Sabtu, 25 Mei 2019

PROSES FINISHING

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 20 Ramadhan 1440H / 25 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Proses Finishing
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H18
〰〰〰〰〰〰〰

*PROSES FINISHING*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sudah pernahkah kita mendengar hadīts Ibnu Mas'ūd yang terdapat dalam kitāb kecil bernama Arba’in An Nawawi?

Di sana disebutkan,

Ada seorang hamba yang beramal dengan amalan penduduk surga. Bahkan surga tersebut jaraknya tinggal 1 hasta lagi darinya, akan tetapi karena ketetapan Allāh, ia beramal dengan amalan penduduk neraka, akhirnya ia pun masuk ke dalam neraka

Dan ada juga seorang hamba yang beramal dengan amalan penduduk neraka. Bahkan neraka tersebut jaraknya tinggal 1 hasta lagi darinya, akan tetapi karena ketetapan Allāh, ia beramal dengan amalan penduduk surga, akhirnya ia pun masuk ke dalam surga.

Apa pelajaran penting dari hadīts ke empat yang dibawakan oleh Imam An Nawawi, yang beliau ambil dari hadīts Bukhāri Muslim tersebut?

Pelajaran terpenting kita, adalah:

• Pelajaran Pertama | Jangan sampai di antara kita ada yang sombong, besar diri, sum’ah karena telah dimudahkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk memperbanyak pada bulan Ramadhān ini.

Tetapi yang harus kita lakukan adalah bersyukur atas nikmat Allāh tersebut, karena tanpa Allāh tidak mungkin kita bisa beramal shālih.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

وَاللَّهِ لَوْلاَ اللَّهُ مَا اهْتَدَيْنَا، وَلاَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلَّيْنَا

"Demi Allāh, kalau bulan karena Allāh tidak mungkin kita akan mendapatkan petunjuk, tidak mungkin kita akan bersedekah dan tidak mungkin kita akan mendirikan shalāt.”

(Hadīts riwayat Bukhāri dan Muslim)

Sehingga, kita harus bersyukur atas nikmat Allāh atas kemudahan yang dianugrahkan kepada kita bukan malah berbangga diri, sombong atau sum’ah.

• Pelajaran Kedua | Ternyata amalan itu tergantung pada penutupnya, bukan tergantung pada awalnya.

Bahkan, setiap produk dari produk-produk dunia ini, sangat tergantung dengan proses finishing-nya.

Jika finishingnya bagus, maka barang laku, jika finishingnya buruk, maka barangnya tidak laku.

Begitu juga dalam amalan ibadah.

Jika ada seseorang pada awalnya ia adalah orang yang shālih, akan tetapi pada akhirnya ia menjadi orang yang tidak shālih (jahat) atau bahkan kāfir (na'ūdzubillāhi min dzālik), maka ia dinilai sesuai keadaan akhirnya.

Misalkan juga ada seorang yang sangat bejat, atau bahkan seorang yang kāfir, akan tetapi pada akhirnya ia menjadi orang yang shālih maka ia dinilai sesuai keadaan akhirnya juga.

Sehingga sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga ritme ibadah. Agar kita bisa istiqāmah dalam ibadah tersebut hingga titik akhir.

Oleh karena itu, ada hadīts yang menyatakan,

أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

“Amalan yang paling dicintai Allāh adalah amalan yang kontinyu, walaupun amalan tersebut sedikit.”

Lebih dari hadīts ini, bahkan di sana ada larangan untuk beribadah melebihi kemampuan dirinya, karena beribadah dengan seperti ini, tidak akan bertahan lama, karena sebagaimana pelari marathon yang tidak menjaga ritmenya ia pasti akan kalah, begitu juga, orang-orang yang beribadah namun tidak menjaga ritme ibadahnya, sehingga ia akan jenuh, malas dan akhirnya terputus dari amalan tersebut.

Padahal amalan itu tergantung pada akhirnya, sebagaimana sabda nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada penutupannya.“

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 6607)

Jadi sahabat Bimbingan Islām semua yang di awal-awal Ramadhān telah semangat untuk beramal, terus jaga keikhlāsan dan jaga keistiqāmahan jangan putus di tengah jalan, karena amalan itu tergantung pada penutupannya.

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_______________________

Jumat, 24 Mei 2019

LAILATUL QADR

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 19 Ramadhan 1440H / 24 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik |  I’tikaf Ringkas
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H17
〰〰〰〰〰〰〰

*LAILATUL QADR*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jika ada pedagang yang tidak perhatian dengan masa-masa atau waktu-waktu dimana dia memiliki banyak pelanggan.

Tidak perhatian dengan waktu-waktu yang mana ia bisa menghasilkan keuntungan yang berlipat.

Kira-kira,

√ Kapan pedagang itu akan mendapatkan keuntungan?

√ Kapan pedagang itu akan laba besar?

Kehidupan kita yang kurang lebih 60 hingga 70 tahun.

√ Berapa yang kita gunakan untuk bekerja?

√ Berapa yang kita gunakan untuk makan, minum, atau urusan MCK?

√ Berapa waktu yang kita habiskan untuk jalanan yang sering macet ?

√ Berapa waktu yang kita gunakan untuk bersenda gurau dengan keluarga?

Dan terakhir, berapa waktu yang murni kita gunakan untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla?

√ Untuk membaca Al Qurān?

√ Untuk shalāt? Atau yang semisalnya.

Anggaplah satu hari kita bisa membaca Al Qurān 1 jam, untuk masyarakat umum mungkin ini sudah sangat panjang dan menjenuhkan.

Kemudian bagi yang shalāt di masjid 5 waktu maka butuh waktu untuk setiap shalāt mungkin 30 menit (anggaplah seperti itu).

Berarti dalam sehari membutuhkan waktu 2,5 jam untuk shalāt (ini bagi yang shalāt di masjid 5 waktu).

Bagi yang hanya shalāt di rumah, mungkin ia hanya membutuhkan waktu 10 menit atau bahkan kurang untuk setiap shalātnya, berarti hanya membutuhkan waktu 1 jam dalam sehari untuk shalāt.

Kesimpulannya,

Mungkin dalam sehari (dan mungkin ini adalah kemungkinan terbaiknya)  kita hanya beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla 3,5 jam dari 24 jam yang Allāh berikan kepada kita. Atau kita hanya beribadah 1/7 waktu dalam sehari untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Berarti jika umur kita 70 tahun maka
ibadah kita selama hidup (kurang lebih) hanya 10 tahun.

Nah, jika ada kesempatan beribadah 10 hari, tapi bisa dipastikan ia dianggap beribadah 83 tahun, apakah itu bukan kesempatan yang luar biasa?

Kapan lagi kita diberikan kesempatan beribadah 10 hari, namun bisa dipastikan ia akan mendapatkan salah satu dari malam Lailatul Qadr yang ibadah saat itu lebih baik dari pada 83 tahun?

Tentu orang-orang yang tahu tentang perjalanan panjang akhiratnya akan berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar ia diberikan taufīq agar bisa beribadah dengan baik di malam-malam itu.

Dari banyak peristiwa dalam kehidupan kita,  pasti ada peristiwa yang paling istimewa. Pada setiap kerajinan pasti ada nilai artistik yang ditonjolkan.

Bahkan dalam kehidupan kita di dunia ini, ada tujuan pokok yang paling mendasar, yang harus dituju oleh setiap insan yaitu mentauhīdkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Nah, malam Lailatul Qadr, selain memiliki beraneka ragam ibadah yang hendaknya diamalkan, ia juga memiliki do'a yang diajarkan.

Ibunda Āisyah radhiyallāhu ta'āla 'anhā pernah bertanya :

يَا رَسُولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟

_“Wahai Rasūlullāh, Jika ,aku tahu bahwa suatu (menyadari) malam adalah malam Lailatul Qadr, apa yang harus aku katakan pada saat itu ?"_

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pun menjawab :

قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

_Katakan :_

_"Yā Allāh, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun, suka mengampuni, maka ampunilah aku.”_

Hadīts ini merupakan hadīts yang dishahīhkan oleh Syaikh Albāniy rahimahullāh dan diriwayatkan oleh Imām At Tirmidzī dengan nomor 3513 dan Imam Ibnu Mājah dengan nomor 3850.

Semoga pembahasan ini bermanfaat dan semoga kita tersadarkan, bahwa Allah sedang memberikan tawaran yang menggiurkan bagi orang-orang yang beriman.

Semoga Allāh memberikan pertolongan kepada kita untuk memaksimalkan ibadah di 10 malam terakhir bulan Ramadhān besok, karena mungkin ini adalah Ramadhān terakhir kita.

Walaupun kita memohon kepada Allāh agar kita diberikan umur yang panjang dan berbārakah.


Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

______________________

I'TIKĀF RINGKAS

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 18 Ramadhan 1440H / 23 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik |  I’tikaf Ringkas
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H16
〰〰〰〰〰〰〰

*I'TIKĀF  RINGKAS*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebentar lagi kita memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhān, tidak terasa, ternyata Ramadhān yang 30 hari begitu cepat berlalu.

Dan jika kita sekarang merasakan hal itu saat kita hidup di dunia, maka di ākhirat kelak akan ada yang merasakan bahwa kehidupan dunia kita ini hanya sebentar saja.

Kehidupan dunia ini, Allāh ibaratkan dalam firmannya:

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

"Pada hari mereka melihat hari kiamat, seakan akan ia hidup di dunia hanya pada waktu sore atau pagi hari saja.”

(QS An Nazi’at : 46)

Waktu pagi kita, waktu sore kita pasti akan terasa sangat pendek sekali dan ini yang dirasakan oleh orang-orang ketika sudah melihat hari kiamat kelak.

Kembali lagi, bahwa kita tidak terasa akan memasuki 10 hari terakhir, dimana biasanya pada 10 hari terakhir tersebut kaum muslimin bersemangat untuk melakukan ibadah khusus yaitu i’tikaf.

⑴ Kaum muslimin bersemangat untuk memfokuskan diri di masjid dalam rangka beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadi mereka di masjid bukan untuk tidur, tapi untuk memaksimalkan ibadah kepada Allāh Ta'āla dalam rangka mencari malam Lailatul Qadr, yang mana ibadah pada malam itu akan lebih baik dari pada ibadah 1000 bulan lamanya.

Itu yang pertama, tentang pengertian dan tujuan i'tikāf.

⑵ I'tikāf itu harus dilakukan di masjid yang di sana didirikan shalāt jama’ah dan shalāt Jum'at.

Dan menurut pendapat Syaikh Bin Baz rahimahullāh dan syāfi'iyyah, i'tikāf tidak ada batas minimalnya (dengan maksud) selama ada seorang di masjid, dan telah dikatakan ia telah tinggal (berdiam diri) sementara di masjid maka jika ia berniat untuk i’tikāf, maka telah bisa dikatakan sebagai orang yang beri'tikāf.

⑶ I'tikāf tidak hanya khusus bagi para laki-laki, namun i'tikāf juga diperbolehkan untuk para wanita.

Sebagaimana dalam hadīts-hadīts yang ada, seperti Hadits dari Āisyah radhiyallāhu ta'āla 'anhā.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

"Adalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam beliau beri'tikāf pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadhān hingga Allāh mewafatkan beliau, kemudian setelah itu, istri-istri beliau tetap beri’tikāf."

⑷ Bagi orang-orang yang beri'tikāf tidak boleh melakukan hal-hal di bawah ini :

① Berhubungan biologis (suami/istri)

Para ulamā sepakat bahwa berhubungan biologis membatalkan i'tikāf.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

"Janganlah kalian campuri istri-istri kalian ketika kalian beri'tikāf di masjid.”

(QS. Al Baqarah : 187)

② Keluar dari masjid untuk keperluan yang tidak mendesak atau bisa dilakukan oleh orang lain (seperti) mengunjungi orang sakit, atau takziyah orang yang meninggal dunia.

Hal ini bukan berarti orang i'tikāf tidak boleh mengunjungi saudaranya yang sakit atau tidak boleh takziyah, akan tetapi maksudnya adalah jika mereka melakukan hal ini maka i'tikāfnya batal dan nanti saat ia masuk kembali ke masjid harus ada niat untuk i'tikāf lagi.

Di kecualikan, boleh keluar jika tujuannya untuk berwudhu, mandi wajib bagi seorang yang mimpi, menunaikan hajat ke belakang seperti buang air besar atau kecil.

Dan alhamdulillāh, sekarang fasilitas-fasilitas masjid sekarang banyak yang sudah memiliki kamar mandi di samping masjidnya (Alhamdulillāh atas nikmat tersebut).

Kemudian yang bisa membatalkan i'tikāf adalah

③ Gila yang berkepanjangan

④ Keluar dari Islām

Kemudian bagi orang yang beri'tikāf dimakruhkan banyak bicara dan perbuatan yang sia-sia, mungkin bisa dimasukkan di sini ngobrol dengan teman-temannya, dan hal ini dikarenakan orang yang beri'tikāf itu tujuannya adalah untuk memperbanyak ibadah kepada Allāh bukan untuk ngobrol dengan teman-temannya.

Kemudian saat i'tikāf dianjurkan untuk seseorang memperbanyak ibadah, baik itu dengan membaca Al Qurān atau menghapal Al Qurān, begitu juga dianjurkan untuk memperbanyak shalāt dan jika membaca Al Qurān atau shalāt sudah melelahkannya, dianjurkan untuk memperbanyak dzikir.

Dan hendaknya setiap orang yang beri'tikāf mengetahui kapasitas dirinya, karena setiap orang itu memiliki semangat yang berbeda, memiliki kekuatan yang berbeda.

Dan hendaknya masing-masing mempersiapkan ibadah yang beragam di masjid karena salah satu sifat manusia adalah memiliki sifat jenuh kecuali orang-orang yang Allāh pilih.

Jadi kita harus meragamkan ibadah agar saat kita beri'tikāf tetap menghasilkan pahala untuk. kehidupan akhirat kita.

Inilah pembahasan kita terkait i'tikāf, semoga bermanfaat.


Wallāhu Ta'āla A'lam Bishshawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

Rabu, 22 Mei 2019

TETAP SEMANGAT

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 13 Ramadhan 1440H / 18 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Tetap Semangat*
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H12
〰〰〰〰〰〰〰

*TETAP SEMANGAT*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dalam setiap kegiatan pasti akan ada waktu malasnya, dalam setiap perjalanan terkadang harus ada waktu istirahatnya.

Memang kita bukan orang hebat seperti para ulamā, mereka bisa beramal dengan begitu luar biasa, bahkan dulu Imām An Nawawi rahimahullāh pernah tidak merebahkan badannya hingga dua tahun lamanya.

Beliau selama dua tahun tersebut tidak pernah istirahat dengan tidur yang nyaman, beliau jika terkalahkan dengan rasa kantuk, beliau hanya tidur sesaat dengan bertumpu pada kitāb-kitābnya.

Kemudian beliau bangun kembali untuk melanjutkan belajar dan menulis karyanya, sebagaimana hal tersebar disebutkan dalam kitāb Uluhul Hima.

Jika kita melihat, kita membaca biografi para ulamā lainnya, akan kita temukan bagaimana keajaiban waktu yang mereka miliki.

Nah, walaupun kita bukan seperti mereka, pada bulan Ramadhān yang telah sampai pada titik pertengahan ini, jangan biarkan ibadah kita kendor (tetap kenceng), tetap digas hingga Ramadhān nanti berakhir.

Kemudian kita lanjutkan dengan amal yang lainnya.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah menyampaikan:

لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ ، فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ ، وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

_"Pada setiap amalan pasti ada masa bersemangatnya dan pada setiap semangat pasti akan datang waktu malasnya. Dan barangsiapa ketika waktu malas menghampirinya dan tetap di atas sunnah, maka sungguh di telah beruntung. Dan barangsiapa ketika malas menghampirinya dan ia lepas dari sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka sungguh dia telah binasa."_

(Hadīts shahīh riwayat Ibnu Hibbān 1/187, dan di shahīhkan oleh Syaikh Albāniy di dalam Shahīh At Taghib 56)

Sehingga saat kita sudah mulai bosan dengan suatu amalan dan sudah tidak bisa disemangati lagi, setelah usaha kita yang maksimal untuk menyemangatinya, maka carilah amalan yang sesuai dengan petunjuk Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Jika sedang malas shalāt maka kita membaca Al Qurān. Jika malas membaca Al Qurān maka kita berdzikir. Jika kita malas berdzikir maka kita embantu orang lain (misalnya membantu panitia buka puasa, membantu panitia tarawih) atau sekedar bersih-bersih masjid.

Yang mana pada intinya kita harus berusaha untuk optimal dalam memilih pos-pos pahala yang bisa kita lakukan sesuai dengan kemampuan kita.

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah menyatakan:

 أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

_"Amalan yang paling dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah amalan yang sifatnya kontinu (terus menerus) walaupun amalan tersebut sedikit."_

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri)

Semoga yang sedikit ini bisa membuat sahabat BiAS tetap semangat dalam mencari pos-pos pahala di bulan Ramadhān yang mulia ini.

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

ALAT TUKAR DI AKHIRAT

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 12 Ramadhan 1440H / 17 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Alat Tukar Di Akhirat*
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H11
〰〰〰〰〰〰〰

*ALAT TUKAR DI AKHIRAT*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Biasanya saat ada pembagian sembako atau ada pembagian dana bantuan, pasti banyak orang yang berbondong-bondong dan bersegera menuju tempat tersebut. Apalagi jika waktu pembagiannya terbatas, pasti banyak yang tambah semangat.

Begitu juga saat ada obral atau discount atau promo terbatas. Orang-orang yang tertarik dengan barang yang ditawarkan pasti tidak akan melewatkan kesempatan tersebut.

Namun sayangnya, banyak dari kaum muslimin atau bahkan diri kita sendiri yang tidak seperti ini saat ditawarkan dengan pahala. Padahal pahala tidaklah lebih buruk daripada harta, bahkan pahala ini adalah alat tukar kita untuk kehidupan ākhirat nanti. Karena jika di dunia ini kita butuh dengan harta benda maka di ākhirat nanti kita butuh dengan pahala.

Saat di ākhirat, di sana harta benda sudah tidak berharga lagi, karena setiap tempat memiliki alat tukar kebutuhan yang berbeda-beda.

Jika di Indonesia kita butuh rupiah maka jikalau kita di Amerika maka kita butuh dengan dollar Amerika, jika kita di Saudi maka kita butuh dengan real Saudi, jika kita di Jepang maka kita butuh dengan mata uang yen, jika kita di ākhirat maka kita butuh dengan mata uang yang namanya pahala. Ini kalau kita diperbolehkan mengibaratkan pahala dengan mata uang.

Kemudian harta benda kita yang belum sempat kita tukarkan menjadi pahala, tidak akan bermanfaat sama sekali di ākhirat kelak, karena sekali lagi setiap tempat memiliki alat tukar yang berbeda-beda.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَـٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌۭ لَّا بَيْعٌۭ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌۭ وَلَا شَفَـٰعَةٌۭ ۗ وَٱلْكَـٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ

_"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allāh) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kāfir itulah orang-orang yang zhālim."_

(QS. Al Baqarah: 254)

Di saat hari itu tidak ada lagi jual beli dengan harta dan seorang tidak mungkin lagi untuk menghasilkan pahala, padahal pahala saat itu sangat dibutuhkan di sana.

Kira-kira bagaimana keadaan orang yang miskin pahala di ākhirat kelak ?

Padahal surga Allāh Ta'āla mahal harganya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ

_"Ketahuilah barang dagangan Allāh itu mahal harganya, ketahuilah bahwasanya barang dagangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah Surga."_

(Hadīts shahīh riwayat At Tirmidzī nomor 2638)

Kira-kira bagaimana penyesalan orang yang miskin pahala di akhirat kelak?

Saya yakin dia akan menyesal, karena tidak menggunakan waktu di dunia ini dengan maksimal untuk mengeruk alat tukar ākhirat. Apalagi jika Ramadhān ini hanya digunakan untuk malas-malasan, hanya tidur-tiduran, hanya bermain game atau melakukan hal yang tidak berpahala lainnya.

Saya yakin orang tersebut akan menyesal di ākhirat kelak, karena Ramadhān ini Allāh mengobral alat tukar di ākhirat yang bernama pahala dengan sangat masif sekali.

Banyak amal-amal yang mudah yang dilipat gandakan pahalanya pada bulan ini dan Allāh memberikan waktu kepada kita tidak banyak, Allāh hanya memberikan waktu kepada kita hanya 30 hari untuk obral pahala ini.

Jadi Sahabat BiAS semua.

Jangan sampai terlewatkan kesempatan emas ini, karena terkadang kesempatan tidak datang dua kali dan biasanya penyesalan ini berada di akhir, karena kalau berada di awal itu namanya permulaan.

Semoga bermanfaat.

Wallāhupa'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

MEMPERBANYAK SEDEKAH

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 15 Ramadhan 1440H / 20 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Memperbanyak Sedekah
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H13
〰〰〰〰〰〰〰

*MEMPERBANYAK SEDEKAH*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Masing-masing orang pasti memiliki kemampuan berbeda-beda dalam beramal.

√ Ada yang dimudahkan dalam shalāt, bahkan sehari bisa beratus-ratus raka'at shalāt sunnah.

√ Ada yang dimudahkan dalam membaca Al Qurān, dalam sehari bisa membaca 10 juz atau bahkan lebih.

√ Ada yang dimudahkan dalam shalāt malam, saat orang-orang tidur dia bisa bangun sendiri.

√ Ada yang dimudahkan dalam membantu orang lain dalam kegiatan-kegiatan sosial, Disaat orang-orang sedang sibuk beribadah untuk dirinya sendiri, dia bisa meluangkan waktunya untuk orang lain.

√ Ada juga seorang yang dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam hal bersedekah. Di saat orang lain hanya mampu membiayai keluarganya sendiri, dia diluaskan rejekinya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bahkan ia binggung mau dikemanakan uangnya tersebut.

Bagi orang-orang yang Allāh bukakan baginya pintu sedekah maka bulan ini (Ramadhān) adalah bulan yang mulia, bulan yang sangat baik untuk bersedekah.

Bahkan saat Ramadhān tiba, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjadi seorang yang sangat pemurah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadīts:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح المرسَلة

_“Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan Beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhān saat Beliau bertemu Jibrīl. Jibrīl menemuinya setiap malam pada bulan Ramadhān untuk mengajarkan Al Qurān. Dan kedermawanan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melebihi angin yang berhembus.”_

(Hadits shahīh riwayat Bukhāri nomor 6)

Hadīts ini mengibaratkan kebaikan, kedermawanan sifat pemurah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Sehingga bulan ini (Ramadhān) adalah bulan yang Allāh bukakan segala pintu kebaikan dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam telah mengajarkan berbagai akhlak mulia di bulan ini.

Semoga di bulan yang mulia ini kita dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk mentransfer sebagian dari rejeki yang Allāh berikan kepada kita ke dalam bentuk pahala, sebelum datang waktu dimana mata uang dan kekayaan tidak bermanfaat lagi.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَـٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌۭ لَّا بَيْعٌۭ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌۭ وَلَا شَفَـٰعَةٌۭ

_"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allāh) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at."_

(QS. Al Baqarah: 254)

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

ADAB SAFAR

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 17 Ramadhan 1440H / 22 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Adab Safar
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H15
〰〰〰〰〰〰〰

*ADAB SAFAR*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Masa-masa mudik sebentar lagi tiba, banyak orang-orang dari kota hendak menuju desa (tempat kelahirannya) dalam rangka bersilaturahmi dengan sanak kerabatnya.

Dan yang ingin kita ingatkan dalam audio kali ini adalah, bagi para pemudik hendaknya mempelajari hukum-hukum fiqih terkait hukum-hukum yang kira-kira diperlukan saat safar dan hendaknya mempelajari adab-adab safar.

Terkait adab safar, maka ada beberapa hal, di antaranya adalah sebagai berikut, (ini bukan sebuah pembatasan):

⑴ Sebelum melakukan safar diusahan untuk shalāt istikharah sebelum berangkat safar (ini disunnah untuk setiap permasalahan).

⑵ Ketika safar disunnahkan untuk mencari teman yang baik, tidak safar sendirian.

Dan alhamdulillāh sekarang hampir semua safar yang menggunakan fasilitas umum banyak teman yang menuju tempat tujuan yang sama

⑶ Disunahkan untuk melakukan safar pada hari kamis, jika tidak maka hari senin, pada waktu pagi.

Namun jika tidak bisa duality hari itu atau tidak bisa safar waktu pagi bisanya siang, sore atau malam maka tidak mengapa (in syā Allāh).

⑷ Berpamitan dengan keluarga dan tetangga.

Dan mendo'akan mereka dengan :

أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكُمْ وَأَمَانَتَكُمْ وَخَوَاتِيمَ أَعْمَالِكُمْ

_"Aku titipkan kepada Allāh agama, amanat dan penutup amal kalian."_

Dan bagi yang dipamiti atau keluarga yang ditinggalkan, bisa  mengatakan :

زَوَّدَكَ اللَّهُ التَّقْوَى وَغَفَرَ لَكَ ذَنْبَكَ وَيَسَّرَ الْخَيْرَ لَكَ حَيْثُمَا كُنْتَ

_"Semoga Allāh memberikan bekal takwa kepadamu, mengampuni dosamu dan memudahkan segala kebaikan untuk mu dimanapun engkau berada."_

⑸ Di saat melakukan safar bersama rombongan, maka hendaknya mengangkat seorang pemimpin safar, yang mana ia menjadi orang yang bisa memutuskan hal-hal yang terkait dengan safarnya.

Seperti: Apakah harus shalāt jamak atau tidak, apakah harus shalāt qashar atau tidak, dan lain sebagainya.

⑹ Disunahkan ketika melewati jalan yang menanjak untuk bertakbir dan ketika melewati jalan yang menurun untuk bertasbih.

⑺ Memperbanyak do'a ketika safar, karena do'a seorang musafir itu mustajab (sebagaimana dalam hadīts riwayat Imām At Tirmidzī).

⑻ Kemudian membaca do'a ketika keluar rumah, juga do'a naik kendaraan dan do'a safar

Misalnya:

الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ. اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى. اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ. اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ

Atau membaca do'a-do'a yang lainnya.

⑼ Kemudian jika dalam safar perlu untuk menjamak shalāt maka _diperbolehkan_, walaupun afdhalnya tidak perlu menjamak jika bisa shalāt pada waktunya. Begitu juga _dianjurkan_ untuk mengqashar shalāt (empat raka’at menjadi dua raka’at), karena ini adalah rukhsah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla senang bila kita mengambil rukhsahnya.

⑽ Dan jika kendaraan yang kita naiki bisa berhenti untuk melaksanakan shalāt wajib, maka kita lakukan shalāt wajib di darat (tidak di atas kendaraan). Namun jika memang tidak bisa berhenti, seperti pesawat atau kereta, maka kita shalāt dikendaraan tidak mengapa (in syā Allāh).

Semoga pembahasan ini bermanfaat, ada kurang lebihnya mohon maaf.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishshawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

Jumat, 17 Mei 2019

ALAT TUKAR DI AKHIRAT

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 12 Ramadhan 1440H / 17 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Alat Tukar Di Akhirat*
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H11
〰〰〰〰〰〰〰

*ALAT TUKAR DI AKHIRAT*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Biasanya saat ada pembagian sembako atau ada pembagian dana bantuan, pasti banyak orang yang berbondong-bondong dan bersegera menuju tempat tersebut. Apalagi jika waktu pembagiannya terbatas, pasti banyak yang tambah semangat.

Begitu juga saat ada obral atau discount atau promo terbatas. Orang-orang yang tertarik dengan barang yang ditawarkan pasti tidak akan melewatkan kesempatan tersebut.

Namun sayangnya, banyak dari kaum muslimin atau bahkan diri kita sendiri yang tidak seperti ini saat ditawarkan dengan pahala. Padahal pahala tidaklah lebih buruk daripada harta, bahkan pahala ini adalah alat tukar kita untuk kehidupan ākhirat nanti. Karena jika di dunia ini kita butuh dengan harta benda maka di ākhirat nanti kita butuh dengan pahala.

Saat di ākhirat, di sana harta benda sudah tidak berharga lagi, karena setiap tempat memiliki alat tukar kebutuhan yang berbeda-beda.

Jika di Indonesia kita butuh rupiah maka jikalau kita di Amerika maka kita butuh dengan dollar Amerika, jika kita di Saudi maka kita butuh dengan real Saudi, jika kita di Jepang maka kita butuh dengan mata uang yen, jika kita di ākhirat maka kita butuh dengan mata uang yang namanya pahala. Ini kalau kita diperbolehkan mengibaratkan pahala dengan mata uang.

Kemudian harta benda kita yang belum sempat kita tukarkan menjadi pahala, tidak akan bermanfaat sama sekali di ākhirat kelak, karena sekali lagi setiap tempat memiliki alat tukar yang berbeda-beda.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَـٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ يَوْمٌۭ لَّا بَيْعٌۭ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌۭ وَلَا شَفَـٰعَةٌۭ ۗ وَٱلْكَـٰفِرُونَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ

_"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allāh) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kāfir itulah orang-orang yang zhālim."_

(QS. Al Baqarah: 254)

Di saat hari itu tidak ada lagi jual beli dengan harta dan seorang tidak mungkin lagi untuk menghasilkan pahala, padahal pahala saat itu sangat dibutuhkan di sana.

Kira-kira bagaimana keadaan orang yang miskin pahala di ākhirat kelak ?

Padahal surga Allāh Ta'āla mahal harganya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ

_"Ketahuilah barang dagangan Allāh itu mahal harganya, ketahuilah bahwasanya barang dagangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah Surga."_

(Hadīts shahīh riwayat At Tirmidzī nomor 2638)

Kira-kira bagaimana penyesalan orang yang miskin pahala di akhirat kelak?

Saya yakin dia akan menyesal, karena tidak menggunakan waktu di dunia ini dengan maksimal untuk mengeruk alat tukar ākhirat. Apalagi jika Ramadhān ini hanya digunakan untuk malas-malasan, hanya tidur-tiduran, hanya bermain game atau melakukan hal yang tidak berpahala lainnya.

Saya yakin orang tersebut akan menyesal di ākhirat kelak, karena Ramadhān ini Allāh mengobral alat tukar di ākhirat yang bernama pahala dengan sangat masif sekali.

Banyak amal-amal yang mudah yang dilipat gandakan pahalanya pada bulan ini dan Allāh memberikan waktu kepada kita tidak banyak, Allāh hanya memberikan waktu kepada kita hanya 30 hari untuk obral pahala ini.

Jadi Sahabat BiAS semua.

Jangan sampai terlewatkan kesempatan emas ini, karena terkadang kesempatan tidak datang dua kali dan biasanya penyesalan ini berada di akhir, karena kalau berada di awal itu namanya permulaan.

Semoga bermanfaat.

Wallāhupa'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

Kamis, 16 Mei 2019

MEMPERBANYAK BACAAN AL QURĀN

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 11 Ramadhan 1440H / 16 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Memperbanyak Bacaan Al-Qurān*
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H10
〰〰〰〰〰〰〰

*MEMPERBANYAK BACAAN AL QURĀN*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah memisalkan seorang muslim yang tidak membaca alQurān seperti buah kurma, yang mana buah kurma tersebut rasanya lezat namun tidak memiliki bau harum.

Dan seorang muslim yang mau membaca Al Qurān diibaratkan oleh beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) seperti buah utrujah, yang mana buah tersebut yang rasanya enak serta memiliki bau harum semerbak.

Bulan Ramadhān adalah bulan dimana Al Qurān diturunkan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ

_"Bulan Ramadhān adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Qurān."_

(QS. Al Baqarah: 185)

Atas dasar inilah, dahulu para ulamā memfokuskan diri mereka untuk memperbanyak bacaan Al Qurān pada bulan Ramadhān.

√ Ada yang mengkhatamkan Al Qurān setiap tiga hari sekali.

√ Ada yang mengkhatamkan Al Qurān sekali dalam sehari.

√ Bahkan Imām Asy Syāfi'i dapat mengkhatamkan Al Qurān dua kali sehari pada bulan Ramadhān.

Itulah semangat para ulamā yang jarang kita temukan dalam kehidupan kita hari ini.

Banyak di antara kaum muslimin yang tidak mampu mengkhatamkan Al Qurān pada bulan Ramadhān ini walaupun hanya sekali, bahkan tidak sedikit dari kaum muslimin yang masih terbata-bata atau kelihatan susah ketika membaca Al Qurān.

Kita tidak mengingkari bahwa mereka akan mendapatkan pahala walaupun membaca Al Qurān dengan terbata-bata, akan tetapi keadaan tersebut merupakan kesedihan tersendiri, dimana banyak dari kaum muslimin yang masih susah membaca Al Qurān.

Terlepas dari masalah itu, pada bulan Ramadhān ini kita harusnya memperbanyak membaca Al Qurān, dimana setiap huruf memiliki 10 kebaikan.

Abdullāh Ibnu Mas'ūd berkata:

تَعَلَّمُوا هَذَا الْقُرْآنَ وَاتْلُوهُ ، فَإِنَّكُمْ تُؤْجَرُونَ عَلَى تِلاوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ 

_"Pelajarilah Al Qurān ini! Karena kalian akan diberikan pahala ketika membacanya, pada setiap satu huruf memiliki 10 kebaikan."_

Dan Imām As Suyuti dalam kitāb Funun Al Afnan berkata:  

فأما عدد حروف القرآن فأجمعوا على ثلاثمائة ألف حرف واختلفوا في الكسر الزائد على ذلك
 
_"Adapun terkait huruf Al Qurān maka para ulamā bersepakat bahwa Al Qurān mengandung 300 ribuan huruf, hanya saja mereka berselisih berapa lebihnya."_

Dan menurut yang disebutkan oleh Imām Suyuti di antara ulamā ada yang mengatakan jumlah hurufnya 360.300 sekian huruf, ada yang mengatakan 370.250_an huruf dan ada pendapat lain silahkan dirujuk dalam kitāb Funun Al Afnan.

Maka sekarang kita menggunakan jumlah yang disepakati yaitu 300 ribuan maka jika dihitung pahala orang yang berhasil mengkhatamkan Al Qurān maka dia mendapatkan 3 Juta kebaikan.

Maka bisa kita bayangkan, berapa juta kebaikan yang dihasilkan oleh Imām Asy Syāfi'i rahimahullāh, yang mana beliau bisa mengkhatamkan Al Qurān dua kali sehari pada bulan Ramadhān, atau dengan kata lain beliau mengkhatamkan Al Qurān 60 kali pada bulan Ramadhān.

Jika kita kalikan 3 juta (yang mana itu adalah pahala setiap kali khatam) dengan jumlah khataman beliau yang berjumlah 60 kali, maka kita akan mendapatkan hasil 180 Juta.

Berarti Imām Asy Syāfi'i berhasil mendapatkan 180 Juta kebaikan pada bulan Ramadhān terkait bacaan Al Qurānnya.

Ketika kita melihat kehebatan seorang ulamā dalam beramal, jangan sampai hal itu membuat kita minder, jangan sampai hal tersebut membuat kita menjadi malas sehingga mengatakan, "Pasti tidak bisa seperti itu."

Akan tetapi jadikan hal itu sebagai motivasi di dalam diri kita untuk memperbanyak membaca Al Qurān di bulan Ramadhān ini.

Jangan lewatkan hari-hari tanpa membaca Al Qurān, jika tidak bisa seperti para ulama, setidaknya pada tanggal 30 Ramadhān nanti kita sudah mengkhatamkan Al Qurān sekali.

Dan untuk mempermudah target tersebut, buatlah jadwal untuk membaca Al Qurān karena sebagaimana dalam urusan dunia, sebagaimana di dalam sebuah perusahaan pasti memiliki visi, misi serta strategi, maka gunakan juga ilmu ini untuk meraih pahala ākhirat kita.

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

Rabu, 15 Mei 2019

AMALAN YANG DILIPATGANDAKAN

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 10 Ramadhan 1440H / 15 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Amalan Yang Dilipatgandakan*
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H09
〰〰〰〰〰〰〰

*AMALAN YANG DILIPATGANDAKAN*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Bagaimana amal kita dilipatgandakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla di bulan Ramadhān?

Terkait pertanyaan tersebut, terdapat sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, beliau berkata dalam kitāb Shahīhnya, "Bab tentang keutamaan bulan Ramadhān jika kabarnya benar". (Maksudnya jika hadītsnya shahīh).

Lalu beliau membawakan sebuah hadīts yang cukup panjang,

وعن سلمان الفارسي - رضِي الله عنه - قال: خطَبَنا رسول الله - صلَّى الله عليه وسلَّم - في آخِر يومٍ من شعبان فقال: ((يا أيها الناس، قد أظلَّكم شهرٌ عظيم مُبارَك، شهرٌ فيه ليلةٌ خيرٌ من ألف شهر، جعَل الله صِيامه فريضة، وقيامَ ليله تطوُّعًا، مَن تقرَّب فيه بخَصلةٍ من الخير كان كمَن أدَّى فريضةً فيما سِواه،
ومَن أدَّى فريضةً فيه كان كمَن أدَّى سبعين فريضةً فيما سواه، وهو شهر الصبر، والصبر ثوابُه الجنَّة...............

_Dari Salmān Al Fārisi, beliau berkata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah memberikan khutbah kepada kami pada hari terakhir bulan Sya'bān. Beliau mengatakan:_

_"Wahai manusia, telah menaungi kalian bulan yang agung (bulan yang berbarakah) bulan yang di sana ada satu malam yang mana malam itu ibadahnya lebih baik daripada 1000 bulan. Allāh jadikan pada bulan itu puasanya wajib dan shalāt malamnya sebagai ibadah tambahan._

_Siapa yang mendekatkan diri kepada Allāh dengan suatu hal yang sunnah (suatu kebaikan) maka dia seakan-akan sedang melakukan suatu ibadah yang wajib pada bulan yang lainnya._

_Dan barangsiapa melakukan ibadah wajib pad bulan tersebut, maka seakan-akan dia sedang melakukan 70 kewajiban di bulan yang lainnya._

_Dan itu adalah bulan kesabaran dan kesabaran pahalanya adalah Surga........(dst.)"_

Ibnu Qudamah melanjutkan hadītsnya, tetapi kita cukupkan dengan potongan ini.

Dari potongan hadīts ini kita tahu bahwasanya Ramadhān memiliki keutamaan yang cukup banyak, di antaranya adalah dilipatgandakannya pahala.

Siapa yang melakukan ibadah sunnah maka berpahala wajib, siapa yang melakukan ibadah wajib maka berpahala 70 kali ibadah wajib dan lain sebagainya.

Namun yang disayangkan hadīts tersebut dihukumi sebagai hadīts yang dhaif oleh Syaikh Al Bāniy rahimahullāh karena permasalahan pada rawi yang bernama ‘Āli bin Zaid bin Jud'an.

Dan hal ini sudah terindikasi dengan keraguan Ibnu Khuzaimah rahimahullāh ketika membawakan hadīts ini.

Beliau berkata dalam judul babnya tadi: "Jika kabar (hadītsnya) benar (shahīh)”.

Walaupun hadīts tersebut dhaif, tetapi di sana ada juga perkataan ulamā salaf berkaitan dengan perlipatan pahala pada bulan Ramadhān.

Di antaranya adalah:

⑴ Ātsār yang disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam Kitāb beliau Lathaif Ma'arif.

Dalam kitāb tersebut beliau membawakan perkataan Imām An Nakha'i, beliau berkata:

صوم يوم من رمضان أفضل من ألف يوم وتسبيحه فيه أفضل من ألف تسبيحه وركعة فيه أفضل من ألف ركعة 

_"Puasa satu hari dibulan Ramadhān lebih baik daripada puasa 1000 hari di bulan lainnya. Dan satu kali seorang mengucapkan Subhānallāh pada bulan Ramadhān lebih utama daripada 1000 tasbih di bulan yang lain. Dan satu raka'at lebih baik daripada 1000 raka'at dibulan yang lainnya."_

Ini adalah potongan dari perkataan beliau (Imām An Nakha'i) berkaitan dengan pelipatgandaan pahala pada bulan Ramadhān.

Dan ada sebuah kaidah dikalangan para ulamā bahwa ibadah yang dilakukan pada bulan (waktu) yang mulia maka pahalanya akan dilipatgandakan lebih banyak daripada biasanya.

Di antara contohnya adalah malam Lailatul Qadr, yang mana malam itu lebih baik daripada 1000 bulan.

Dan terkait pahala puasa Allāh juga telah menyatakan bahwasanya puasa itu adalah untuk Ku dan Akulah yang akan menentukan pahalanya (Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla).

Sehingga walaupun hadīts yang disebutkan tidak shahīh dan ātsār ulamā pun belum bisa kita pastikan kebenarannya setidaknya dengan dasar bulan Ramadhān adalah bulan yang mulia dan Allāh akan melipatgandakan pahala pada bulan-bulan yang mulia, setidaknya hal ini bisa membuat kita semakin giat dalam ibadah.

Semakin rajin dalam menciptakan pundi-pundi pahala untuk kehidupan kita di hari yang tidak bermanfaat lagi jual beli (rupiah tidak bermanfaat lagi)

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

Selasa, 14 Mei 2019

TINGKATAN PUASA

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 09 Ramadhan 1440H / 14 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Tingkatan Puasa*
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H08
〰〰〰〰〰〰〰

*TINGKATAN PUASA*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Saat kita pergi ke pasar ingin membeli daging (misalnya), kita akan ditanya oleh pedagangnya, "Mau beli daging kelas berapa? Kelas pertama, kedua atau ketiga?”

Saat kita hendak membeli tiket pesawat, kita juga akan ditanya apakah ingin First class, Bussinnes class atau Economi class.

Begitu pula ketika kita ingin membeli tiket bus, kita juga akan ditanya, "Apakah akan membeli tiket Ekonomi, Bisnis atau Eksekutif? "

Begitu pula ketika membeli tiket kereta, memesan kamar hotel pastinya akan ditanya seperti itu.

Jika dalam kehidupan dunia ini, ada pelayanan dengan kualitas berbeda, kira-kira saat kita berpuasa, yang mana adalah pelayanan untuk diri kita sendiri, dalam rangka melayani diri kita di kehidupan ākhirat kelak, kira-kira dengan puasa kelas apa kita akan melayani diri kita?

Apakah kita akan berpuasa dengan kelas Ekonomi (kelas paling rendah), ataukah kita akan berpuasa dengan kelas bisnis, ataukah kita akan berpuasa dengan kelas unggulan (terbaik) ?

Ibnu Qudamah rahimahullāh pernah berkata dalam kitāb beliau:

وللصوم ثلاث مراتب صوم العموم ، وصوم الخصوص ، وصوم خصوص الخصوص .

Terjemahan bebasnya:

_”Puasa itu memiliki tiga tingkatan._

_Yaitu:_
_① Puasa kelas ekonomi._
_② Puasa kelas pertengahan (bisnis)_
_③ Puasa kelas unggulan (spesial)._

وأما صوم العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة

_⑴ Puasa kelas ekonomi (puasa kelas yang terendah) adalah puasa dengan hanya menahan hawa nafsu perut dan kemaluan._

Dan puasa ini cukup membahayakan, karena bisa jadi dia tidak mendapatkan pahala karena dia tidak meninggalkan larangan-larangan yang bisa menyebabkan pahala puasanya batal.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

_"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga."_

(Hadīts riwayat Ath Thabrani)

Dalam hadīts qudsi Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

_"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah mengamalkannya, maka Allāh tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 1903)

Ini adalah puasa kelas pertama yang cukup membahayakan, hanya menahan hawa nafsu perut dan hawa nafsu kemaluan.

⑵ Adapun puasa kelas pertengahan atau kelas bisnis, Ibnu Qudamah berkata:

وأما صوم الخصوص فهو كف النظر واللسان واليد والرِّجل والسمع والبصر وسائر الجوارح عن الآثام

_"Puasa kelas bisnis adalah puasa yang disertai dengan menahan pandangan, menahan lisan, menahan tangan, menahan kaki, menahan pendengaran, menahan penglihatan dan menahan seluruh anggota badan dari segala dosa.”_

Ini adalah puasa kelas bisnis, puasa dengan pelayanan lebih baik daripada puasa yang pertama tadi.

Di kelas bisnis ini, mereka orang-orang yang berpuasa ini sudah meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla secara zhahirnya.

⑶ Adapun puasa yang terbaik (puasa yang spesial/Eksekutive/First Class), maka Ibnu Qudamah berkata:

وأما صوم خصوص الخصوص فهو وصوم القلب عن الهمم الدنيئة، والأفكار المُبعِدَة عن الله تعالى، وكَفّهُ عما سوى الله تعالى بالكُليّة،

_"Adapun puasa yang paling istimewa adalah puasa seorang yang bisa menjadikan hatinya jauh dari keinginan-keinginan yang rendah, dari pikiran-pikiran yang menjauhkan dirinya dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan bisa menjaga dirinya dari segala keinginan dari segala niat kecuali untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla saja.”_

Ini adalah puasa orang yang paling istimewa puasa kelas spesial, dimana dia tidak hanya berpuasa perut, berpuasa kemaluan tidak hanya berpuasa anggota badan dari segala dosa, akan tetapi mereka juga melihat apakah hatinya sudah berpuasa dari selain Allāh atau belum.

Apakah dia melakukan ibadah hanya untuk Allāh ataukah melakukan ibadah hanya karena orang-orang melakukan ibadah tersebut?

Nah, kira-kira puasa apakah yang kita amalkan ?

Untuk menunggu jawaban ini kita tutup dulu pertemuan kita kali ini.

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

Senin, 13 Mei 2019

AMALAN-AMALAN PENGGUGUR DOSA

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 08 Ramadhan 1440H / 13 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Amalan-Amalan Penggugur Dosa*
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H07
〰〰〰〰〰〰〰

*AMALAN-AMALAN PENGGUGUR DOSA*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tidak terasa kita telah melewati seperempat Ramadhān kita, di seperempat pertandingan kita untuk mendapatkan medali taqwa dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Apa yang telah kita kerjakan?

Sudahkah lebih baik dari puasa tahun lalu, ataukah sama atau malah lebih buruk?

Apapun jawaban, alhamdulillāh kita masih diberi kesempatan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk mempertahankan yang sudah maksimal dan memaksimalkan yang masih minimal.

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada bulan ini (Ramadhān) ada banyak amalan penggugur dosa bagi kita semua.

Walau mungkin materi ini sudah banyak yang tahu, tapi tidak ada salahnya kita mengulang pelajaran tersebut karena manusia itu dinamakan insān karena sifat lupanya.

وَمَا سُمِّيَ الإنْسَانُ إِلا لِنَسْيِهِ

_"Tidak dinamakan insān melainkan karena sifat lupanya.”_

Maka kita perlu untuk mengingatkan hal-hal yang terkadang sudah biasa untuk kita.

Apa saja amalan-amalan yang bisa digunakan sebagai penggugur dosa?

⑴ Puasa

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

_"Barangsiapa berpuasa Ramadhān karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.”_

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri dan Muslim)

⑵ Menghidupkan Ramadhān dengan amal ibadah.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

 مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

_"Barangsiapa menghidupkan Ramadhān karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu.”_

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri dan Muslim)

⑶ Menghidupkan malam Lailatul Qadr, bahkan sebagian ulamā dulu sampai tidak tidur di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhān agar mendapatkan malam Lailatul Qadr.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

_"Barangsiapa menghidupkan malam Lailatul Qadr (shalāt di malam Lailatul qadr) karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosanya yang telah lalu."_

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri)

Jika ada banyak cara untuk mendapatkan ampunan Allāh lalu ada orang yang keluar dari Ramadhān tetapi belum diampuni dosanya, kira-kira apa komentar kita?

Kalau Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkomentar,

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

_"Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhān kemudian Ramadhān berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni."_

Maka, sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

√ Mari kita bersemangat untuk melakukan puasa atas dasar iman dan mengharap pahala Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

√ Mari kita berusaha untuk menghidupkan bulan Ramadhān kita yang tinggal tiga perempat lagi.

√ Mari kita berusaha di sepuluh malam terakhir bulan ini (Ramadhān) untuk menghidupkan malam-malam kita untuk ibadah.

Semoga dengan itu kita tidak menjadi orang yang celaka sebagaimana dikatakan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ

_"Celaka seseorang itu.”_

Semoga dengan itu semua kita tidak menjadi sebagaimana sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ini ("Celaka seseorang itu").

Dan tentu semuanya atas dasar pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tidak mungkin seorang bisa beramal dengan usahanya sendiri, tetapi semuanya harus minta pertolongan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

إِیَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِیَّاكَ نَسۡتَعِینُ

_"Hanya kepada-Mu lah, yā Allāh kami menyembah dan hanya kepada-Mu lah, kami memohon pertolongan.”_

(QS Al Fātihah: 5)

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

Sabtu, 11 Mei 2019

PEMBATAL PUASA DAN PEMBATAL PAHALA PUASA

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 06 Ramadhan 1440H / 11 Mei 2019M
👤 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc
📗 Kajian Tematik | Pembatal Puasa Dan Pembatal Pahala Puasa
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRamadhan1440H_H06
〰〰〰〰〰〰〰

*PEMBATAL PUASA DAN PEMBATAL PAHALA PUASA*

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة أما بعد

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Alhamdulillāh, kita masih diberi kemudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk mempelajari agama-Nya.

Sahabat Bimbingan Islām yang semoga selalu dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dalam sebuah perlombaan pasti di sana ada sebuah peraturan yang berkaitan dengan diskualifikasi atau peraturan dimana seorang peserta lomba dianggap telah melanggar peraturan sehingga dia harus dikeluarkan.

Ini dalam perlombaan.

Ternyata dalam puasa seorang bisa saja didiskualifikasi atau dianggap tidak berpuasa, kapan hal tersebut terjadi?

⑴ Ketika seorang tidak ada niat untuk berpuasa pada malam harinya.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

_"Siapa yang belum berniat puasa di malam hari sebelum Shubuh, maka tidak ada puasa untuknya."_

(Hadīts Shahīh An Nassā'i nomor 2333, Ibnu Mājah nomor 1700 dan Abū Dāwūd nomor 2454)

⑵ Ketika dia melakukan pembatal puasa (misalkan makan, minum, berhubungan badan atau yang lainnya) dengan syarat dilakukan karena sengaja dan atas kemauan sendiri.

Jikalau karena lupa maka hak tersebut tidak membatalkan puasa.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ, فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اَللَّهُ وَسَقَاهُ

_"Barangsiapa yang lupa sedang ia dalam keadaan puasa lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya karena kala itu Allāh yang memberi ia makan dan minum."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 1933 dan Muslim nomor 1155)

Ini terkait diskualifikasi secara sempurna dimana seorang dianggap tidak berpuasa.

Di sana ada diskualifikasi secara pahala dimana seorang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan pahala puasa, sebagaimana kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالْعَطَشُ

_"Berapa banyak orang yang puasa, bagian (yang dipetik) dari puasanya hanyalah lapar dan haus (semata).”_

(Hadīts shahīh riwayat Ibnu Mājah 1/539, Darimi 2/211, Ahmad 2/441,373, Baihaqi 4/270)

Tentu kalau ini terjadi dengan seorang karyawan yang sudah bekerja namun dia tidak mendapatkan gajinya. Sudah protes tentunya, karyawannya sudah sangat sedih sekali, kenapa koq tidak digaji.

Tapi ini berkaitan dengan pahala yang kita akan dapatkan ketika kita sudah meninggal dunia.

Nah, kenapa koq orang ini tidak diberikan pahala? Pahalanya didiskualifikasi?

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلُ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ عَزَّوَجَلَّ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

_“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan (tetap) mengamalkannya, maka tidaklah Allāh Azza wa Jalla butuh meninggalkan makan dan minumnya."_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 4/99)

Coba kita bayangkan hal ini, jikalau kita adalah seorang karyawan kemudian kita bekerja dengan baik tapi ada satu kesalahan yang kita perbuat. Kemudian saat itu direktur kita marah besar dengan kita.

Kemudian mengatakan, "Saya tidak butuh lagi dengan pekerjaanmu."

Bagaimana rasanya?

Kita tentu akan sangat sedih sekali, jikalau ini terjadi antara seorang manusia dengan manusia yang lainnya, antara seorang direktur atau seorang bos dengan karywannya, bagaimana rasanya jikalau ini terjadi antara seorang hamba dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang mana Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah Dzat yang Maha Rahman Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tentu rasanya sangat sedih sekali seorang yang melakukan atau mendapatkan perlakuan seperti ini.

Oleh karena itu, dahulu Jābir bin Abdillāh pernah memberikan sebuah nasehat:

إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَآثِمِ ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ ، وَلا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصَوْمِكَ سَوَاءً " .

_"Jikalau engkau sedang berpuasa, maka puasakan juga pendengaranmu, begitu juga penglihatanmu dan lisanmu dari perbuatan dusta dan perbuatan dosa lainnya. Dan kalau punya pembantu kemudian pembantunya melakukan kesalahan, maka tinggalkan dulu kesalahannya (tidak usah jengkel atau marah kepadanya), dan milikilah ketenangan jiwa dan miliki juga ketenangan raga ketika hari berpuasa dan jangan engkau jadikan antara hari dimana engkau tidak berpuasa dan hari dimana engkau berpuasa itu sama."_

Inilah nasehat Jābir bin Abdillāh kepada kita semua untuk berpuasa atau mempuasakan anggota badan kita yang lainnya dan untuk memiliki ketenangan jiwa dan raga saat berpuasa serta tidak menjadikan hari saat kita berpuasa dan hari dimana kita tidak berpuasa itu sama. Jangan sampai sama

Inilah nasehat Jābir bin Abdillāh radhiyallāhu ta'āla 'anhu dalam Mushanat Ibnu Abī Syaibah.

Semoga bermanfaat dan semoga kita tidak menjadi seorang yang puasa kita didiskualifikasi secara sempurna oleh Allāh atau pun didiskualifikasi secara pahala oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, jangan sampe dua-duanya. Na'ūdzubillāhi min dzālik

Semoga bermanfaat

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد

_________________________

Kajian

IMAN TERHADAP WUJUD ALLĀH

🌍 BimbinganIslam.com 📆 Jum'at, 30 Syawwal 1442 H/11 Juni 2021 M 👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA 📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah  Fī...

hits