Senin, 30 November 2020

HADITS MU'ĀDZ BIN JABAL RADHIYALLAHU (BAGIAN 3)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin 15 Robi'ul Akhir  1442 H / 30 November  2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqoh 41: Pembahasan Dalil Hadīts Mu'ādz bin Jabal radhiyallāhu ‘anhu (Bagian 3)
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-041
〰〰〰〰〰〰〰

*HADITS MU'ĀDZ BIN JABAL RADHIYALLAHU (BAGIAN 3)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولاحول ولاقوة إلا بالله أما بعد

Ikhwah wa Akhawatiy Fīlllāh rahimakumullāh.

Maka Mu'ādz berkata (setela keduanya naik himār):
فَقَالَ لِي

_Seketika itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda kepadaku:_

يَا مُعَاذُ

_"Wahai Mu'ādz."_

Begitu sopan santunnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam terhadap shahabat Beliau. Dimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memanggil Mu'ādz dengan panggilan yang baik.

Yang pertama diawali dengan panggilan: يا (wahai), menunjukan bagaimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam hendak memberikan sesuatu kepada Mu'ādz. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memulai panggilan dengan mengatakan, "Wahai."

Beliau tidak berkata, "Hai Mu'ādz."

Beliau tidak memulai dengan mengatakan, "Wahai Adz."

Tapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memanggil sahabatnya dengan panggilan sempurna: "يَا مُعَاذُ".

Di negeri kita kadang orang bernama Budi, cuma dipanggil "Bud" kadang dipanggil "Di" namanya Abdullāh kadang dipanggil "Dullah", kadang di panggil "Aab", kadang dipanggil "Dul".

Perhatikan! Orang-orang Arab memanggil saudaranya dengan panggilan penuh "Yā, Abdurrahman", "Yā, Abdullāh", "Yā,  Abdul Azīz", tidak dipanggil nama terakhir misalnya "Azīz" atau "Dul Azīz”.

Dan terkadang sebagian orang memanggil nama seseorang dengan julukan-julukan yang tidak semestinya diberikan.

فَقَالَ لِي يَا  مُعَاذُ؟

_Seketika itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda kepadaku, "Wahai Mu'ādz."_

أَتَدْرِي مَا حَقُّ اَللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اَللَّهِ؟

l
_"Tahukah engkau, apa yang menjadi hak Allāh kepada hamba dan apa yang menjadi kewajiban hamba terhadap Allāh?"_

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, b
Beliau berbicara dan Beliau memberikan pertanyaan: أَتَدْرِي.

Di dalam Al Qur'ān banyak kita jumpai kata-kata: أَدْرَىٰ.

ٱلۡقَارِعَةُ ۞ مَا ٱلۡقَارِعَةُ ۞  وَمَاۤ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡقَارِعَةُ

_Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?_

إِنَّاۤ أَنزَلۡنَـٰهُ فِی لَیۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ۞  وَمَاۤ أَدۡرَىٰكَ مَا لَیۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ

_Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?_

وَٱلسَّمَاۤءِ وَٱلطَّارِقِ ۞ وَمَاۤ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلطَّارِقُ

_Demi langit dan yang datang pada malam hari. Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?_

Maka ketika orang ditanya, ada yang bisa menjawab ada yang tidak bisa menjawab.

Yang kedua jika seseorang hendak memberikan pengajaran, memberikan pengajaran banyak macam dan bentuknya. Ada yang sifatnya berita, "Sini tak kasih tahu," itu adalah berita.

Ada uslub, ada suatu cara, dimana cara ini akan menghujam pada seseorang.

Kapan?

Tatkala dia ditanya, karena dengan pertanyaan tersebut akan senantiasa dia ingat.

أَتَدْرِي مَا حَقُّ اَللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اَللَّهِ؟

_"Tahukah engkau, apa yang menjadi hak Allāh kepada hamba dan apa yang menjadi kewajiban hamba terhadap Allāh?"_

Di sini Mu'ādz mengatakan:

قُلْتُ اَللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ

_Aku katakan, "Allāh dan Rasūl-Nya lebih tahu."_

Di sini Mu'ādz berkata, "Aku katakan."

Kepada siapa?

Kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Mu'ādz berkata:

اَللَّهُ وَرَسُولُهُ

_"Allah dab Rasul-Nya."_

Karena di sini adalah perkara hebat (agung) dan Mu'ādz sangat sopan santun terhadap Rasūl-Nya.

Sekiranya beliau tahu, maka beliaupun akan diam, kenapa?

Barangkali Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam akan memberikan jawaban yang lain, apalagi kalau tidak tahu.

Dan banyak kejadian di mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada para shahabat, seperti ketika musim haji.

Ketika musim haji Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada para shahabat:

اي بلد هذا

_"Negeri apakah ini?"_

Padahal yang dimaksud adalah negeri Mekkah (negeri yang suci). Para shahabat tidak menjawabnya. Karena barangkali Rasūlullāh akan memberikan nama lain untuk kota Mekkah.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Bukankah ini tanah suci Mekkah?"

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya, "Bulan apakah ini?"

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan pertanyaan tersebut, Beliau ingin tahu, bagaimana para shahabat menjawab pertanyaan itu.

Para shahabat, mereka tahu jawaban pertanyaan dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam akan tetapi mereka tidak menjawabnya. Karena mereka berharap (mungkin) Rasūlullāh akan memberikan nama lain untuk nama bulan suci (bulan Dzulhijjah) karena waktu itu bertepatan dengan musim haji.

Di sini Mu'ādz berkata:

اَللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ

_'Allāh dan Rasūl Nya lebih tahu."_

Beliau tidak berkata, "Rasūluhu," "Rasūlullāh," atau "Anta wa Allāh lebih tahu," tidak!

Yang dikatakan oleh Mu'ādz adalah:

اَللَّهُ وَرَسُولُهُ

_Allāh dan Rasūl-Nya._

Perhatikan!

Bagaimanakah tauhīd yang dimiliki oleh Mu'ādz.

Dinisbatkan sesuatu kepada Dzat yang berhak untuk memiliki. Maka di sini Mu'ādz berkata Allāh.

Māsyā Allāh, perhatikan! Bagaimanakah pengagungan Mu'ādz kepada Allāh, kemudian berikutnya: وَرَسُولُهُ (Rasūl Nya).

Mu'ādz tidak berkata, "Allāh dan Muhammad lebih tahu." Mu'ādz juga tidak berkata, "Allāh dan engkau," tapi Mu'ādz berkata, "Allāh dan Rasūl-Nya (itsbat)."

√ Mu'ādz menetapkan bahwasanya yang berada di depannya adalah utusan Allāh.

Subhānallāh demikianlah para shahabat, mereka sangat menghormati Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

'Aisyah sangat hormat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, begitu pula istri-istri Beliau yang lain, semua menghormati Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Bahkan Fathimah pun sangat hormat kepada ayahnya, "Ya Rasūlullāh (Wahai utusan Allāh)," luar biasa.

Bagaimanakah mereka memberikan pengagungan kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Berikutnya: أَعْلَمُ

Kata: علم , memiliki arti mengetahui. Begitu: أعلم , maksudnya adalah "Dzat Yang Maha Mengetahui".

Di dalam Al Qur'ān dikatakan Allāh adalah Dzat yang Maha Agung:

سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى

_"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi.”_

(QS Al A'la :1)

Subhānallāh.

Tidak di katakan: على, artinya tinggi.

Al A'la ( ٱلۡأَعۡلَى ) adalah Dzat Yang Maha Tinggi.

Di sini Mu'ādz berkata:

اَللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ

Dalam artian, tidak ada di dunia ini yang memiliki ilmu melebihi ilmunya Allāh dan ilmunya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian semoga bermanfaat.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

__________________________

Jumat, 27 November 2020

FAEDAH SURAT AL KAHFI, BAGIAN 02 DARI 09

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at 12 Robi'ul Akhir  1442 H / 27 November 2020 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Tafsir | Faedah Surat Al Kahfi (Bagian 02 dari 09)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-FaedahAlKahfi-02
~~~~~~~

*FAEDAH SURAT AL KAHFI, BAGIAN 02 DARI 09*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

In syā Allāh pada kesempatan kali ini kita akan bersama-sama berusaha untuk mengambil faedah-faedah dari surat Al Kahfi.

Surat Al Kahfi disunnahkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bagi kita untuk membacanya sepekan sekali setiap hari Jum'at.

Kita akan bacakan surat Al Kahfi dengan tafsiran yang ringkas yang saya ambil dari beberapa buku. Yang paling utama adalah 4 (empat) buku yaitu:

⑴ Tafsir Ibnu Katsīr
⑵ Tafsir Al Qurthubi
⑶ Tafsir Abdurrahman bin Nahsir As Sa'di
⑷ Tafsir Adhwā'ul Bayyān Ash Shanqiti

(rahimahullāh jāmi'an)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman dalam ayat pertama surat Al Kahfi:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا

_"Segala puji bagi Allāh yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitāb (Al Qurān) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya."_

Di ayat ini, Allāh Subhānahu wa Ta'āla memuji diri-Nya dengan nikmat yang sangat agung dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla berhak untuk dipuji dengan seluruh nikmat yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita.

Tetapi Allāh Subhānahu wa Ta'āla memilih salah satu nikmat yang sangat agung, yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada hamba-Nya (yaitu) Al Qurān.

Turunnya Al Qurān merupakan nikmat yang sangat agung (sangat besar) maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla khususkan penyebutannya di awal surat Al Kahfi.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا

_"Segala puji bagi Allāh yang telah menurunkan kepada hamba-Nya (yaitu nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam) Al Kitāb (Al Qurān) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya."_

Kata Syaikh Muhammad Al Amin Al Shanqiti rahimahullāh, عِوَجًا adalah kalimat nakirah dalam kontek penafi'an.

وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا

_"Dan kami tidak menjadikan kebengkokan di dalam Al Qurān tersebut."_

Oleh karenanya kalimat nakirah jika datang dalam bentuk nafi' memberikan faedah keumuman.

Tidak ada kebengkokan pada Al Qurān dalam segala hal, baik dalam hukum-hukumnya, kisah-kisahnya, kabar-kabarnya, hikmah-hikmahnya.

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا

_“Dan telah sempurna kalimat-kalimat Rabbmu, tidak ada pertentangan dalam kabar-kabarnya (semua benar), semua hukum-hukum dalam Al Qurān adil.”_

(QS Al An’ām: 115)

Kemudian kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا

_"Sebagai petunjuk yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih."_

Ini salah satu tafsir, jadi kalimat قَيِّمًا artinya lurus.

إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ

"“Sesungguhnya Al Qurān ini memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”_

(QS Al Isrā: 9)

Di antara fungsi Al Qurān adalah memberi peringatan dan kabar gembira.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا

_"Untuk memberi peringatan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan (bahwa) mereka akan mendapatkan balasan yang baik.”_

مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا

_"Mereka kekal di dalamnya untuk selamanya."_

Ini merupakan salah satu dalīl dari sekian banyak dalīl yang menunjukkan bahwasanya amalan merupakan sebab masuk surga.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan, untuk memberikan kabar gembira.

Kepada siapa ?

Yaitu kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan (bahwa) mereka akan mendapatkan balasan yang baik (surga bagi mereka).

Oleh karenanya amal shālih merupakan sebab masuk surga, sebagaimana dalam ayat-ayat lain:

ُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

_"Masuklah kalian ke dalam surga itu disebabkan karena apa yang telah kalian kerjakan."_

(QS An Nahl: 32)

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

_"Dan itulah surga yang diwariskan kepada kalian disebabkan amal-amal yang dahulu kalian kerjakan."_

(QS Az Zukhruf: 72)

Terlalu banyak ayat dalam Al Qurān yang menunjukkan amal shālih merupakan sebab masuk surga.

Bahkan di surga Allāh membedakan tingkat-tingkat penghuni surga karena sebab amalan, dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Adil.

Tidak sama antara seorang yang amalnya luar biasa yang mengerjakan shalāt malam dengan yang tidak mengerjakan shalāt malam.

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا

_“Masing-masing derajat sesuai dengan amalannya.”_

(QS Al Ahqāf: 19)

Adapun hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, beliau berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :

لَا يَدْخُلُ أَحَدُكُمْ الْجَنَّةَ بِعَمَلِهِ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ

_"Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.”_

Para sahabat berkata:

"Engkau juga tidak wahai Rasūlullāh?"

Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) menjawab:

"Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allāh."

(Hadīts riwayat Imam Ahmad nomor 7167)

Para ulamā telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak masuk surga dengan amalannya, artinya amal-amal tersebut bukanlah tiket untuk membayar surga.

Akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan orang-orang masuk surga karena rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kenapa ?

Karena amal kita ini tidak cukup untuk membayar surga.

Yā Ikhwān, bila kita berbicara tentang salah satu nikmat surga seperti bidadari yang begitu indahnya, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Mālik radhiyallāhu Ta'āla 'anhu:

وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةًمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلَأَتْهُ رِيحًا وَلَنَصِيفُهَا عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

_"Seandainya ada seorang wanita penghuni surga muncul di atas muka bumi ini niscaya akan menerangi keduanya dan akan terpenuhi dengan anginnya yang harum (wangi semerbak) dan kerudung yang ada dikepalanya lebih baik dari dunia dan seisinya."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 2796)

Artinya, kalau antum mencari 100 wanita tercantik di dunia ini (dikumpulkan) lalu antum bandingkan dengan kerudung bidadari masih lebih baik kerudung bidadari.

Kenapa ?

Karena Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan, "Lebih baik daripada dunia dan seisinya."

Bandingkan dengan amalan antum yang hanya beberapa tahun. Pantaskah antum mendapatkan bidadari ini ? Bidadari ini akan antum dapatkan selamanya tanpa batas.

Oleh karenanya seorang tidak akan masuk surga dengan menjadikan amalannya sebagai tiket untuk bayar surga, ini mustahil !

Itulah maksud dari hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diatas.

Amalan seseorang bukan tiket, tetapi amalan seseorang merupakan sebab rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Apabila ada orang yang mengatakan, "Kita masuk surga bukan dengan amal tetapi dengan rahmat Allāh."

Bagaimana kita meraih rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla ?

Dengan sebab apa, kita meraih rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla ?

Jawabannya, "Dengan sebab amal." 

Maka perkaranya sama saja masuk surga dengan rahmat, rahmatnya karena sebab amal, maka amal merupakan sebab masuk surga sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan dalam banyak ayat.

Demikianlah kajian kita pada kesempatan kali ini.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Bersambung ke bagian 03, in syā Allāh
________

Kamis, 26 November 2020

HADITS MU'ĀDZ BIN JABAL RADHIYALLAHU 'ANHU (BAGIAN 2)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis 11 Robi'ul Akhir  1442 H / 26 November  2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqph 40: Pembahasan Dalil Hadīts Mu'ādz bin Jabal radhiyallāhu ‘anhu (Bagian 2)
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-040
〰〰〰〰〰〰〰

*HADITS MU'ĀDZ BIN JABAL RADHIYALLAHU 'ANHU (BAGIAN 2)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولاحول ولاقوة إلا بالله أما بعد

Ikhwah wa Akhawatiy Fīlllāh rahimakumullāh.

Perhatikan!

Apa kata Mu'ādz bin Jabal?

كُنْتُ رَدِيفَ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ

_"Suatu saat aku pernah dibonceng oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di atas seekor keledai.”_

Pelajaran besar yang bisa kita petik adalah bagaimanakah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam naik (mengendarai) keledai (himār/حِمَارٍ).

Unta dan kuda adalah tunggangan orang-orang Arab. Zaman dahulu mereka (orang-orang Arab) mengendari unta atau kuda, dan ini adalah suatu kehormatan bagi mereka dan menurut sebagian dari mereka, mengendarai seekor keledai adalah suatu kehinaan.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan bantahan bahwasanya naik (mengendarai) keledai bukanlah sesuatu yang hina.

Lihat!  Bagaimana tawadhunya Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam (Beliau mengendarai keledai).

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memiliki keledai yang bernama 'Ufair dan unta yang bernama Al Qashwa.

كُنْتُ رَدِيفَ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 

_"Dahulu aku pernah dibonceng oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.”_

Ini juga menunjukkan dekatnya Mu'ādz dengan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam,  begitupun sebaliknya, māsyā Allāh.

Dan seseorang yang membonceng maka dia akan duduk berdekatan, menunjukkan bagaimanakah dekatnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan Mu'ādz bin Jabal radhiyallāhu 'anhu.

Beliau hendak menyampaikan sesuatu  kepada Mu'ādz.

Oleh karenanya hal yang baik bagi kita, apabila kita memiliki masalah dengan teman, maka ajaklah teman itu pergi.

Juga barangkali kita mempunyai anak dan kita ingin memberi nasihat, ajaklah anak kita pergi berdua.

Karena sesungguhnya orang yang dalam keadaan bepergian jika diberi nasehat, maka nasehat tersebut adalah menghujam di dalam sanubari mereka.

Orang yang bepergian berdua kemudian mereka ada masalah, diharapkan mereka bisa saling terbuka, karena dengan mereka berdua mungkin akan ada unsur keterbukaan.

Sebagian orang memberikan nasehat di depan khalayak sehingga orang pun sulit untuk menerimanya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam hendak memberikan sesuatu hal (nasehat) yang menghujam di dalam dada (sanubari) Mu'ādz bin Jabal.

Apakah yang dikatakan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam? 

فَقَالَ لِي يَا  مُعَاذُ؟

_Rasulullah bertanya, "Wahai Mu'ādz."_

Faqāla lī (فَقَالَ لِي) di dalam bahasa Arab, apabila ada ungkapan tsuma (ثم) menunjukkan apa yang diucapkan memiliki waktu jeda.

Contoh:

Siswa masuk kelas (دخل الطلاب الفصل فدخل المدرس)
Siswa masuk kelas—> فدخل المدرس
Maka tidak lama sesudah itu langsung masuk seorang pengajar.
Jika disini ada ungkapan ف  menunjukkan tidak ada jeda.

Jika diungkapkan dengan ثم,

دخل المدرس الفصل، ثم دخل التلامِيْذ

_Guru itu masuk kelas, kemudian (mungkin dua menit mungkin tiga menit) baru masuk siswa._

Dan ini yang kadang terjadi di zaman sekarang, kalau dahulu guru selalu ditunggu kehadirannya dan siswa masuk ke dalam kelas  sebelum guru datang.

Di zaman sekarang kita kadang sedih, guru sudah masuk kelas, kadang siswa masih ogah-ogahan, dan ini adalah musibah dalam dunia pendidikan.

Musibah lagi di sebagian kampus, ketika guru menyampaikan materi sementara mahasiswanya main HP, tidak memberikan perhatian yang semestinya dia lakukan sebagai seorang siswa, sebagai seorang mahasiswa atau mahasiswi.

Demikian semoga bermanfaat.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________________

Rabu, 25 November 2020

HADITS MU'ĀDZ BIN JABAL RADHIYALLĀHU 'ANHU (BAGIAN 1)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu 10 Robi'ul Akhir  1442 H / 25 November 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqoh 39: Pembahasan Dalil Hadīts Mu'ādz bin Jabal radhiyallāhu ‘anhu (Bagian 1)
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-039
〰〰〰〰〰〰〰

*HADITS MU'ĀDZ BIN JABAL RADHIYALLĀHU 'ANHU (BAGIAN 1)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولاحول ولاقوة إلا بالله. رضيت بالله رباًّ وبلإ سلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً ربي زدني علما ورزقني فهما

Ikhwah wa Akhawatiy Fīlllāh rahimakumullāh.

Kembali kita lanjutkan materi kita yaitu pembahasan Kitāb Tauhīd. Pada kesempatan yang lewat telah kita bahas yaitu: وصايا العشر.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas hadīts: اعظيم (hadīts mulia). Hadīts yang diriwayatkan oleh Mu'ādz bin Jabal radhiyallāhu 'anhu.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ -قَالَ:» كُنْتُ رَدِيفَ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ فَقَالَ لِي يَا  مُعَاذُ؟ أَتَدْرِي مَا حَقُّ اَللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ، وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اَللَّهِ؟ قُلْتُ اَللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ حَقُّ اَللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ، وَلا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اَللَّهِ أَنْ لا يُعَذِّبَ مَنْ لا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ أَفَلا أُبَشِّرُ اَلنَّاسَ؟ قَالَ لا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا~ اخرجه الصحيحين~

_Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku pernah dibonceng oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas keledainya._

_Beliau bertanya, “Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah atas hamba dan apa hak hamba yang akan Allah tunaikan?”_

_Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”_

_Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba, hendaklah ia menyembah Allah dan tidak berbuat syirik pada-Nya dengan sesuatu apa pun. Sedangkan hak hamba yang akan Allah tunaikan yaitu Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik kepada-Nya dengan sesuatu apa pun.”_

_Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku boleh memberitahukan kabar gembira tersebut pada yang lain?”_

_Beliau menjawab, “Jangan kabari mereka. Nanti malah mereka malas beramal.”_

_(HR Bukhāri dan Muslim)_

Hadīts ini adalah hadīts yang mulia terkait dengan perkara tauhīd.

Mu'ādz ibnu Jabal adalah sahabat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang mulia. Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam telah mengutusnya ke negeri Yaman. Dan tidaklah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengutus seseorang kecuali orang tersebut adalah orang pilihan.

Sehingga di sini dikatakan عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ (semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla meridhainya).

Tidaklah ada seseorang yang mendapatkan suatu nikmat melebihi nikmatnya menjadi shahabat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Karena dari Adam sampai akhir zaman, yang terbaik adalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أنا سيد ولد آدم، ولا فخر

_"Aku adalah anak keturunan Adam yang terbaik dan aku tidak membanggakan diri."_

Dalam hadīts lain dikatakan:

لا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ

_"Janganlah kalian mengkultuskan aku sebagaimana orang-orang Nashrani mengkultuskan Isa ibnu Maryam.”_

Yaitu memberikan pujian yang lebih, orang-orang Nashrani tentunya berbeda dengan orang-orang Yahudi.

Orang Yahudi bersikap terhadap Nabi Isa dengan mengatakan, "Nabi Isa adalah anak pelacur." Adapun orang-orang Nashrani memberikan sanjungan kepada Nabiyullāh Isa berlebihan, sehingga mereka menjadikan Nabiyullāh Isa sebagai tuhan atau anak tuhan.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan pengarahan:

لا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ

_"Janganlah kalian mengkultuskan aku, sebagaimana orang-orang Nashrani (kristiani) mengkultuskan Isa ibnu Maryam.”_

فَقُولوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ 

_Maka katakanlah, "Hamba Allāh dan Rasūl-Nya.”_

Begitu juga Nabi Isa alayhissalām, beliau adalah hamba Allāh dan Rasūl-Nya.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ

_Dari Mu'ādz bin Jabal semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla meridhainya._

Menunjukkan Mu'ādz ibn Jabal adalah sahabat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Rasūl ridha dengannya, Allāh pun ridha dengannya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ

_"Allāh ridha dengan mereka dan mereka pun ridha dengan Allāh.”_

Demikian, semoga bermanfaat.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
____________________

Selasa, 24 November 2020

SURAT AL AN'ĀM: 151-153 (LANJUTAN)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 09 Robi'ul Akhir  1442 H / 24 November  2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqoh 38: Surat Al-An’am Ayat 151-153 (lanjutan)
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-038
〰〰〰〰〰〰〰

*SURAT AL AN'ĀM: 151-153 (LANJUTAN)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولاحول ولاقوة إلا بالله.
رضيت بالله رباًّ وبلإ سلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً ربي زدني علما ورزقني فهما

و شهيدٌ

_Dan syuhada._

Syuhada adalah orang-orang yang mati syahid, māsyā Allāh.

Kita berdo'a kepada Allāh agar dijauhkan dari penyakit yang mewabah belakang ini.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan petunjuk agar kita berdo'a:

اللَّهمَّ إِنِّي أَعُوُذُ بِكَ مِنَ الْبرَصِ، وَالجُنُونِ، والجُذَامِ، وسّيءِ الأَسْقامِ

_"Yā Allāh, Aku memohon kepada-Mu, agar kami dijauhkan dari penyakit lepra, gila, kusta, dan penyakit-penyakit yang buruk."_

(Hadīts shahīh Abū Dāwūd nomor 1554, Ahmad, 3: 192, dari Anas radhiyallāhu 'anhu. Syaikh Al Albaniy mengatakan bahwa hadīts ini shahih)

Oleh karena itu kita harus berdo'a kepada Allāh agar dijauhkan dari penyakit-penyakit yang buruk.

Yang terakhir adalah:

الصالحين

_Orang-orang yang shalih._

Yaitu agar kita menjadi orang-orang yang shālih, berteman dengan orang-orang shalīh.

Orang jawa mengatakan,  "Wong shālih kumpulono," bertemanlah dengan orang-orang yang baik.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:

مثَلُ الجلِيس الصَّالِحِ وَمثل جَلِيسِ السُّوءِ: كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ

_"Orang yang berteman dengan orang yang baik, perumpamannya seperti orang yang berteman dengan seorang penjual minyak wangi, berteman dengan orang yang buruk, seperti berteman dengan seorang pandai besi.”_

Bagaimanakah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan ungkapan orang yang berteman dengan seorang penjual minyak wangi?

إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ ريحًا طيِّبةً

_"Mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya."_

Penjual minyak wangi, jika hatinya longgar dan kita berteman dengannya kita akan diberi minyak wangi. Jika hatinya tidak lego, alhamdulillāh kita punya uang, kita bisa membeli minyak wanginya. Kalau pun tidak, jika hatinya tidak lego dan kita pun tidak memiliki uang maka jika dia memakai minyak wangi maka kita akan mendapatkan bau wangi.

Bagaimana jika kita berteman dengan orang yang buruk?

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:

كنَافِخُ الكِيرِ

_"Seperti berteman dengan seorang pandai besi."_

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan dua pilihan:

  إِمَّا أَن يَحْرِقَ ثِيابَكَ

_"Akan terkena percikan api."_

Atau:

وإمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا مُنْتِنَةً متفقٌ

_"Akan mendapatkan bau  yang buruk."_

Selanjutnya, Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:

وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ

_"Dan janganlah kalian mengikuti jalan (yang berada di kiri dan kanan ini)."_

Di dalam ayat lain dikatakan:

قُلْ هَـٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ

_"(Wahai Muhammad) katakanlah ini adalah jalan yang aku tempuh."_

Allāh menyebutkan:

فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ

_"(Sekiranya kalian mengikuti garis yang berada di kiri atau kanan ini, dan kalian meninggalkan garis yang lurus) niscya kalian akan bercerai berai.”_

Allāh menyebutkan:

ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

_"Demikianlah Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan wasiat kepada kalian agar kalian  bertakwa.”_

Kita banyak berdo'a semoga kita menjadi hamba-hamba Allāh yang bertakwa.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah orang yang paling bertakwa.

Allāh berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ

_"Orang yang paling mulia di sisi Allāh adalah orang yang paling bertakwa."_

( QS. Al Hujurot: 13)

Terima kasih atas perhatiannya, lain waktu kita sambung lagi.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_________________________

Senin, 23 November 2020

SURAT AL AN'ĀM: 151-153 (LANJUTAN)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin 08 Robi'ul Akhir  1442 H / 23 November  2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqoh 37: Surat Al-An’am Ayat 151-153 (lanjutan)
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-037
〰〰〰〰〰〰〰

*SURAT AL AN'ĀM: 151-153 (LANJUTAN)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولاحول ولاقوة إلا بالله.
رضيت بالله رباًّ وبلإ سلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً ربي زدني علما ورزقني فهما

Suatu saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah membuat garis panjang dan garis di sisi kanan dan kiri garis tersebut, kemudian Beliau bersabda:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ

_"Ini merupakan jalanku yang lurus.”_

Menunjukkan yang namanya kebenaran itu tungal (satu).

Jika kita lihat Al Qur'ān, bahwasanya orang-orang yang beriman mereka adalah wali-wali Allāh. Mereķa berusaha dan berupaya untuk meninggalkan berbagai macam jalan kegelapan dan mereka berusaha menuju nur (cahaya).

  مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ.

_Dari kegelapan yang jumlahnya sangat banyak kepada pada cahaya (satu)._

Dhulmatun (ظلمت) dalam bahasa Arab artinya kegelapan. Kegelapan yang banyak (jamak) disebut dhulumātu.

Cahaya mufradnya (tunggalnya) adalah nur, jamaknya adalah Anwar

Allāh tidak firmankan:

  مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى أنوار

_Dari kegelapan yang jumlahnya sangat banyak kepada pada cahaya yang banyak._

Tidak!

Tapi Allāh ungkapkan dengan:

مِّنَ ٱلظُّلُمَـٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ

_Dari kegelapan yang jumlahnya sangat banyak kepada pada cahaya (satu)._

Menujukkan kebenaran itu satu.

Begitu juga orang-orang kafir dan wali-walinya, mereka meninggalkan nur menuju dhulumāt,  Allāh tidak ungkapkan,   "Minal Anwar ilaa dhulumat."

Tapi Allāh ungkapkan,  "Minanuri ila dhulumat," yang menunjukkan bahwa kebenaran itu satu dan jalan untuk menunju keburukan itu banyak.

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika membuat garis yang lurus Beliau bersabda:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ

_"Ini merupakan jalanku yang lurus, ikutilah jalan lurus ini.”_

Perintah dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam: فتَّبِعُواْ, sekaligus perintah dari Allāh, "Ikutilah jalan yang lurus ini."

Kita setiap hari mengatakan:

ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ

_"Yā  Allāh, tunjukanlah kami jalan yang lurus "_

Tafsirnya adalah firman Allāh:

صِرَ ٰطَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِمۡ

_Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri karunia dan nikmat kepada mereka._

Siapakah mereka ini?

من النبي

_Jalannya para nabi._

"Nabā" adalah orang yang membawa berita penting (berita agung), maka ada surat An Nabā.

وصَادِقِي

_Jalannya orang-orang yang berusaha dan berupaya untuk selalu jujur._

Pada dasarnya orang itu jujur, dan Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ،

_"Hendaklah kalian berusaha dan berupaya untuk berlaku jujur karena jujur akan mengantarkan pelakunya kepada kebaikan.”_

وإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ

_"Dan kebaikan akan mengantarkan pelakunya kepada surga.”_

وإن الرجل ليصدق ويَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

_Tidak ada seseorang yang berusaha jujur sampai orang ini dikenal dengan orang yang sangat jujur sampai orang ini dikenal sebagai orang yang sangat jujur._

وإِيَّاكُمْ والْكَذِبَ

_"Jauhilah kalian perkara dusta.”_

فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ

_"Ketahuilah bahwasanya dusta itu mengantarkan pelakunya keburukan.”_

وإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ

_"Dan ketahuilah yang namanya keburukan akan  mengantarkan pelakunya kepada api neraka."_

و إن الرَّجُلُ ليَكْذِبُ ويَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

_"Dan tidak ada seseorang yang berdusta dan dia berusaha untuk selalu berlaku dusta sehingga dia akan di tulis menjadi seorang pendusta._

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____

Jumat, 20 November 2020

FAEDAH SURAT AL KAHFI, BAGIAN 01 DARI 09.

⁠⁠⁠⁠⁠🌍 BimbinganIslam.com
Jumat 05 Robi'ul Akhir  1442 H / 20 November 2020 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Tafsir | Faedah Surat AlKahfi (Bagian 01 dari 09)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-FaedahAlKahfi-01
~~~~~~~

*FAEDAH SURAT AL KAHFI, BAGIAN 01 DARI 09.*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, ونتوب إليه وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا نبي بعده

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

فإنّ احسن الكلام كلام الله وَخَيْرَ الْهدى هدى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَاتٍ بدعة وكلّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ وكلّ ضلالة في النار

In syā Allāh pada kesempatan kali ini kita akan bersama-sama berusaha untuk mengambil faedah-faedah dari surat Al Kahfi.

Surat Al Kahfi adalah surat yang ke-18, yang disunnahkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bagi kita untuk membacanya setiap hari Jum'at.

Karena keutamaan membaca surat Al Kahfi banyak, di antaranya:

_"Barangsiapa yang menghapal 10 ayat di awal surat Al Kahfi atau di akhir surat Al Kahfi, maka dia akan diselamatkan dari fitnah Dajjal."_

Di antaranya juga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam hadītsnya:

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

_"Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum'at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum'at."_

(Hadīts riwayat An Nasāi' dan Baihaqi, Syaikh Al bāniy rahimahullāh mengatakan bahwa hadīts ini shahīh sebagaimana dalam Shahīhul Jami' nomor  6470)

Kata para ulamā, (maksudnya) adalah Allāh akan memberikan taufīq kepada dia seakan-akan ada cahaya baginya, sehingga dia terjauhkan dari dosa-dosa dan kemaksiatan antara satu Jum'at dengan Jum'at yang berikutnya.

Dalam hadīts yang lain juga kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ سَطَعَ لَهُ نُورٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إلَى عَنَانِ السَّمَاءِ يُضَيءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

_"Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum'at maka akan keluar cahaya dari bawah kakinya sampai ke atas (langit) akan menerangi kelak pada hari kiamat."_

(Dari kitāb At Targhib wa Al Tarhib nomor 1/298)

Oleh karenanya surat Al Kahfi memiliki keutamaan yang bermanfaat bagi kita di dunia terlebih lagi di akhirat kelak.

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menganjurkan kita membaca surat Al Kahfi sepekan sekali, menunjukkan bahwa surat Al Kahfi adalah surat yang sangat penting.

Sehingga kita perlu mengetahui kandungan dari surat Al Kahfi.

Para ulamā telah menjelaskan bahwasanya dalam surat Al kahfi Allāh menyebutkan tentang kisah-kisah.

Ada 4 (empat)  kisah yang Allāh sebutkan dalam surat Al Kahfi ini, diantaranya:

_⑴ Kisah Ashābul kahfi._

Para pemuda yang tinggal di dalam gua

_⑵ Kisah dialog antara shahibul jannatain._

Seorang yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan dua kebun yang subur tetapi dia kufur dengan nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla tatkala dia berdialog dengan shahābatnya yang mu'min.

_⑶ Kisah pertemuan antara Nabi Mūsā 'alayhissalām dengan Nabi Khādir 'alayhissalām._

_⑷ Kisah Dzul'qarnain yang membuat bendungan untuk menghalangi keluarnya Ya'jūj dan Ma'jūj._

Semua kisah yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan di dalam Al Qurān ada faedahnya. Mustahil Allāh menyebutkan kisah tanpa memiliki faedah.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla berkata kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

_"Maka ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah itu agar mereka berpikir."_

(QS Al A'rāf: 176)

Perhatikan di sini!

Allāh mengkaitkan antara kisah dengan berpikir, kenapa ?

Para ulamā menyebutkan:

"Barangsiapa semakin cerdas, maka dia akan semakin banyak mendapatkan faedah dari kisah-kisah tersebut."

Kisah di dalam Al Qurān bukanlah kisah fiktif, tetapi kisah yang mengandung faedah-faedah sehingga Allāh mengatakan:
لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

_"Semoga mereka berpikir."_

Artinya semakin orang berpikir (memeras otak) untuk mengambil faedah-faedah maka dia akan semakin banyak mendapatkan faedah dari kisah-kisah tersebut.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga berfirman:

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

_"Sungguh pada kisah-kisah mereka ada pelajaran bagi orang yang berfikir."_

(QS Yūsuf: 111)

Orang yang tidak berfikir tidak akan mendapatkan ibrah (pelajaran). Ini menantang kita untuk merenungkan tentang faedah-faedah dari kisah-kisah yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan dalam Al Qurān.

Dan di antara uslub Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam menyampaikan keimānan kepada hamba-hamba-Nya adalah dengan metode kisah.

Al Qurān memiliki banyak metode, seperti Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan tentang;

√ Masalah keimānan dalam Al Qurān
√ Masalah 'aqidah
√ Masalah hari akhir
√ Masalah imān kepada Allāh, kepada malāikat.

Semua Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan di dalam Al Qurān.

Demikian juga Allāh sebutkan tentang ahkam (hukum-hukum) di dalam Al Qurān. Bahkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan juga tentang adab-adab, di antaranya Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan tentang kisah-kisah (kisah dalam Al Qurān banyak).

⇒Kisah merupakan metode yang jitu, karena metode yang digunakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla bukan kisah yang dibuat-buat tetapi kisah yang benar-benar terjadi.

Tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyampaikan kisah seakan-akan itu merupakan praktek nyata dari dalīl.

Terkadang seorang ketika disampaikan dalīl dia kurang paham. Bagaimana aplikasinya? Bagaimana prakteknya ? Namun tatkala disampaikan dengan kisah, maka inilah praktek dari dalīl-dalīl yang ada.

Oleh karenanya pada kesempatan ini, kita akan menyampaikan kisah pertama yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebutkan di dalam surat Al Kahfi, yaitu kisah "Ashābul Kahfi" (Kisah para pemuda yang tidur di dalam gua dalam waktu yang sangat lama).

Al Hafizh Ibnu Katsīr rahimahullāh dalam Tafsir-nya menyebutkan tentang sebab nuzul surat Al Kahfi.

Dari riwayat yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq beliau menyebutkan bahwasanya sebab nuzul dari surat Al Kahfi adalah karena ada orang-orang musyrikin yang mereka pergi menemui pendeta Yahūdi.

Orang-orang musyirikin selalu mencari kelemahan dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Mereka ingin membatalkan dakwah Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan berbagai cara.

Orang-orang Quraisy bekerja sama dengan orang-orang Yahūdi dan diutuslah dua orang kaum Quraisy yaitu Uqbah bin Abi Muaith dan Nadzar bin Harits menemui para pendeta Yahūdi. Kemudian mereka berdua bermusyawarah dengan para pendeta Yahūdi tentang dakwah Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Para pendeta Yahūdi memberikan masukan kepada mereka berdua. Pendeta Yahūdi memiliki pengetahuan tentang kisah-kisah masa lalu, berbeda dengan orang-orang musyrikin.

Orang-orang musyrikin tidak memiliki kitāb suci, sedangkan orang-orang Yahūdi memiliki Taurāt, mereka memiliki kisah para nabi yang menakjubkan.

Maka mereka (para pendeta Yahūdi) menyuruh orang-orang musyrikin Quraisy untuk memberikan 3 (tiga) pertanyaan kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Apabila ketiga pertanyaan tersebut bisa dijawab oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) adalah utusan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Akan tetapi apabila Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak bisa menjawab, maka beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) hanyalah seorang pendusta.

Diantara pertanyaan yang adalah:

سلوه عن فتية ذهبوا في الدهر الأول ما كان من أمرهم, فإنهم قد كان لهم حديث عجب، وسلوه عن رجل طواف بلغ مشارق الأرض ومغاربها ما كان نبؤه، وسلوه عن الروح ما هو؟

_⑴ Tanyakan tentang kisah para pemuda yang keluar dari masa lampau (di awal hari)._

_“Bagaimana kisah mereka ? Sesungguhnya kisah mereka sangat menakjubkan.”_

_⑵ Tanyakan tentang seorang pengembara yang telah sampai pada Timur dan Barat bumi._

_“Bagaimana kabar lelaki itu ?” (Maksudnya tentang Dzul'qarnain)_

_⑶ Tanyakan tentang ruh. Siapa dia ?_

Uqbah bin abi Muaith dan Nadzar bin Harits begitu gembira mendapatkan 3 (tiga) pertanyaan (teka-teki) yang diberikan oleh pendeta Yahūdi untuk ditanyakan kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kemudian mereka berdua pulang dan bertemu dengan para pembesar Quraisy. Kemudian orang-orang Quraisy datang menemui Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan 3 (tiga) pertanyaan di atas.

Jika kita perhatikan, pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh para pendeta Yahūdi adalah pertanyaan yang tidak ingin dijawab (tidak bisa dijawab).

Mengapa?

Karena, apabila seseorang memberikan pertanyaan (teka-teki) seharusnya dia memberikan kunci jawaban, tetapi apabila pertanyaannya global (seperti):

"Tanyakan kepada Muhammad tentang para pemuda yang keluar di pagi hari? Perkara mereka menakjubkan."

Ini terlalu global. Para pemuda yang keluar di pagi hari sangat banyak.

Apabila akan memberikan teka-teki maka (pertanyaan) harus jelas.

Misalnya:

"Ada seorang pemuda pada tahun sekian, pada zaman nabi ini (misalnya)," ini mungkin bisa dijawab, karena jelas pertanyaannya.

Akan tetapi pertanyaannya yang diajukan pendeta Yahūdi terlalu global dan tidak jelas serta tujuannya agar Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Pertanyaan keduapun demikian, sangat global:

"Tanyakan kepadaa Muhammad (shallallāhu 'alayhi wa sallam) tentang seorang pengembara yang telah sampai pada Timur dan Barat bumi. Bagaimana kisah orang ini ?”

Namanya pengembara banyak, bajak lautpun sampai ke Timur dan Barat bumi.

Kemudian pertanyaan ketiga, tentang ruh.

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam disebutkan dalam riwayat beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) mengatakan:

"Saya akan kabarkan kepada kalian besok."

Ternyata Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak menurunkan surat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai jawaban.

Orang-orang Quraisy menunggu jawaban dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam selama 15 hari atau dua pekan kemudian turun surat Al Kahfi.

Ketika surat tersebut (Al Kahfi) belum turun orang-orang Quraisy mengejek Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Mereka mengatakan bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah pendusta, seandainya beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) adalah seorang nabi seharusnya beliau tahu jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut.

Inilah sebab nuzul tentang turunnya surat Al Kahfi yang disebutkan oleh seluruh para ahli tafsir, meskipun dalam sanadnya masih dipermasalahkan.

Demikianlah kajian kita pada kesempatan kali ini.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️

Kamis, 19 November 2020

SURAT AL AN'ĀM: 151-153 (LANJUTAN)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 04 Robi'ul Akhir  1442 H / 19 November  2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqoh 36: Surat Al-An’am Ayat 151-153 (lanjutan)
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-036
〰〰〰〰〰〰〰

*SURAT AL AN'ĀM: 151-153 (LANJUTAN)*

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه ولاحول ولاقوة إلا بالله.
رضيت بالله رباًّ وبلإ سلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً ربي زدني علما ورزقني فهما

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ

_"Yang demikian itu telah Aku wasiatkan kepada kalian.”_

Perhatikan !

Bagaimana Allāh mengungkapkan dengan: ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم , ini adalah wasiat.

Tentunya orang hidup, dia akan mengalami banyak kejadian.

√ Terkadang seseorang mendapatkan satu amanah untuk melakukan sesuatu.

√ Terkadang seseorang melakukan perbuatan karena itu adalah perintah.

√ Terkadang seseorang menjumpai orang yang hendak wafat dan sebelum wafat dia memberikan perintah, inilah yang dinamakan wasiat.

ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ

_"Yang demikian adalah wasiat Allāh yang Allāh berikan kepada kalian."_

Ini adalah wasiat, menunjukkan perkara yang kita baca adalah perkara yang agung karena tidak sekedar perintah tetapi wasiat.

Wasiatnya adalah, Allāh berfirman:

لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ

_"Agar kalian mengingatnya.”_

Dengan harapan agar kalian semua mengingat Allāh.

أَلاَ بِذِكْرِ الله تَطْمَئِنُّ القلوب

_"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allāh hati menjadi tenteram.”_

(QS Ar Ra'd :28)

Kaum muslimin setelah memasuki tanggal 1 bulan Dzulhijjah mereka semua mengagungkan Allāh (bertakbir):

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ

Dengan 3 kali takbir atau dengan 2 kali takbir.

Māsyā Allāh.

Merinding kita kaum muslimin.

Kenapa?

Karena nama Allāh Subhānahu wa Ta'āla diagungkan di pagi hari, sore hari, siang hari dan malam hari, agar kalian mengingat, dan semua orang harus ingat akan Tuhannya.

Orang yang mengingat Allāh baru dia akan bersyukur, tidak mungkin seseorang bersyukur kecuali dia akan ingat kepada Tuhannya.

Dan Allāh menyebutkan: لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ, di sinilah Allāh memerintahkan kita agar kita semua senantiasa mengingat  Allāh.

Bukankah Allāh telah berfirman:

أَلاَ بِذِكْرِ الله تَطْمَئِنُّ القلوب

_"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allāh hati menjadi tenteram.”_

(QS Ar Ro'ad :28)

Di ayat lain Allāh menyebutkan:

فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ

_"Hendaknya kalian ingat kepadaku, niscaya aku akan mengingatmu.”_

(QS Al Baqoroh:152)

Demikianlah seorang muslim, di dalam kehidupannya tidak lepas dari 3 hal:

⑴ Kadang dia dalam keadaan berdiri.
⑵ Kadang dia dalam keadaan duduk.
⑶ Kadang dia dalam keadaan berbaring.

Allāh berfirman:

إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ

_"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allāh) bagi orang yang berakal.”_

(QS Āli Imron: 190)

Di sana ada tanda di antara tanda kebesaran Allāh bagi orang-orang yang berakal.

Siapakah mereka?

ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ

_"Mereka adalah orang-orang yang senantiasa ingat Allāh dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk dan dalam keadaan berbaring.”_

(QS Āli Imron: 191)

Maka seorang mukmin harus menjadi orang yang terbaik, ingatlah Allāh.

Ketika masuk masjid jangan lupa mengerjakan shalāt tahiyatul masjid.

Berdo'a adalah yang terbaik.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________

Kajian

IMAN TERHADAP WUJUD ALLĀH

🌍 BimbinganIslam.com 📆 Jum'at, 30 Syawwal 1442 H/11 Juni 2021 M 👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA 📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah  Fī...

hits