Senin, 18 Januari 2021

HADĪTS UBĀDAH BIN SHOMIT BAGIAN KEEMPAT

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 28 Jumadil Ula 1442 H/ 12 Januari 2021 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitāb At-Tauhīd
🔊 Halaqoh 62: Hadīts Ubādah bin Shomit Bagian Keempat 
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-062
〰〰〰〰〰〰〰

*HADĪTS UBĀDAH BIN SHOMIT BAGIAN KEEMPAT*

بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه،  لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً 

Ikhwan wa akhawatiy fīllāh rahimakumullāh.

Dan Allāh firmankan: 

وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا

Sebelum Allāh firmankan,

 وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا

maka Allāh firmankan,

 وَإِنِّى سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّ.

"Anak perempuan Imrān ini diberi nama Maryam"

وَإِنِّىٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيْطَـٰنِ ٱلرَّجِيمِ

"Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk". 

(QS Ali Imron: 36)

Māsyā Allāh, bagaimanakah Zakariyya berkata, 

وَإِنِّى سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ 

(Yā Allāh, aku memberi nama untuk putriku Maryam).

(QS Ali Imron: 36)

Kemudian apa kata Imrān? 

 إِنِّىٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا 

Subhānallāh.

Perhatikan bagaimanakah perkataan Imron
 وَإِنِّىٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا 
(Aku memohon perlindungan untuk perempuan ini dari Engaku) menunjukkan perlindungan yang terbaik adalah perlindungan dari Allāh. 

Kenapa? 

Karena yang namanya seseorang itu lemah, maka memberikan perlindungan adalah yang terbaik, tatkala kita meminta perlindungan maka kita mohon perlindungan kepada Allāh. 

Untuk anak kita, maka di sini Imrān berkata:

وَإِنِّىٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا

"Yā Allāh, aku memohon perlindungan untuk anak ini (Maryam) dari Engkau dari semua godaan syaithan begitu juga keturunannya"

(QS Ali Imron: 36)

Zakariyya memohon kepada Allāh agar Maryam mendapatkan perlindungan, begitu juga keturunannya, mendapatkan perlindungan.

Dari mana?

 مِنَ ٱلشَّيْطَـٰنِ ٱلرَّجِيمِ

(dari godaan syaithan).

Karena sesungguhnya syaithan adalah musuh,

 إِنَّ ٱلشَّيْطَـٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّۭ 

(Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh buat kalian)

 إِنَّ ٱلشَّيْطَـٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّۭ 

(Syaithan itu untuk kalian adalah musuh).

فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

"Maka jadikanlah syaithan adalah musuh bagi engkau"

Subhānallāh

Allāh Subhānahu wa Ta'āla firmankan:

فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍۢ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًۭا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ

Do'a Imrān diterima oleh Allāh, maka Allāh firmankan, 'Allāh Subhānahu wa Ta'āla menerima do'a yang dipanjatkan oleh Imrān. 

(QS Ali Imron: 37)

بِقَبُولٍ حَسَنٍۢ

"Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menerima dengan yang terbaik" 

وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًۭا

anbata yunbitu artinya tumbuh

وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًۭا

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan pertumbuhan yang ada pada badan Maryam adalah dengan pertumbuhan yang sempurna. 

وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًۭا

Pertumbuhan dengan sempurna maksudnya adalah dia hidup sehat, dia hidup dengan normal.

Kenapa? 

Karena dia mendapatkan penjagaan dari Allāh dan itu adalah janji Allāh, karena Zakariyya memohon kepada Allāh, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengijabahinya.

Maka demikianlah seorang mukmin tatkala kita hidup senantiasa berharap kepada Allāh dan tidak boleh berputus-asa, bagaimana mungkin Allāh akan memberi jika kita tidak meminta, bagaimana kita akan mendapatkan jika kita tidak meminta. 

Umar bin Khaththāb radhiyallāhu 'anhu pernah berkata:

"Aku tidak khawatir seseorang berdo'a kemudian tidak diijabahi, yang aku khawatirkan adalah seseorang itu lupa berdo'a"

Dan di sini Imrān berdo'a kepada Allāh dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengijabahinya وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًۭا.

وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا

"Dan yang mengkafil (yang menjadi pengasuh) adalah Zakariyya"

Diayat lain dikatakan:

وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ

"Dan wahai engkau Muhammad tidak mengetahui bagaimana tatkala mereka berselisih" 

(QS Ali Imron: 44)

أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ 

"Siapakah yang hendak mengasuh Maryam?" 

Kenapa? 

Karena masing-masing berharap untuk mengasuh Maryam.

أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ

"Siapa diantara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa"

(QS Ali Imron: 44)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kabar di dalam Al-Qur'ān untuk Rasūlullāh Shallallāhu 'alayhi wa Sallam di mana (ternyata) saudara-saudara Imrān, semuanya berharap untuk bisa menjadikan Maryam sebagai anak asuhnya, dan tatkala diundi أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ - siapakah إِذْ يَخْتَصِمُونَ
yang hendak mengasuh Maryam dan ternyata yang mengasuh Maryam adalah Zakariyya. 

Maka Allāh firmankan: وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا Maryam diasuh oleh Zakariyya. 

Apakah yang terjadi? 

Salah satu yang diberitakan bahwasanya,

  كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا ٱلْمِحْرَابَ وَجَدَ 

Setiap kali Zakariyya hendak masuk ke dalam mihrāb, hendak berdo'a kepada Allāh (bermunajat, beribadah kepada Allāh), apakah yang dijumpai oleh Zakariyya? وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًۭا - ajaib. 

Kenapa? 

Setiap Zakariyya hendak beribadah maka dia jumpai Maryam itu mendapatkan rezeki, ketika musim panas biasanya buah yang muncul adalah kurma, dan ketika musim dingin buah yang biasa dijumpai adalah buah yang datang di waktu musim dingin. 

Tetapi ini ajaib, di waktu musim panas ternyata Zakariyya mendapatkan buah yang muncul di waktu musim dingin jika musim dingin Zakariyya menjumpai Maryam mendapatkan buah yang buah yang biasa muncul di musim panas.

Maka dikatakan: 

كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا ٱلْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًۭا

"Maryam membawa buah, Maryam membawa makanan selalu kecukupan."

(QS Ali Imron: 37)

Demikian Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjaga orang yang menjadi kehendak Allāh agar dia senantiasa memperoleh yang terbaik.

 نكتفي بهذا اقدر

Matur Nuwun atas perhatiannya.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

____________________

HADĪTS UBĀDAH BIN SHOMIT BAGIAN KETIGA

🌍 BimbinganIslam.com
Senin 27 Jumadil Ula 1442 H/ 11 Januari 2021 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitāb At-Tauhīd
🔊 Halaqoh 61: Hadīts Ubādah bin Shomit Bagian Kedua
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-061
〰〰〰〰〰〰〰

*HADĪTS UBĀDAH BIN SHOMIT BAGIAN KETIGA*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه،  لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً 


Ikhwan wa akhawati fīllāh rahimakumullāh.

Kita lanjutkan. Upaya seseorang untuk memperoleh ikhlas adalah dengan mengingat mati. Orang suatu saat akan wafat dan ingat bahwasanya dengan seseorang itu wafat, maka harta yang dia miliki akan menjadi warisan (pakaian, kendaraan). Semua akan ditinggal, yang tersisa adalah amalnya.

Ingatlah, ketika seseorang itu ingin memperoleh ikhlas maka ingatlah kematian. Suatu saat akan berada di dalam kuburan, sendiri. Tidak ada yang bisa menyelamatkannya kecuali amalnya.

Maka kalimat: لَا إلَهَ إلَّا اللّهَُّ adalah sesuatu kalimat yang azhim. Upaya seseorang untuk memperoleh ikhlas adalah tidak beramal kecuali karena Allāh, bukan karena pujian.

Seseorang, untuk memperoleh ikhlas adalah tidak memperdulikan ucapan orang.

Pepatah Arab mengatakan: 

 رضا الناس غاية لا تدرك

_"Mencari keridhaan manusia itu tidak akan ada habisnya."_

Selanjutnya:

وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

_"Dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allāh dan Rasūl-Nya."_

 وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ 

_"Dan bahwasannya Isa adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya."_

Isa adalah putra dari Maryam. Maryam adalah wanita yang shalihah. 

Disebutkan di dalam Al Qur'ān:

إِذْ قَالَتِ ٱمْرَأَتُ عِمْرَٰنَ رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًۭا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

_Ingatlah, tatkala isteri 'Imrān berkata, "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."_

(QS. Āli Imron: 35)

Istri Imrān dalam keadaan hamil, dan dia adalah wanita yang mulia dan dia berharap apa yang dikandungnya menjadi keturunan yang baik. 

Subhānallāh.

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّى وَضَعْتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلْأُنثَىٰ ۖ 

_Maka tatkala isteri 'Imrān melahirkan anaknya, diapun berkata, "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allāh lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak,"_

(QS.  Āli Imrān: 36)

Laki laki itu berbeda dengan perempuan. Maka berdasarkan ayat ini maka seorang laki-laki harus memahami bahwasanya istri yang dia miliki adalah istri yang lemah. Jika seseorang memiliki anak perempuan, maka dia harus tahu bahwasanya anak perempuan yang dia miliki adalah lemah karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:

 وَلَيْسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلْأُنثَىٰ

 _"Laki-laki berbeda dengan perempuan."_

Laki-laki kuat badannya, laki-laki kuat fisiknya, laki-laki berisi dan berotot. Laki-laki kuat akalnya, laki-laki kuat semuanya. Badannya kuat, berotot dengan kehidupan yang dia lalui juga bisa kuat, pekerjaan yang dia lalui juga dia bisa bersabar.

Laki-laki jika memiliki masalah dia cenderung diam, dan tidak mudah untuk goyang. Jika dia bercerita tentang masalahnya hanya kepada orang yang dia percaya. Jika temannya dipercaya, tidak akan menceritakan masalahnya, dia akan cerita. Selebihnya dia simpan sendiri. Yang tidak pantas orang lain tahu tidak perlu cerita, berbeda dengan perempuan.

Perempuan lemah fisiknya. Perempuan perasaannya jauh di kedepankan. Perempuan kadang diam-diam menangis. Berapa banyak ibu-ibu, khususnya mendekati lebaran, meneteskan air mata menangis, ingat anaknya, ingat cucunya. Apalagi kalau dikabari bahwa mereka tidak bisa pulang, tambah menangis. Tapi kadang kemudian diam, "Bu, tidak usah nangis Bu," "Iya," tapi tetap nangis.

Dan kemudian anak minta nomor rekening, "Bu, nyuwun nomor rekening tak kirim mawon." "Yo wes, rapopo gak mulih, rapopo."

Subhānallāh 

Perempuan lemah, fisiknya lemah, perasaannya lemah. Perempuan kadang diam, kenapa? Karena tidak ada yang diajak berbicara. 

Begitu temannya datang, "Oh, Măsyā Allāh," karena sudah sepuluh tahun lebih tidak bertemu pagi sampai siang cerita, bisa kuat. Kenapa, masing-masing cerita sama temannya selama 10 tahun di ringkas. 

Subhānallāh.

وَلَيْسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلْأُنثَىٰ

Perempuan lemah, maka disini seorang laki-laki hendaknya  berlaku bijak kepada istrinya dan anak perempuannya.

Kenapa? 

Karena perempuan itu lemah.

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan di dalam satu hadīts:

مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ منكم مِنْ إِحْدَاكُنَّ 

_"Aku tidak pernah menjumpai seseorang yang memiliki akal yang lemah, agama yang kurang, ternyata bisa mampu mengoyahkan prinsip yang ada pada seorang laki-laki yang kuat."_

(HR Al Bukhari no 304. Kitabul Haidh, Bab Tarkul Haa'idhi Ash Shaum)

Subhānallāh.

Terkadang sebagian laki-laki ingin sedekah dengan jumlah yang banyak, karena ketahuan istrinya, istrinya mengatakan, "Mbok ojo okeh-okeh (jangan banyak-banyak)." Akhirnya bagaimana? Dia tetap sedekah tetapi berkurang jumlahnya.

Tapi ada juga seorang wanita, ketika suaminya akan bersedekah sekian, justru dia (istrinya) mengatakan, "Tambah sedekahnya, lebih banyak lagi pak," māsyā Allāh. 

Yang jelas Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan bahwasanya perempuan: نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ , akalnya tidak sempurna, agamanya juga demikian. Tapi ternyata bisa menggoyahkan prinsip yang ada pada seorang laki-laki yang kuat.

Subhānallāh.

Maka Allāh menyebutkan: وَلَيْسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلْأُنثَىٰ.

Dikatakan bahwasanya bagaimana perempuan itu: نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ. 

Bukankah jika dia haidh tidak shalat, bukankah jika dia haidh tidak berpuasa? Inilah yang bisa membuat seorang perempuan menjadi: نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ. 

Tetapi semua ini muqaddar (atas kehendak Allāh).

 نكتفي بهذا اقدر

Matur Nuwun atas perhatiannya.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

____________________

KEUTAMAAN MENJENGUK ORANG SAKIT

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 24 Jumadal Awwal 1442 H / 08 Januari 2021 M
👤 Ustadz Nur Rosyid Abu Rosyidah
📔 Materi Tematik | Keutamaan Menjenguk Orang Sakit
⬇ Download Audio: BiAS-RAR-KeutamaanMenjengukOrangSakit
----------------------------------

*KEUTAMAAN MENJENGUK ORANG SAKIT*
 
بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة االله وبركاته 
الحمد الله وكفى وصلاة وسلام على رسوالله المصطفى وعلى آله وصحبه، ومن والاه ولاحولا ولاقوة الابالله

Saudara-saudaraku sekalian, Ikhwātal imān ahābakumullāh. 

Bagaimana menurut antum, ketika kita kerja berangkat dari rumah pagi hari dan pulang kembali ke rumah di malam hari, kita sebagai kepala rumah tangga mencari māisyah tanggung jawab untuk keluarga, bekerja keras banting tulang, namun ternyata di awal bulan atau di akhir bulan kita tidak mendapatkan hak kita sebagai karyawan, hak kita sebagai pegawai ? 

Padahal yang kita korban kan adalah waktu bersama keluarga, energi kita dan lain sebagainya. 

Maka bagaimana perasaan antum? 

Tentu saja di sana ada rasa tidak terima, tentu saja di sana ada rasa berontak, bagaimana mungkin saya sudah mengerjakan kewajiban saya, namun hak tidak dapat saya maksimalkan?

Mā'syiral muslimīn rahimani wa rahimakumullāh. 

Saudara-saudaraku sekalian yang mencintai sunnah dan dicintai Allāh. 

Kita berbicara tentang hak sesama muslim. Jikalau kita saja ketika ada hak yang tidak bisa kita manfaatkan, ada hak yang bisa kita ambil, kita merasa tidak menerimanya? k

Kita merasa berontak dalam hati. Bahkan ketika kita tidak berani untuk menyampaikan dan mengungkapkannya, banyak cibiran-cibiran mengatakan kepada kita, tidak tegas, tidak berani menuntut hak dan lain sebagainya. 

Maka perhatikanlah saudaraku. 

Begitu pula saudara-saudara kita yang lain memiliki hak terhadap diri kita. 

Apa hak yang dimaksud? 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ 

_"Ada 6 (enam) hak sesama muslim.”_

Ada 6 (enam) hak sesama muslim yang hendaknya bisa kita amalkan dan kita praktekan diantara kita.

Kita tidak membahas ke-enamnya namun salah satunya adalah:

و إذا مرض فعده

$"Ketika ada di antara kalian sedang sakit maka jenguklah."_

Sejatinya menjenguklah saudara kita yang sakit ini adalah penunaian hak terhadap saudara kita. 

Bisa jadi saudara kita itu tidak meminta kepada kita, "Jenguklah saya! Saya sedang sakit tolong datang kemari."

Bisa jadi saudara kita tidak melakukan itu, bisa jadi tidak menyuarakan hal itu. Namun sejatinya, tetap saudara kita memiliki hak untuk kita menjenguknya. 

Maka Mā'syiral muslimīn rahimani wa rahimakumullāh. 

Pada kesempatan kali ini, kita akan sedikit membahas berkaitan tentang adab-adab tatkala menjenguk saudara-saudara kita yang sakit. 

• Yang pertama | Yang perlu kita perhatikan adalah berkaitan tentang rasa ikhlās ketika kita menjengguk saudara kita. 

Dalam hadīts yang diriwayatkan oleh Imām Ibnu Mājah serta Ahmad dalam Musnadnya. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda tatkala ada seorang hamba yang ia pergi mengunjungi saudaranya, maka ibaratnya dianalogikan ia akan mendapatkan fadilah-fadilah yang besar digambarkan dalam hadīts. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ.

_Ketika ia jalan, ibaratnya ia sedang memetik buah-buahan surga sampai dia duduk. Dan ketika dia duduk, dia akan mendapatkan curahan rahmat yang besar dari Allāh 'Azza wa Jalla._

Maka sampai di sini, kita bisa melihat satu hikmah besar. Takala kita mengunjungi saudara kita bukan hanya kita sedang memberikan manfaat kepada saudara kita, yaitu penunaian haknya, namun kita juga mendapat fadilah yang besar. 

Digambarkan dalam hadīts, ketika kita sedang berjalan dari rumah kita sampai ke tempat saudara kita yang sakit, seakan-akan kita sedang memetik buah-buahan surga sampai kita duduk. Dan ketika kita sudah duduk saat menjenguknya maka ibarat kita sedang mendapatkan limpahan yang deras dari rahmat Allāh Subhānahu 'Azza wa Jalla. 

Bahkan kelanjutan dari hadīts ini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ

_"Ketika ada saudaranya yang ia menjenguk di pagi hari maka tujuh puluh ribu malāikat mendo'akannya sampai sore hari. Sebaliknya ketika ia mengunjungi saudaranya di sore hari maka tujuh puluh ribu malāikat bershalawat sampai pagi hari."_

Mā'syiral muslimīn rahimani wa rahimakumullāh. 

Sekali lagi, hadits ini bukan hanya membahas bagaimana kita mendapatkan fadhilah selaku orang yang menjenguk saudara kita. 

Namun jikalau kita melihat hadīts yang tadi kita sampaikan berkenaan dengan hak sesama muslim, kitapun sudah memberikan fadhilah, kita pun sudah memberikan keutamaan kepada saudara kita yang sakit dengan menjenguknya yaitu penunaian hak mereka selaku sesama saudara muslim. 

• Yang kedua | Adab yang perlu kita perhatikan ketika menjenguk saudara kita yang sakit adalah menjenguk kondisi sang pasien dan juga keadaan rumah sakit. 

Ketika kita melihat pasien kita atau saudara kita sedang butuh istirahat yang panjang maka tentu saja kita jangan menjenguknya dikala istirahatnya. 

Kita bisa kontak (hubungi) keluarganya terlebih dahulu atau kontak yang sedang bersamanya, apakah bisa dikunjungi atau tidak ? 

Begitupula kita tidak menerobos jam-jam berkunjung rumah sakit. 

• Yang ketiga | Bolehnya seorang wanita menjenguk laki-laki dan laki-laki menjenguk wanita. 

Dalīl dari hadits ini adalah apa yang menjadi kisah antara 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā ketika menjenguk bapaknya yaitu Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu dan juga Bilal Ibnu Ra'bah radhiyallāhu 'anhu.

Tatkala didapati Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu dan juga Bilal ibnu Ra'bah sedang demam, maka 'Āisyah datang menanyakan kabar kepada abinya yaitu Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu dan juga menanyakan kabar kepada Bilal ibnu Ra'bah. 

Hal ini menunjukan bolehnya laki-laki menjenguk wanita begitu pula sebaliknya, wanita menjenguk laki-laki. 

Yang menjadi catatan adalah jangan sampai di sana ada ikhtilaf, jangan sampai di sana ada celah-celah syaithān yang dapat merusak dan mengotori isi hati kita. 

• Yang keempat | Adab yang perlu di perhatikan adalah hendaklah kita membawa buah tangan, apapun itu. 

Baik buah-buahan atau susu atau yang lain sebagainya, yang mana itu bisa mendekatkan hubungan antara kita dengan saudara kita yang sedang sakit. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda melalui hadītsnya yang umum, beliau mengatakan: 

تَهَادُّوْا تَحَابُّوْا

_"Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai."_

(Hadīts riwayat Bukhāri dalam Al Adabul Mufrad nomor 594, dihasankan Syaikh Albāniy rahimahullāh didalam Irwa'ul Ghalil nomor 1601)

Dengan kita menjenguk merupakan bukti rasa cinta kita, namun dengan kita membawa buah tangan itu bisa menjadi contoh yang tepat, praktek yang tepat bentuk cinta kasih kita kepada keluarga kita. 

• Yang kelima | Hendaklah kita menghibur sekaligus mendo'akannya. 

Bagaimana bentuk hiburan yang tepat? 

Kadang kala bentuk hiburannya kurang tepat ketika kita mengatakan, "Sabar ya pak," bisa jadi kata-kata itu membuat saudara kita yang sakit merasa tersinggung, seakan-akan dirinya tidak sabar. 

Atau mungkin kita menggunakan kata-kata yang sedikit kasar, seperti mengatakan, "Makanya dari dulu sudah saya bilang begini dan begini." Perkataan ini seakan-akan meremehkan.

Lantas bagaimana contoh hiburan yang tepat yang dicontohkan oleh Nabi kita yang mulia (shallallāhu 'alayhi wa sallam) ? 

Rosūlullāh shollallohu 'alaihi wa sallam mengatakan: 

لاَ بَأْسَ طَهُورٌ اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

_"Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membersihkanmu dari dosa-dosa, in Syā Allāh."_

(Hadīts riwayat Bukhāri) 

Ini sejatinya bukanlah do'a, ini adalah bentuk hiburan. 

Lantas bagaimana do'a ? 

Do'a yang dianjurkan oleh Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, melalui hadītsnya yang masyhur, yaitu: 

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إِلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

_"Ya Alloh Robb manusia, dzat yang menghilangkan rasa sakit, sembuhkanlah sesungguhnya Engkau Maha Penyembuh, tidak ada yang dapat menyembuhkan melainkan Engkau, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit."_

Maka inilah mā'syirol muslimīn, rohimani w rohimakumulloh. 

Yang bisa kita bagi, yang bisa kita sampaikan dalam rangka berbagi faedah apa saja adab-adab yang perlu kita perhatikan tatkala kita menjenguk saudara kita yang sakit. 

Ini mungkin yang bisa saya sampaikan, atas banyak kurangnya dan sedikit lebihnya, saya mohon maaf. 


اقول ماتسمعون وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

-------------------------------------

Jumat, 15 Januari 2021

HADĪTS UBĀDAH BIN SHĀMIT BAGIAN KEDUA

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 23 Jumadal Awwal 1442 H/ 07 Januari 2021 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitāb At-Tauhīd
🔊 Halaqoh 60: Hadīts Ubādah bin Shāmit 
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-060
〰〰〰〰〰〰〰

*HADĪTS UBĀDAH BIN SHĀMIT BAGIAN KEDUA*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه . لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد نبيا و رسولاً رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً 

Ikhwan wa akhawatiy fīllāh rahimakumullāh.

Syaikh Abdul Azīz Al Hajj di Mekkah pernah memberikan penjelasan pada salah satu isi ceramah beliau, bahwasanya di zaman dahulu ada seorang suami. Pagi mau berangkat  bekerja, istrinya membawakan bekal makanan dan minuman dan dia bawa bekal dan minuman tersebut ke pasar.

Istri yang di rumah menganggap dan mengira suaminya akan sarapan di pasar. Sampai di pasar ternyata makanan yang dia bawa, minuman yang dia bawa, dia bagikan kepada faqir dan miskin. 

Orang-orang pasar mengatakan:

"Bapak ini, orang ini, sudah sarapan di rumah, sehingga sisa sarapannya di bawa ke pasar."

Subhānallāh.

Orang pasar tidak tahu, kalau orang ini puasa, bahkan istrinya pun juga tidak tahu kalau suaminya berpuasa, luar biasa, إحفع الأعمل, menyembunyikan amal.

Ada seorang yang bernama Uwais Al Qarni. Uwais Al Qarni, orang yang mendapatkan pujian dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwasanya do'anya mustajab. Jika dia berdo'a maka dia mustajab.

Uwais Al Qarni pernah mendapatkan suatu keadaan yang berat, di mana beliau memiliki penyakit barrash yaitu penyakit belang di badannya. Dan beliau berdo'a kepada Allāh semuanya sembuh kecuali tinggal sebenar uang logam.

Dan dia (Uwais Al Qarni) sangat berbakti kepada ibunya, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam suatu saat pernah bersabda:

"Akan datang Uwais dari Qarn,  jika kalian berjumpa dengannya maka mintalah do'a darinya, karena sesungguhnya jika dia berdo'a maka do'anya akan mustajab."

Sehingga salah satu yang diberitakan adalah jika ada orang-orang Yaman datang ke kota Madīnah, maka Umar senantiasa berkata dan bertanya:

"Apakah di antara kalian ada seorang yang bernama Uwais?" "Tidak ada," maka Umar pun meninggalkannya.

Sampai suatu saat jawaban yang diharapkan pun datang, Umar bertanya dan berkata:

"Apakah diantara kalian ada yang bernama Uwais?" 

Dijawab, "Ada."

Maka Umar pun memanggilnya dan Uwais pun mendekat kepadanya, Umar berkata dan bertanya:

"Apakah dahulu engkau pernah kena penyakit barrash dan Allāh sembuhkan kecuali tinggal sebesar uang logam?"

Maka dikatakan, "iya."

Kemudian Umar bertanya:

"Apakah dahulu engkau memiliki ibu dan engkau senantiasa berbakti kepadanya?" 

Maka Uwais berkata, "Benar."

Kemudian Umar berkata: 

"Sungguh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda seperti ini: Jika kalian berjumpa dengannya (Uwais) maka mintalah do'a darinya.

Atas dasar itulah Umar bin Khaththāb meminta doa kepada Uwais agar mendo'akan.

Maka Uwais pun berdo'a. Sesudah Uwais berdo'a, maka salah satu yang ditanyakan oleh Ummar:

"Uwais, engkau mau kemana?"

Maka Uwais berkata, "Ke Kuffah."

Maka  Umar berkata:

"Aku akan berikan kepada engkau kertas dan aku akan tulis. Jika engkau sampai di sana  maka gubernur akan memberikan pelayan kepada engkau." 

Apakah kata Uwais? 

Uwais berkata:

"Aku hidup tenggelam dengan keadaan, tenggelam dibanyak orang, tidak terkenal di kalangan khalayak, jauh lebih aku sukai daripada aku menjadi orang yang terkenal."

Subhānallāh.

Bagaimanakah perbedaan Uwais dengan orang-orang di zaman sekarang? 

Zaman sekarang orang dikenal dengan hubbuzh zhuhur yang artinya gemar nampil. Gemar tampil, gemar atau suka tenar atau yang dikenal dengan sebutan pencitraan.

نكتفي بهذا القدر

Matur Nuwun atas perhatiannya.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

____________________

HADĪTS UBĀDAH BIN SHOMIT BAGIAN PERTAMA

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 22 Jumadal Awwal 1442 H / 06 Januari 2021 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitāb At-Tauhīd
🔊 Halaqoh 59: Hadīts Ubādah bin Shomit 
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-059
〰〰〰〰〰〰〰

*HADĪTS UBĀDAH BIN SHOMIT BAGIAN PERTAMA*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه . لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد نبيا و رسولاً رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً 

Ikhwan wa akhawati fīllāh rahimakumullāh.

Syukur kita kembali kita panjatkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla atas nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan.

Kembali kita lanjutkan di hadīts Ubādah ibnu Shāmit yang diriwayatkan oleh Imam Bukhāri dan Muslim.

عن عُبادة بن الصامت  قال: قال رسولُ الله ﷺ: مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَل

_Dari Ubādah bin Shāmit (semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla meridhainya) Rosūlullāh shollallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:_

_"Barangsiapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada dzat yang berhak untuk disembah kecuali Allāh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad Rasulullah adalah hamba dan Rasūl Allah, begitu juga Isa adalah hamba Allah serta Rasul Allah dan kalimat yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla kirimkan kepadanya, kalimat Allāh yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada Maryam dan ruhnya dari Allāh, surga adalah hak, meyakini bahwasanya neraka adalah hak, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan memasukan dia ke dalam surga sesuai dengan amal yang dia lakukan."_

(HR Bukhari no 3435 dan Muslim no 28)

Ikhwan wa akhawati fīllāh rahimakumullāh.

Tentunya kita punya kewajiban untuk ikhlas di dalam beribadah. 

Sehingga ada seorang yang bernama Sufyan Ats Tsauri, beliau mengatakan:

ما ألسة شيأ اشد علي من يد

_"Tidak lah ada sesuatu hal yang senantiasa aku perbaharui yang sangat sulit, yang sangat berat kecuali aku senantiasa untuk menekankan terkait masalah ketulusan niat."_

Maka disebutkan juga di suatu penjelasan lain, bahwasanya Umar bin Khaththāb suatu saat pernah berkata:

اللهم اجعل  كل الأعمل صالحًا، واجعله لوجهك خالصًا

_"Yā Allāh,  jadikanlah seluruh amal yang aku lakukan adalah amal yang shalih dan aku memohon kepada Engkau agar Engkau menjadikan semua amal shalih yang aku lakukan adalah tulus ikhlas karena Engkau ya Allah."_

Menunjukkan semua orang untuk ikhlas di dalam beribadah, ikhlas di dalam mentauhīdkan Allāh. Maka upaya seseorang untuk memperoleh ikhlas adalah:

⑴ Memperbanyak do'a.

Abdullāh bin Mas'ūd pernah berkata: 

"Amal suatu amalan, ataukah perkataan, tidak akan bermanfaat kecuali amal tersebut adalah amal yang shalih."

Perkataan, perbuatan dan amal shalih tidak bakalan bermanfaat kecuali dengan niat yang tulus, menunjukkan syarat diterimanya suatu amalan adalah ikhlas. Dan yang kedua adalah: المتابعه (sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa Sallam).

⑵ Upaya seseorang untuk memperoleh ikhlas adalah Ikhfaul amal  (الإخفعل الأعمل).

Apakah yang dimaksud Ikhfaul amal? 

Yang dimaksud ikhfaul amal adalah menyembunyikan amal. 

Upaya seseorang untuk memperoleh ikhlas adalah ikhfaul amal (menyembunyikan amal), tentunya sebagian orang suka amalnya dilihat. Bahkan ada sebagian orang yang melakukan ketaatan, semestinya orang lain tidak tahu, akhirnya diberitakan kepada orang lain agar orang lain tahu.

Kalau sekiranya dia shalat dhuha saja tidak harus woro-woro, ganti status di HP, "Dhuha dulu, ah." Yang kadang tadinya ikhlas kemudian tercantum suatu hal yang disitu bisa membuat seseorang riya'.

Bahkan ada juga sebagian orang tatkala melakukan suatu amalan, apa yang dilakukan? 

Membuat status,  (misalnya) memfoto sajadah, bahkan ada juga yang begitu ingin melakukan ketaatan, dia minta temannya untuk memfoto. Orang Indonesia termasuk orang yang suka foto. 

Mau berangkat haji, mau berangkat umrah di rumah foto. Sampai di bandara mereka foto. Naik pesawat foto, dalam pesawat foto, mendarat di Arab foto, ketemu orang Arab foto, masuk masjid Nabawi foto, keluar masjid foto lagi. Mau berangkat umrah memakai kain ihram foto di hotel, di Bir Ali foto lagi, sampai di Mekkah foto lagi ketemu unta di Arafah foto lagi, suka foto.

Sebagian orang: حب ه أظهور , suka untuk memamerkan amalan.

Upaya seseorang untuk memperoleh ikhlas adalah: إحفأوالأمل menyembunyikan amal.

نكتفي بهذا القدر
 
Matur nuwun atas perhatiannya.
 
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

____________________

Selasa, 05 Januari 2021

KEUTAMAAN TAUHĪD (BAGIAN KESEPULUH)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 21 Junadal Awwal 1442 H/ 05 Januari 2021 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitāb At-Tauhīd
🔊 Halaqoh 58: Keutamaan Tauhīd Bagian Kesepuluh
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-058
〰〰〰〰〰〰〰

*KEUTAMAAN TAUHĪD (BAGIAN KESEPULUH)* 


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه  لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً 


Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mendapat wahyu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam harus menikah dengan seseorang wanita yang bernama Zainab bintu Jahsy. 

Zainab bintu Jahsy adalah seorang wanita pemuka Quraisy yang mulia yang pernah menikah dengan Zaid,  dan Zaid adalah anak angkat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Pada awalnya keluarga Zainab tidak mau menikahkan dengan Zaid. Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam datang, mereka menyambut dengan baik mereka beranggapan bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang akan meminang Zainab untuk dirinya. Ternyata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam datang meminang Zainab untuk anak angkatnya (Zaid), Subhānallāh.

Mereka tidak suka dengan Zaid, mereka tidak mau Zainab menikah dengan Zaid akan tetapi turunkan ayat:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍۢ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ

_"Tidak sepatutnya bagi seorang mukmin dan mukminah jikalau Allāh dan Rasūl-Nya menentukan suatu masalah kemudian menjadikan yang lainnya sebagai pilihan."_

(QS. Al Ahzāb: 36)

Ketika turun ayat ini, merekapun rela dan menyambut dengan baik, sekalipun berat.

Akhirnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pun menikahkan Zainab bintu Jahsy dengan Zaid.  

Begitu berjalan waktu, Zaid merasa berat berkeluarga dengan Zainab. Zaid mengadu kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sehingga Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda, "Sabar."

Kemudian turunkan ayat ini: 

أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ 

_"Tahanlah terus isterimu."_

(QS. Al Ahzāb: 37)

Turunnya ayat ini berat bagi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, akan tetapi tetap Beliau sampaikan.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam akhirnya diperintah Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk menikah dengan Zainab bintu Jahsy sesudah Zaid menceraikan Zainab dan selesai iddahnya. 

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berada di Mekkah, berharap pemuka-pemuka Quraisy datang dan menyambut Islām.
akan tetapi mereka enggan. 

Justru yang datang adalah seorang yang bernama Abdullāh ummi Maktub (seorang buta dan miskin).

Kemudian turunlah firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ ۞ أَن جَآءَهُ ٱلۡأَعۡمَىٰ ۞ 

_"Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullāh bin Ummi Maktum)."_

(QS. Abasa: 1-2)

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam beraut muka masam ketika datang Abdullāh bin Ummi Maktum, maka seakan-akan Allāh memberikan teguran yang keras kepada Rasūl-Nya.

Seakan-akan Allāh firmankan:

"Apa manfaatnya engkau wahai Muhammad memiliki muka yang muram di depan orang yang buta?"

Turun ayat tersebut dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallampun menyampaikan. Disini nenunjukkan bahwa Rasūlullāh adalah seorang utusan Allāh dan Beliau tidak berdusta.

Apapun ayat yang turun baik senang atau tidak senang, Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam sampaikan.

Maka tidak ada nabi dari Jawa, dari Klaten, dari Banyumas, dari Surabaya,dari Jakarta, dari Bantul, dari Cilacap, dari Purwokerto, Purworejo, tidak ada.

Kenapa? 

Bisa jadi kalau nabi dari Jawa, banyak syar'iat yang tidak disampaikan.

Kenapa? 

Pekewuh, merasa tidak enak (ketika akan menyampaikan wahyu yang semisal itu).

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dipilih oleh Allāh dari orang Arab.

وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ ۞ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ

_"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'ān) menurut kemauan hawa nafsunya. Tidak lain (Al Qur'ān itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)."_

(QS. An Najm: 3-4)

Apa yang dikirim kepada Rasūl-Nya adalah wahyu Allāh, apa yang keluar dari lisannya tidak lain adalah wahyu yang Allāh wahyukan, bukan dari hawa nafsunya.


Nataufīq bihadzal qadar, terima kasih atas segala perhatiannya, lain waktu kita sambung lagi pada lanjutan hadīts Ubādah ibn Shāmit.

Matur Nuwun atas perhatiannya.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

____________________

KEUTAMAAN TAUHĪD BAGIAN KESEMBILAN

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 20 Jumadal Awwal 1442 H/ 04 Januari 2021 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc. 
📗 Kitāb At-Tauhīd
🔊 Halaqoh 057: Keutamaan Tauhīd Bagian Kesembilan
⬇ Download audio: bit.ly/UAB-KT-057
〰〰〰〰〰〰〰

*KEUTAMAAN TAUHĪD BAGIAN KESEMBILAN*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه  لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ رْزُقْنيِ فَهْماً 


وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ

"Bahwasanya Muhammad adalah hambanya Allāh"

Abduhu (عَبْدُهُ) sesuatu hal yang biasa, tatkala disandarkan kepada suatu hak yang istimewa jadilah istimewa. Suatu hal yang biasa tatkala disandarkan kepada yang mulia maka jadilah mulia.

Baitun (بيت) rumah.

Seseorang bisa jadi bertanya kepada  tetangganya, "Mau kemana pak?", Saya mau ke kantor Depag, kemudian rencananya saya mau ke Bank. Ada acara apa, pak?  Saya, In syā Allāh akan pergi ke Baitullāh (rumahnya Allāh).

Baitun (بيت) itu biasa, tapi begitu Baitullāh (rumahnya Allāh) jadilah mulia Ka'bah.

Unta (نَاقَة) Untanya Allāh (ناقة الله) jadilah mulia, begitu juga ketika kita melihat yang namanya sesuatu disandarkan kepada yang mulia maka jadilah mulia. 

Saudi Arabia, raja Fahd bin Abdul Azīz, begitu raja Fahd meninggal di ganti oleh raja Raja Abdullāh, begitu raja Abdullāh diganti raja Salman.

Raja Fahd gelarnya adalah khadim, raja Abdullāh juga khadim,  raja Salman gelarnya juga khadim. 

Apa itu khadim? 

Khadim adalah jonggos (pembantu).
Khadim adalah pelayan.

Tapi begitu disandarkan kepada sesuatu hal yang mulia (Mekkah, Madīnah), Mekkah dan Madīnah dua-duanya mulia. Al-masjid An-Nabawi Asy-Syarif, Mekkah Al-Mukarramah, mulia. 

⇒ Mekkah dan Madīnah dikenal dengan Al-Haramain (dua kota tanah suci).

Gelarnya raja sampai sekarang adalah Al-Khadimu Al-Haramain (pelayan dua kota tanah suci). Disini pelayan tetapi jadi mulia 

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah mulia, Abdullāh (hambanya Allāh) 

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ 

"Maha Suci Allāh dzaat yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam)"

⇒ Bi'abdihi (بِعَبْدِهِ) hamba-Nya Allāh. 

Maka di hadīts ini وأن محمداً عبده ورسوله.

Begitu kita berbicara Rasūl disandarkan kepada yang mulia maka jadilah mulia.

Nabiyullāh, Yā Nabi Allāh 

Yā Rasūlullāh.

Wahai Rasūl Allāh. 

Begitu kita berbicara Rasūl Allāh, maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak berdusta. 

Abdullāh bin Mas'ūd mengucapkan  اصادق المسدق orang yang dipercaya, akhlaqnya masduq, ucapannya masduq, perilakunya masduq. 

√ As-Shadīq, Rasūlullāh selalu jujur.
√ Al-Masduq yang diyakini akan kebenarannya.

Maka seorang mukmin meyakini bahwasanya Muhammad adalah Abdullāh wa Rasūlullu dan Rasūl-Nya Allāh. Rasūl-Nya Allāh tidak akan berdusta.

Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tatkala beliau mendapatkan wahyu, menyenangkan untuk dirinya, beliau sampaikan,menyedihkan untuk dirinya beliau sampaikan, berat untuk dirinya beliau sampaikan. Subhānallāh.

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰٓ

"Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas" 

(QS. Adh-Dhuha:5)

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam senang, Allāh akan memberikan kepada engkau wahai Muhammad apapun yang engkau inginkan sehingga engkau ridha. 

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?"

(QS. Al-In syiroh:1)

Sesuatu hal yang menyenangkan maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyampaikan.

Sesuatu hal yang berat tetap Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sampaikan.

Kapan?

Tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dimaki oleh Abū Lahab:

"Celakalah engkau wahai Muhammad, apakah karena ini engkau mengumpulkan kami?"

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan pembelaan untuk Nabi kita, sekalipun dia harus berhadapan dengan pamannya (Abū Lahab).

Abū Lahab memiliki muka yang padang, karena mukanya terang maka beliau di kenal dengan Abū Lahab seperti menyala, nama Abū  Lahab adalah Abdullāh Uzza. 

Begitu juga istrinya  حَمَّالَةَ ٱلْحَطَب yang akan membawa kayu bakar,  حَمَّالَةَ ٱلْحَطَب selalu membuat gusar, selalu memanas-manasi orang-orang di sekitar Mekkah untuk memberikan perilaku buruk kepada Rosūlullāh shollallāhu 'alayhi wa sallam. 

Suatu saat, saya pernah membuat soal, "Masmu Abū Lahab? (Siapakah namanya Abū Lahab)?" Abūl Uzza, oh benar. Tetapi kadang kami membuat pertanyaan Ismu Abū Lahab Abdullāh Uzza wa masmu jauzatihi? (Abū  Lahab bernama Abdullāh Uzza, yang menjadi pertanyaan adalah siapa nama istrinya)?" Ada santri (siswa) yang menjawab karena ini Abū maka nama istrinya Ummu Lahab,  padahal nama istrinya Abū Lahab adalah Ummu Jamil". Karena istri Abū Lahab kemudian bernama Ummu Lahab, ini tidak benar!

Nataufīq bihadzal qodar, terima kasih atas segala perhatiannya. 

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

____________________

Kajian

IMAN TERHADAP WUJUD ALLĀH

🌍 BimbinganIslam.com 📆 Jum'at, 30 Syawwal 1442 H/11 Juni 2021 M 👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA 📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah  Fī...

hits