan seseorang melakukan suatu hal maka itu adalah perbuatan. Dan seseorang meninggalkan sesuatu juga perbuatan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:

Ada orang yang membaca Al Qurān sehingga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memuliakan orang tersebut tetapi ada juga orang tidak membaca Al Qurān sehingga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan, "Mereka menjadikan Al Qurān tidak lagi dibaca.”

Apakah berbuatan tersebut nampak atau tersembunyi, karena ada sebagian orang yang melakukan suatu perbuatan dan perbuatan tersebut harus nampak.

Contoh:

√ Seseorang mengeluarkan zakāt fithr, zakāt tersebut harus nampak tidak boleh disembunyikan.

√ Seorang laki-laki datang ke masjid, tidak boleh dia datang ke masjid secara sembunyi-sembunyi. Shalāt fardhu bagi laki-laki harus tampak dilakukan di masjid.

Ada juga amalan yang boleh disembunyikan boleh juga ditampakkan.

Contoh:

√ Seseorang mengeluarkan infāq.

Dan seseorang boleh juga menyembunyikan infāq (sedekahnya) sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

 وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ سِرًّۭا وَعَلَانِيَةًۭ

_"Dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan."_

(QS Al Fathir: 29)

Maka ibadah di sini tidak terbatas membaca Al Qurān, tidak terbatas dengan zakāt, shalāt sunnah, puasa atau yang lainnya.

Tetapi segala sesuatu yang ditujukan untuk Allāh dan Allāh cinta dan ridhā dengannya.

Misalnya:

√ Seorang wanita menyiapkan minuman untuk suaminya, kemudian dia berdo'a, "S semoga suamiku semakin sehat, semoga suamiku dengan minum teh ini memperoleh kemudahan di dalam pekerjaannya dan badannya selalu dijaga oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Ini adalah bentuk ikhtiar, maka apa yang dilakukan wanita ini adalah ibadah.

√ Seorang laki-laki keluar dari rumahnya kemudian berkata:

بِسْمِ اللَّهِ ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ ، وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّه

_"Dengan menyebut nama Allāh, aku menyerahkan diriku pada Allāh dan tidak ada daya dan kekuatan selain dengan Allāh saja."_

Subhānallāh, perhatikan!

Seorang wanita ditinggal oleh suaminya dan suaminya pergi lalu berkata:

بِسْمِ اللَّهِ ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ

Maka berangkatnya seorang suami meninggalkan rumah mendapat pahala, belum bekerja sudah berpahala.

Kenapa?

Karena dia meninggalkan rumah dan mengikuti ajaran Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan mengatakan:

بِسْمِ اللَّهِ ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ

Dia serahkan urusannya hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan disini adalah bagian daripada ibadah.

Begitu laki-laki ini bekerja dan dia memperoleh harta. Kemudian harta tersebut dia sedekahkan, dia belanjakan untuk keluarganya, ini juga bagian dari ibadah.

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, ada hal yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya, terima kasih kami ucapkan kepada sahabat BiAS. Semoga lain waktu kita bisa bersua kembali.

التوفيق بهذا قدر
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
____________________

Senin, 28 September 2020

MUQADDIMAH (BAGIAN 5)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 11 Shafar 1442 H / 28 September 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 005: Muqaddimah (bagian 05)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-005
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH (BAGIAN 5)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Berikutnya pengarang mengatakan:

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ

_"Aku tidak menciptakan jinn dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."_

(QS Adz Dzāriyāt: 56)

Para ulamā tatkala menafsirkan: يَعۡبُدُونِ adalah yuwahhidun.

Kita perhatikan ayat ini.

"Dan tidaklah Aku ciptakan."

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah Al Khaliq (Dzat yang Maha Pencipta), pencipta langit dan bumi.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang memberikan kepada kita suatu pernyataan:

"Sesungguhnya Dialah Allāh, Dzat yang Maha Pencipta (Al khaliq Al Bāri)."

Apakah yang Allāh ciptakan?

Dialah Allāh Rabbul Ālamīn.

Ketika kita berbicara Ālamīn, maka Ālamīn adalah jinn, manusia dan yang lainnya, itu adalah alam.

Penyebutan jinn didahulukan baru setelah itu penyebutan manusia.

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Begitu kita lihat ayat ini:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ

Kenapa jinn didahulukan dan penyebutan manusia diakhirkan? Padahal ketika kita berbicara ilmu, tentunya manusia jauh lebih mulia jika dibandingkan dengan jinn.

Tetapi kenapa jinn lebih dahulu disebutkan?

Jawabannya adalah:

Karena penciptaan jinn lebih awal dibandingkan penciptaan manusia.

Di ayat lain Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga menyebutkan:

ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ ۞ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ

_"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari (golongan) jin dan manusia."_

(QS  An Nās: 5-6)

Ayat di atas menyebutkan jinn dahulu baru manusia.

Tadi telah kita sampaikan bahwasanya, penyebutan jinn lebih dahulu dari manusia karena penciptaan jinn lebih awal dibanding penciptaan manusia.

Jinn adalah makhluk Allāh dan Allāh menyebutkan:

إِنَّهُۥ يَرَىٰكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

_"Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka."_

(QS Al 'Arāf: 27)

Subhānallāh.

Nikmat tatkala kita tidak melihat jinn. Tatkala kita berada di masjid di sana ada majelis ilmu, ada kaum muslimin yang hadir begitu juga ada jinn yang hadir.

Sebagaimana manusia ada yang muslim ada pula yang kafīr, demikian pula jinn ada yang muslim ada pula yang kafīr.

Oleh karena itu kita dianjurkan banyak membaca do'a agar dijauhkan dari gangguan jinn.

ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ ۞ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ

Sebagian jinn beriman kepada Allāh.

Bagi yang ingin mendalami pengetahuan tentang masalah jinn (bagaimanakah jinn beriman kepada Allāh), bisa buka surat Al Jinn.

Maka tidak benar bila ada sebagian orang yang memahami, bahwasanya jinn itu tidak ada. Jinn itu ada dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan di dalam ayat-Nya

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ

Di dalam Al Qurān terdapat surat Al Insān, manusia diciptakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Manusia adalah makhluk Allāh yang terhormat, manusia adalah makhluk Allāh yang bermartabat, manusia adalah makhluk Allāh yang mulia.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ .

_"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Ādam."_

(QS Al Isrā': 70)

Dalam ayat lain Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍۢ

_"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."_

(QS At Tīn: 4)

Dan manusia adalah sebaik-baik bentuk. Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan nikmat kepada manusia berupa panca indera.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla ciptakan manusia dalam keadaan terhormat, tatkala manusia berdiri kepalanya di atas, tatkala manusia duduk kepalanya di atas, tatkala manusia tidur (mengambil bantal) dan kepalanya tetap berada di atas.

Coba perhatikan ayam.

Tatkala ayam berjalan, kepalanya di atas, tatkala ayam makan, maka ekor ayam tersebut lebih tinggi dibandingkan kepalanya.

Kita perhatikan kambing.

Kepala kambing sejajar dengan punggungnya, sejajar dengan badannya, begitu kambing makan, maka ekornya (pantatnya) lebih tinggi daripada kepalanya.

Tetapi manusia adalah makhluk yang mulia maka kemuliaan yang ada pada manusia hendaknya dijadikan syukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla :  إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ.

Yang dimaksud dengan: يَعۡبُدُونِ , adalah yuwahhidun, meng-Esakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam perkara ibadah.

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, in syā Allāh pada pertemuan yang akan datang kita akan bahas lanjutan dari pembahasan Kitābu At Tauhīd yaitu apakah arti ibadah.

In syā Allāh  akan kita sampaikan pada pertemuan yang akan datang.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

____________________

Sabtu, 26 September 2020

ILMU YANG HARUS DIPELAJARI TERLEBIH DAHULU

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 09 Shafar 1442 H / 26 September 2020 M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc.
📗 Kitab Kewajiban Menuntut Ilmu
🔊 Halaqah 05 | Ilmu Yang Harus Dipelajari Terlebih Dahulu
⬇ Download audio: bit.ly/KewajianMenuntut-Ilmu-05
〰〰〰〰〰〰〰

*ILMU YANG HARUS DIPELAJARI TERLEBIH DAHULU*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي أعلى  شأن العلم ورفع أهله درجات، والصلاة والسلام على نبيه محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وبعد

Sahabat BiAS yang di muliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada kesempatan kali ini, kita masih melanjutkan pembacaan (pembahasan) kitāb Mukhtashar Fardi Thalabil 'Ilmi karya Al Imām Abū Bakr Muhammad bin Al Husain Al Aajurriy rahimahullāh yang meninggal tahun 360 Hijriyyah.

Beliau rahimahullāh berkata:

_Jika ada seorang yang bertanya, "Engkau telah menyemangati kami untuk menuntut ilmu, engkau juga sudah memperingatkan kami dari kejāhilan, lalu ilmu apa yang harus kita pelajari terlebih dahulu sehingga kita bisa keluar dari pintu kebodohan?"_

_Maka aku katakan (Aku sarankan) :_

_⑴ Untuk mempelajari Al Qur'ān dan menghafalnya._

_Jika Allāh memudahkanmu untuk menghafal Al Qur'ān maka puji Allāh katakan Alhamdulilāh._

_Dan perbanyak pelajaranmu tentang Al Qur'ān._

(komentar saya: dan masuk dalam mempelajari Al Qur'ān adalah mempelajari bahasa arab, karena tanpanya seorang tidak akan mungkin bisa memahami Al Qur'ān dengan sempurna.)

_⑵ Pelajarilah ilmu halal dan haram (ilmu fiqih) dan berbagai hukum yang Allāh turunkan pada Al Qur'ān._

_⑶ Pelajarilah ilmu waris._

_Sebuah ilmu yang harusnya seorang yang telah menghafal Al Qur'ān faham terhadapnya._

_⑷ Pelajarilah sunnah dan hadīts-hadīts sehingga engkau tambah faham makna-makna Al Qur'ān._

_Dan tidak akan mungkin seorang bisa melaksanakan kewajiban Allāh kecuali dengan mengetahui hadist-hadits._

_⑸ Pelajarilah sunnah-sunnah atau jalan hidup shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam._

_⑹ Pelarilah kitāb-kitāb fiqih yang menerangkan makna-makna hadīts (kitāb Syarah)._

_⑺ Duduklah dengan orang-orang yang faham dalam agama dan pelajarilah dari mereka hal-hal yang wajib atas kalian._

_Dan tujuan utama menuntut ilmu adalah menghilangkan kejāhilan dan kebodohan, mengibadahi Allāh dengan cara yang Allāh kehendaki._

_Siapa yang ini adalah tujuannya pasti Allāh akan jadikan ilmunya bermanfaat dan pasti ia akan membawa manfaat._

_Serta pasti taufīq Allāh akan ia dapatkan, Allāh akan perbanyak ilmunya yang sekarang masih sedikit dan Allāh pasti akan memberikan keberkahan kepadanya._

_Jika ada yang mengatakan: "Aku hanya bisa menghafal Al Qur'ān , tapi aku tidak mampu mempelajari ilmu atau tidak bisa menuliskan pelajaran-pelajarannya, begitu juga dalam hadīts, lalu apa yang engkau anjurkan ?"_

_Aku anjurkan kepadamu untuk terus duduk bersama para ulamā, yang ia bisa memberikan manfaat dalam kehidupan agamamu, semangatlah untuk mempelajari ilmu yang ia miliki dan terus ikuti dia dalam majelis-mejelisnya._

_Dan jangan engkau menjadi seorang yang sibuk menghafalnya (Al Qur'ān) ? tapi tidak bisa menjaga batasan-batasan yang ada didalam padanya (Al Qur'ān)._

_Semangatlah untuk berakhlaq dengan akhlaq para penghafal Al Qur'ān dan mintalah pertolongan kepada Allāh._

_Barangsiapa yang mengamalkan ilmunya, pasti Allāh akan berikan dia taufīq dan kemudahan untuk memepajari ilmu yang belum ia ketahui._

_Orang yang sudah merasakan manfaat ilmu, pasti ia akan semangat mencarinya dan siapa yang telah merasakan manisnya ilmu, pasti ia akan mampu menelan rasa pahit jalan yang dilaluinya._

_Siapa yang benaknya bersih pasti akan merasakan kelezatan ilmu dan menghindari hal-hal yang memalingkan darinya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allāh pasti Allah akan perbagus pertolongannya dan memenuhi kebutuhannya._

Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi-Nya, keluarganya dan para shahābat semua

Wallāhu Ta'āla A'lam

🖋 Akhukum fillāh Ratno
________________________

RENDAH HATI ULAMĀ DAN PENUNTUT ILMU

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 08 Shafar 1442 H / 25 September 2020 M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc.
📗 Kitab Kewajiban Menuntut Ilmu
🔊 Halaqah 04 | Rendah Hati Ulama Dan Penuntut Ilmu
⬇ Download audio: bit.ly/KewajianMenuntut-Ilmu-04
〰〰〰〰〰〰〰

*RENDAH HATI ULAMĀ DAN PENUNTUT ILMU*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي أعلى  شأن العلم ورفع أهله درجات، والصلاة والسلام على نبيه محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وبعد

Sahabat BiAS yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada kesempatan kali ini, kita masih melanjutkan pembacaan (pembahasan) kitāb Mukhtashar Fardi Thalabil 'Ilmi karya Al Imām Abū Bakr Muhammad bin Al Husain Al Aajurriy rahimahullāh yang meninggal tahun 360 Hijriyyah.

Beliau rahimahullāh berkata:

_Ketahuilah, semoga Allāh merahmati mu, suatu sifat yang sangat diperlukan oleh seorang ahli ilmu, oleh seorang penuntut ilmu, serta sifat yang sangat pantas untuk mereka genggam erat-erat adalah sifat rendah hati (tawadhu')._

_Sifat ini (tawadhu') jika dilihat dari penuntut ilmu akan tergambarkan pada dirinya, pada semangatnya._

_Seorang yang rendah hati akan tetap semangat dan tidak malu untuk mengambil ilmu dari orang-orang yang lebih muda atau orang-orang yang berada dibawah mereka. Sebagaimana ia tidak malu mengambil dari orang yang lebih tua, ia juga tidak malu mengambil ilmu dari orang yang lebih rendah kedudukannya. Ia akan menerima kebenaran dengan cara yang baik._

_Ia akan bersyukur kepada Allāh atas ilmu yang ia dapatkan, kemudian ia akan berterima kasih kepada perantaranya._

_Dan kerendahan hati ini juga akan terlihat ketika para penuntut ilmu itu semangat untuk bertanya kepada guru-guru mereka._

_Dan ada dua hal (sifat) yang menghalangi seseorang bertanya kepada para ulamā mengenai hal-hal yang belum mereka pahami, (yaitu) sifat malu dan sombong (dua ini adalah perusaknya)._

_Diriwayatkan dari mujāhid, ia berkata :_

لا يتعلَّمُ العلم مُستحي ولا مُستَكبِر

_"Orang pemalu dan sombong tidak akan mungkin mendapatkan ilmu."_

_Jika seorang penuntut ilmu mau merendahkan hati di hadapan para ulamā dan guru mereka, pasti mereka akan dicintai. Pasti mereka akan mendapat banyak pelajaran berharga._

_Akan tetapi jika mereka sombong dan menampakan diri bahwa ia tidak butuh kepada ilmu mereka, maka guru-guru mereka tidak akan simpati kepadanya. Bahkan mereka kurang suka memberikan faedah dan pelajaran kepada orang yang seperti itu sifatnya._

_Adapun kerendahan hati (tawadhu’)nya seorang ulamā adalah dengan ucapan syukurnya kepada Allāh dan kerendahan hati dihadapan-Nya. Dan ia tahu bahwa Allāh telah memberikan kepadanya kelebihan khusus, telah menjadikannya salah seorang pewaris nabi. Dan ia tahu bahwa manusia sangat butuh kepada ilmunya. Maka dia akan merendah dan berakhlak dihadapan para muridnya._

_Dia tidak akan merendahkan dan meremehkan para muridnya. Dan ia akan memberikan saran-saran serta trik-trik agar para muridnya bisa belajar dengan baik. Jika seorang ulamā, seorang guru, seorang pengajar bisa memiliki adab seperti itu, pasti Allāh akan mengangkat derajatnya dan pasti Allāh akan bikin manusia cinta kepada mereka._

_Umar bin Al Khaththāb berkata :_

_"Pelajarilah ilmu, pelajarilah adab ilmu, ketenangannya, kesabarannya. Dan rendahkah hati kalian kepada guru-guru kalian. Dan guru-guru kalian hendaknya juga rendah hati kepada kalian. Janganlah kalian menjadi orang yang angkuh kepada ilmu, karena kalau kalian angkuh dengan ilmu kalian, pasti ilmu itu tidak akan bisa mengalahkan kejāhilanmu."_

_Orang yang telah memperhatikan berbagai hal yang telah disampaikan, ia pasti akan mendahulukan ilmu yang wajib terlebih dahulu._

_Dan pasti ia akan bersabar dengan segala halangan dan rintangan dalam menggapainya._

_Dan yang akan melakukan hal itu adalah orang yang memiliki kecemburuan atas agamanya. Ia lebih cemburu kepada agamanya dari pada kepada jiwa dan hartanya. Hal tersebut dimiliki oleh orang yang berilmu lagi berakal._

_Dan harta yang paling berharga, modal pokok seorang mukmin adalah agamanya, ia tidak akan pernah meninggalkannya._

_Dan ketahuilah, semoga Allāh merahmatimu, kita sekarang berada pada suatu masa yang sangat banyak fitnah dan cobaannya, dari berbagai sisi pandangnya._

_Jika seorang tidak memiliki ilmu dan keikhlāsan, tentu mereka tidak akan bisa  menghempaskan fitnah-fitnah tersebut dan pasti mereka akan hancur lebur._

Wallāhu Taala A'lam (bersambung in syā Allāh)
______________________

Kamis, 24 September 2020

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 06 Shafar 1442 H / 24 September 2020 M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc.
📗 Kitab Kewajiban Menuntut Ilmu
🔊 Halaqah 03 | Keutamaan Menuntut Ilmu
⬇ Download audio: bit.ly/KewajianMenuntut-Ilmu-03
〰〰〰〰〰〰〰

*KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي أعلى  شأن العلم ورفع أهله درجات، والصلاة والسلام على نبيه محمد وعلى آله وصحبه أجمعين وبعد

Sahabat BiAS yang di muliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla .

Pada kesempatan kali ini, kita masih melanjutkan pembacaan (pembahasan) kitāb Mukhtashar Fardi Thalabil 'Ilmi, karya Al Imām Abū Bakr Muhammad bin Al Husain Al Aajurriy rahimahullāh yang meninggal tahun 360 Hijriyyah.

Dalam buku tersebut beliau rahimahullāh menyatakan:

"Para penyandang gelar pentuntut ilmu harusnya berbahagia, karena ia telah menempuh suatu jalan yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla  akan mudahkan ia menuju Surga."

Dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

_"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, pasti akan Allāh mudahkan jalannya menuju Surga."_

Ini adalah suatu keutamaan yang akan didapat oleh seorang yang baik niatannya, ikhlas karena Allāh Ta’ala.

Jika ada yang bertanya: Apa arti niatan yang baik?

Kita jawab: Ia adalah seorang yang keluar untuk belajar ilmu dengan tujuan mengangkat kebodohan dari dalam dirinya, menuntut ilmu tentang hak-hak Allāh dalam peribadahan, sehingga ia bisa menyembah dan beribadah kepada Allāh dengan benar.

Ia mencari ilmu yang bermanfaat bagi dirinya, jika ada suatu permasalahan dunia ataupun akhirat yang belum ia ketahui, ia bergegas menuju kepada para ulamā untuk belajar, dengan niatan karena Allāh dan untuk menyelamatkan agamanya.

Dan setiap jalan yang ditempuh oleh penuntut ilmu, baik pendek atau panjang, ia tetap mendapatkan keutamaan sebagaimana dalam hadīts tersebut. Dan pasti ia akan diberikan pertolongan dalam usahanya, in syā Allāh.

Dan ketahuilah, semoga Allāh merahmati mu, bahwa di antara para penuntut ilmu ada beberapa orang yang Allāh kuatkan akalnya, yang Allāh indahkan adabnya dan ada yang Allāh karuniakan pemahaman yang tinggi padanya.

Mereka ingin agar sunnah-sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam itu hidup, begitu juga sunnah dan jalan hidup para shahābat dan agar ingin agar kebid’ahan itu lenyap dari muka bumi.

Mereka senang menghafal, dengan tujuan menjaga kaum muslimin di atas syari'atnya. Mereka takut kalau ilmu itu lenyap hilang tak berbekas.

Inilah para penuntut ilmu yang para malāikat meletakan sayap mereka sebagai bentuk penghormatan atas usahanya dan mereka selalu berada dijalan Allāh hingga ia kembali pulang.

Mereka itulah orang-orang yang para malāikat, ikan dilautan, beristighfār kepadanya. Dan mereka itulah orang-orang yang berusaha menempuh jalan menuju surga.

Orang-orang yang seperti ini sangat sedikit sekali, akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka, sehingga Allāh Subhānahu wa Ta'āla balas mereka dengan pahala yang sangat besar.

Adapun orang yang niatannya dalam mencari ilmu adalah dunia dan perhiasannya, bagaimana mungkin bisa disamakan dengan pahala orang-orang yang telah lalu penyebutannya.

Allāhul Musta'ān.

Alangkah beratnya cobaan keikhlāsan bagi para penuntut ilmu dan alangkah sedikitnya yang menuntut ilmu karena Allāh. Dan kedua jenis orang ini akan terlihat dari akhlak yang mereka tunjukan, apakah ia menuntutnya ikhlās atau tidak.

Dan dari apa yang telah kami paparkan, maksud dan tujuannya adalah agar para penuntut ilmu juga selektif dalam mencari guru. Hendaknya ia mencari guru yang ilmunya memberikan dampak dalam kehidupannya. Seorang guru yang tinggi tingkat pemahamannya, tinggi adabnya. Kalau guru tersebut tidak memiliki sifat-sifat seperti itu, hendaknya ditinggalkan.

Wallāhu Taala A'lam (bersambung in syā Allāh)

🖋 Al Faqīr Ilallāh Ratno
________________________

Sabtu, 05 September 2020

Berlomba Dalam Kebaikan

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 16 Muharram 1442 H / 04 September 2020 M
👤 Ustadz Abdullah Taslim, Lc., M.A.
📒 Nasihat Singkat Bimbingan Islam
🔊 Audio 81 | Berlomba Dalam Kebaikan
🔄 Download Audio: bit.ly/NasihatSingkatBiAS-81
〰〰〰〰〰〰〰

🏦 *Salurkan Donasi Dakwah Terbaik Anda* melalui :

| BNI Syariah
| Kode Bank (427)
| Nomor Rekening : 8145.9999.50
| a.n Yayasan Bimbingan Islam
| Konfirmasi klik https://bimbinganislam.com/konfirmasi-donasi/
__________________

Kamis, 03 September 2020

MUQADDIMAH (BAGIAN 3)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 14 Muharram 1442 H / 02 September 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 003: Muqaddimah (bagian 03)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-003
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH (BAGIAN 3)*

بسم اللّه الرحم الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Maka Ar Rahmān (الرَّحْمَٰنِ) adalah kasih sayang Allāh yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berikan kepada semua hamba-Nya, baik muslim maupun non muslim, semuanya memperoleh rahmat (kasih sayang Allāh) yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada semua makhluk-Nya.

√ Semua dapat makan.
√ Semua dapat minum.
√ Semua dapat bernafas.

Subhānallāh (Maha Suci Allāh), Allāh adalah Dzat yang Maha Kaya. Allāh memberikan apa yang kita minta dan apa yang tidak kita minta.

Tidak ada di antara kita yang selama sepekan ini meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar diberi oxigen. Tapi Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Tahu akan apa yang menjadi kebutuhan hamba-Nya, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberi tanpa diminta oleh hamba-Nya.

Ini adalah kasih sayang Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Allāh berikan kepada semua makhluk-Nya.

Adapun Ar Rahīm (الرَّحِيمِ) adalah kasih sayang Allāh yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berikan kepada mereka orang-orang yang beriman.

Disebutkan di dalam Al Qur'ān, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

_"Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang berimān."_

(QS Al Ahzāb: 43)

Disebutkan di dalam hadīts shahīh, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

الراحمون يرحمهم الرحمن

_"Sesungguhnya orang-orang yang memiliki belas kasih sayang maka akan disayangi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

_"Hendaknya kalian memberikan kasih sayang kepada siapa saja yang berada di muka bumi, niscaya Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang berada di langit, akan memberikan kasih sayang kepada kalian."_

Dalam hadīts lain, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ شَرفَ كَبِيرِنَا

_"Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi orang yang lebih muda dan tidak hormat kepada orang yang lebih tua."_

Orang muda, mereka memerlukan bimbingan, mereka membutuhkan kasih sayang. Sedangkan orang tua, mereka memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan.

Tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam hidup bersama dengan shahābatnya, ketika makanan hadir, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

"Dahulukan yang tua, dahulukan yang tua, dahulukan yang tua."

Bisa kita lihat, bagaimana perhatiannya Islām terhadap sesama. Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan kepada kita agar kita memiliki akhalaq yang mulia dengan cara memuliakan orang tua dan menyayangi yang lebih muda.

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Berikutnya, tatkala kita berbicara akhlaq mulia tentunya akhlaq mulia itu ada pada tiga hal, yaitu:

⑴ Akhlaq mulia yang ada pada satu keadaan dimana seseorang senantiasa memiliki wajah yang riang (menyenangkan).

⑵ Akhlaq mulia yang senantiasa mengajak kepada kebaikan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ

_"Hendaklah saling tolong menolong dalam kebaikan."_

⑶ Akhlaq mulia yang tidak akan mengerjakan perbuatan yang buruk, mencegah keburukan tidak melakukan hal-hal yang dusta.

Maka seorang harus ingat firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

_"Janganlah kalian satu sama lain tolong menolong dalam perkara kemungkaran."_

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Selasa, 01 September 2020

MUQADDIMAH (BAGIAN 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 13 Muharram 1442 H / 01 September 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 002: Muqaddimah (bagian 02)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-002
〰〰〰〰x〰〰〰

*MUQADDIMAH (BAGIAN 2)*

بسم اللّه الرحم الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد

Sahabat BiAS yang dimuliakan.

Pengarang memulai penulisannya dengan "Bismillāhirrahmānirrahīm", Bismillāhi (dengan menyebut nama Allāh), Arrahmāni (dzat yang Maha Pengasih), Arrahīmi (dzat yang Maha Penyayang).

Maka disebutkan di dalam sebuah hadīts yang diriwayatkan Ibnu Hibbān, Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَقْطَعُ

_"Setiap perkara yang tidak dimulai dengan Bismillāhirrahmānirrahīm maka amalan tersebut adalah aqtha' (terputus)."_

(Hadīts riwayat Ibnu Hibbān dan selainnya. Ibnu Shalah menyatakan hadīts ini hasan).

Di dalam riwayat lain dikatakan:

فَهُوَ أَبْتَرُ 

Yang memiliki arti: _ganjil_ atau _tidak genap_ atau _tidak sempurna_.

Sahabat BiAS yang dimuliakan

Seorang muslim memulai aktifitasnya dengan Bismillāh, kapan kita memulai Bismillāh ?

Setiap aktifitas kita, khususnya tatkala kita hendak makan.

Ada shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang bernama Umar ibnu Abī Salamah, beliau berkata:

كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ

_Dahulu aku besar dibawah naungan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, dan dahulu tatkala aku makan, aku biasa menjadikan tanganku tidak pernah menetap di suatu tempat, kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan satu arahan._

_Beliau bersabda:_

_"Wahai anak kecil, jika kamu makan maka ucapkanlah bismillāh."_

Dalam riwayat lain dikatakan:

إذَا أكَلَ أحَدُكُمْ طَعَاماً؛ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّـهِ

_"Jika salah satu di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah basmallāh."_

Maka Basmallāh disini bisa dua hal, yaitu:

⑴ Ucapan Bismillāh itu sendiri.
⑵ Bismillāhirrahmānirrahīm

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan arahan kepada Umar Abū Salamah dengan sabdanya:

وَكُلْ بِيَمِينِكَ

_"Makanlah dengan tangan kananmu."_

Dari sinilah kemuliaan Islām, tatkala seseorang menjadikan sesuatu, maka hendaknya hal tersebut dimulai dengan menggunakan tangan kanan.

Seperti:

√ Hendak memakai baju.
√ Hendak memakai celana.
√ Hendak memakai sandal.
√ Bahkan menyisir maka hendaknya mendahulukan sisi kanan dulu baru sisi kiri.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

_"Makanlah makanan yang terdekat."_

Apa yang dikayakan Umar bin Abī Salamah?

Dia berkata:

وتِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ

_"Dan itu adalah sifat tatkala aku makan, dan senantiasa aku memegang apa yang menjadi nasehat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (yaitu membaca Basmallāh)."_

Begitu juga kita dianjurkan untuk membaca Basmallāh tatkala kita memasuki awal surat Al Falaq.

Begitu juga sebelum membaca surat An Nas, maka kitapun membaca Basmallāh. Sebelum membaca surat Al Ikhlās membaca Basmallāh.

Kita dianjurkan membaca Basmallāh ketika memasuki awal surat, kecuali surat At Tawbah (Barā'ah), dimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan kepada kita petunjuk agar kita tidak membaca Basmallāh di awal surat At Tawbah.

Pengarang di sini mengatakan: Bismillāh, dengan menyebut nama Allāh.

Ketika seseorang membaca Basmallāh, dia yakin bahwasanya dirinya adalah dhaif. Begitu seseorang membaca Basmallāh maka dia yakin bahwasanya dirinya adalah lemah. Oleh karena itu seseorang sebelum melakukan aktifitas hendaknya membaca Basmallāh.

Ketika kita keluar dari rumah kita, kitapun membaca: 

بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

_"Dengan nama Allāh, aku bertawakkal kepada Allāh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh."_

(Hadīts riwayat Abū Dāwūd nomor 5095, Tirmidzī nomor  3426 dan dishahīhkan Syaikh Albāniy rahimahullāh)

Ketika hendak keluar rumah sebaiknya kita membaca do'a ini, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dirumah kita. Bagi seorang laki-laki, begitu dia keluar dari rumah maka dia meninggalkan istrinya, anaknya, rumah dan harta yang ada di dalam rumah tersebut. Kita bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Begitu seseorang keluar dengan membaca:

بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّه

_"Dengan nama Allāh, aku bertawakkal kepada Allāh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh."_

Maka kita serahkan kepada Allāh keamanan istri kita, anak kita, kesehatan mereka, keamanan harta yang kita miliki.

Jangan sampai kita pergi kemudian muncul pencuri, jangan sampai kita keluar kemudian terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, kebakaran  misalnya.

Maka di sinilah seseorang bertawakal kepada Allāh.

"Yā Allāh, aku tinggalkan rumahku, aku berserah diri kepada Mu."

Maka di sinilah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang senantiasa dimohonkan kepada-Nya untuk menjaga kita semuanya.

Do'a, ungkapan yang pendek ini yang kadang kita lupa, yaitu:

بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّه

_"Dengan nama Allāh, aku bertawakkal kepada Allāh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh."_

Tidak ada daya dan upaya, tidak ada kekuatan yang sempurna kecuali hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan Dia lah Allāh yang melakukam segala sesuatu atas kehendak-Nya.

Nabi Nūh alayhissallām, tatkala hendak berlayar maka beliau pun berkata:

بِسْمِ ٱللَّهِ مَجْر۪ىٰهَا وَمُرْسَىٰهَآ

_"Dengan menyebut nama Allāh di waktu berlayar dan berlabuhnya."_

(QS Hūd: 41)

Di sinilah seorang mukmin menyatakan bahwasanya dirinya adalah lemah, maka dia kembalikan semua urusan yang dia miliki hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla  semata. Karena Dia lah, Allāh Subhānahu wa Ta'āla Dzat yang Maha melakukan segala sesuatu.

√ Allāh Subhānahu wa Ta'āla  Maha Kaya.
√ Allāh Subhānahu wa Ta'āla  Maha Perkasa.

Dengan demikian seseorang ingat akan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

_"Segala puji bagi Allāh, Tuhan seluruh alam."_

(QS Al Fātihah: 2)

Bisa diingat tatkala kita membaca: Alhamdulilāh (segala puji hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Rabb yang mengatur alam semesta).

Begitu seseorang memahami ayat: رَبِّ الْعَالَمِينَ , maka dia akan meyakini bahwa Allāh adalah Dzat yang Maha segalanya.

√ Maha Perkasa.
√ Maha Bijaksana.
√ Maha Kuat.
√ Maha Memaksa.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan untaian sesudah: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , adalah bacaan: الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ.

Sebagaimana disebutkan di dalam Basmallāh, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

_"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."_

Demikian kajian kita dikesempatan kali ini.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

MUQADDIMAH (BAGIAN 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 12 Muharram 1442 H / 31 Agustus 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 001: Muqaddimah (bagian 01)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-001
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH (BAGIAN 1)*

بسم اللّه الرحم الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Syukur kita kepada Allāh atas nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berikan, Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada kita suatu kesempatan terbaik, dimana kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk memperoleh dua nikmat.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan di dalam hadītsnya:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ 

_"Dua nikmat yang sering dilalaikan banyak orang, nikmat sehat dan waktu luang."_

Bersyukur kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla  memberikan kepada nikmat kesehatan dan kita gunakan nikmat itu untuk melakukan ketaatan.

Di antara bentuk ketaatan adalah kita berthalabul ilmi. Kita memperoleh suatu kesempatan untuk belajar meskipun melalui media audio.

Bersyukur kita kepada Allāh, manakala kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla suatu karunia dimana kita memiliki nikmat berupa sehatnya telinga. Sesuai petunjuk Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika kita berdo'a maka kita pun berdo'a:

اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي ، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي ، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي ، لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ

_"Yā Allāh berikan kepada kami kesehatan pada badan kami, Yā Allāh berikanlah kepada kami kesehatan pada pendengaran kami, Yā Allāh berikanlah kami kesehatan pada penglihatan kami. Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau."_

Di sini dua hal yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tekankan agar kita berdo'a terkait dengan panca indera.

⑴ Nikmatnya kita memiliki telinga.
⑵ Nikmatnya kita memiliki mata.

Karena sesungguhnya dengan dua nikmat ini seseorang bisa belajar.

Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang telah memberikan kepada kita suatu penjelasan dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang telah memberikan kepada kalian pendengaran dan penglihatan.

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Untuk kesempatan kita kali ini, kita akan bahas kitāb Tauhīd. Dimana seorang muslim memiliki kewajiban untuk menjadi hamba Allāh yang bertauhīd.

Begitu kita berbicara masalah kitāb maka di sana akan kita jumpai adanya suatu pembahasan yang terkait dengan ilmu agama.

Berbeda tatkala kita bicara mengenai buku. Begitu seseorang menyebut buku maka seseorang bisa berkata buku biologi, buku bahasa Inggris, buku bahasa Indonesia.

Tetapi seseorang begitu berbicara biologi kemudian kita katakan kitāb biologi, kitāb matematika tentunya untuk orang Indonesia kurang cocok dan kurang pas.

Karena kitāb terkait dengan ilmu agama, seperti kitāb Bulughul Mahram, kitāb Tauhīd, kitāb Fathul Barī'. Tidak disebut buku Fathul Barī', bukan! Tetapi penisbatan yaitu dengan sebutan kitāb.

Dan begitu seseorang berbicara kitāb maka kita memiliki banyak arti termasuk di antaranya kumpulan ilmu pengetahuan.

Ataukah suatu tempat dimana disitu amal yang dilakukan oleh seseorang ditulis oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sehingga semua kita menghadap Allāh dan masing-masing memiliki kitāb, yaitu catatan amal baik maupun amal buruk.

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Pembahasan kita adalah Kitāb  At Tauhīd. Tauhīd berasal dari kata: وحد (wahhada), يوحد (yuwahhidu).

Kalau kita berbicara bilangan maka bilangan yang pertama adalah wahid, 7dalam bahasa Arab ada sebutan sifr (sifrun) artinya kosong. Sesudah kosong maka akan datang angka berikutnya yaitu wahīd (wahìdun).

Bilāl radhiyallāhu ta'āla 'anhu tatkala beliau mendapatkan suatu perlakuan yang buruk dari Ummayah ibnu Khalaf, dimana Bilāl ditarik ke padang pasir, kemudian disiksa, kemudian tidak muncul dari mulut Bilāl kecuali ucapan ahad, ahad.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

_"Dialah Allāh, Dzay yang Maha Esa."_

Wahīd itu satu, seseorang menjadikan sesuatu hal yang banyak menjadi satu, sehingga dikatakan: wahhada - yuwahhidu.

Wahhada memiliki arti menyatukan, memperdamaikan, menjadikan sesuatu yang banyak menjadi satu pemikiran.

Seorang muslim hendaknya menjadi seorang yang muwahīd.

Tatkala kita berbicara materi dan materi kita adalah materi aqidah. Aqidah memiliki banyak nama diantara nama aqidah adalah tauhīd.

Aqidah adalah suatu keyakinan. Bila kita berbicara secara umum maka semua orang punya aqidah. Orang Yahūdi punya aqidah, orang Nashrāni punya aqidah, orang Majūsi punya aqidah, umat Islām punya aqidah.

Tetapi aqidah yang dimaksud oleh kaum muslimin adalah tauhīdullāh (meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta'āla).

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Nama lain tauhīd adalah as sunnah. Ada suatu kitāb yang memiliki : السنة لابن عاصم , As Sunnah li ibnu ‘Āshim.

Ada juga kitāb yang dikenal dengan materi as sunnah juga yaitu Fiqul Akbar miliknya Imām Abū Hanifah.

Ada juga penamaan tauhīd dengan penamaan lain yaitu Ushūluddīn atau Ushūluddianah yang membahas juga tauhīd.

Begitu kita berbicara At Tauhīd maka disana ada penamaan lain pula diantara namanya adalah Asy Syariah, maka itu juga tauhīd, maka seorang memiliki satu kesempatan untuk bisa belajar.

Bagi kita yang barangkali mennjumpai suatu kitāb yang ; كتاب الشريعة  للإمام الأجري , Kitābu Asy Syariah Lil Imām Al Ajury. Mungkin bayangan kitaz kitāb tersebut membahas masalah fiqih, akan tetapi kitāb tersebut membahas masalah tauhīd.

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Kajian

IMAN TERHADAP WUJUD ALLĀH

🌍 BimbinganIslam.com 📆 Jum'at, 30 Syawwal 1442 H/11 Juni 2021 M 👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA 📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah  Fī...

hits