Senin, 30 Desember 2019

HADITS TENTANG PAKAIAN YANG SANGAT DISUKAI RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU 'ALAIHI WA SALLAM

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 04 Jumada Al-Ula 1441 H / 30 Desember 2019 M
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Kitab Syamāil Muhammadiyah
🔊 Halaqah 46 | Hadits Tentang Pakaian Yang Sangat Disukai Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
⬇ Download audio: bit.ly/SyamailMuhammadiyah-46
〰〰〰〰〰〰〰

*HADITS TENTANG PAKAIAN YANG SANGAT DISUKAI RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU 'ALAIHI WA SALLAM*

بسم الله.
الْحَمْدُ لله، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رسول الله، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القيامة، أَمَّا بَعْدُ:

Sahabat Bimbingan Islām rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Alhamdulillāh kita panjatkan puji syukur kita atas nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada kita semua. Tidak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurah dan terlimpahkan kepada Nabi kita, Nabi besar Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti Beliau dengan baik hingga akhir zaman nanti.

Pada kesempatan kali ini, pertemuan yang ke-46, dalam membahas Kitāb Asy Syamāil Al Muhammadiyah karya Imām At Tirmidzī rahimahullāh, in syā Allāh kita akan membacakan hadīts dengan nomor 62 sesuai penomoran dalam Kitāb Syaikh Abdurrazaq Al Badr.

Kenapa hadīts ķe-61 tidak kita bahas?

Karena hadīts ke-61 hanya sebuah sanad yang digunakan untuk menguatkan hadīts nomor 60 saja.

Pada hadīts ke-62 ini akan diberitakan kepada kita tentang pakaian yang sangat disukai oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Imam At Tirmidzī mengatakan: Telah memberikan hadīts kepadaku Muhammad bin Basyar, beliau mengatakan; Telah memberikan hadīts kepadaku Mu'adz bin Hisyām, beliau mengatakan; Telah memberikan hadīts kepadaku, ayahku dari Qatādah, dari Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu.

⇒ Jadi hadīts ini dari riwayat Anas bin Mālik.

Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu berkata :

كَانَ أَحَبَّ الثِّيَابِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَلْبَسُهَا الْحِبَرَةُ

_"Dahulu pakaian yang sangat dicintai oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk beliau pakai adalah Al hibarah (الْحِبَرَةُ).”_

Dari hadīts ini kita tahu bahwasanya al hibarah (الْحِبَرَةُ) adalah salah satu jenis pakaian yang sangat disukai oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan menurut para ulama seperti Syaikh Albāniy rahimahullāh atau Syaikh Abdurrazaq hafīzhahullāh.

Al hibarah (الْحِبَرَةُ) adalah :

⑴ Sejenis pakaian yang terbuat dari katun (القطن) atau kain linen (الكتّان)

⑵ Merupakan pakaian yang indah atau ada hiasannya.

Menurut para ulama asal kata الْحِبَرَةُ memiliki makna mempercantik atau memperindah. Sehingga kita simpulkan bahwa الْحِبَرَةُ merupakan pakaian yang indah.

⑶ Bergaris-garis.

Kalau di Indonesia kita ibaratkan seperti kain lurik.

Inilah salah satu pakaian yang disukai oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Dan menurut Ibnul Qayyim pakaian yang disukai oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di antaranya adalah pakaian yang berwarna putih dan pakaian hibarah ini.

Untuk pakaian yang berwarna putih (In syā Allāh) akan datang hadīts ya pada pertemuan yang akan datang.

Semoga pembahasan ini bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد

____________________

Sabtu, 28 Desember 2019

Melepas Jeratan Tasyabbuh

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 01 Jumādâ Al-Ūlā 1441 H / 27 Desember 2019 M
👤 Ustadz Zainal Abidin, Lc., M.M.
📒 Nasihat Singkat Bimbingan Islam
🔊 Audio 60 | Melepas Jeratan Tasyabbuh
🔄 Download Audio: bit.ly/NasihatSingkatBiAS-60
〰〰〰〰〰〰〰

🏦 *Salurkan Donasi Dakwah Terbaik Anda* melalui :

| BNI Syariah
| Kode Bank (427)
| Nomor Rekening : 8145.9999.50
| a.n Yayasan Bimbingan Islam
| Konfirmasi klik https://bimbinganislam.com/konfirmasi-donasi/
__________________

ZAKĀT PERDAGANGAN (عروض التجارة), BAGIAN 1 DARI 2

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 28 Rabi'ul Akhir 1441 H | 25 Desember 2019 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 86 | Zakat Khilthah (bagian 1 dari 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H086
〰〰〰〰〰〰〰

*ZAKĀT PERDAGANGAN (عروض التجارة), BAGIAN 1 DARI 2*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita masuk pada halaqah yang ke-86, kita masuk pada pembahasan tentang: عروض التجارة , zakāt pada barang-barang perdagangan atau barang-barang yang didagangkan.

Jumhur ulamā menyatakan bahwasanya hukum zakāt: عروض التجارة adalah wajib, hal ini berdasarkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا

_“Ambillah sedekah (zakāt ) dari harta mereka untuk membersihkan dan menyucikan mereka dengan sedekah itu.”_

(QS At Tawbah: 103)

⇒ Di sini para ulamā mengatakan: أَمْوَالِ secara umum dan masuk di dalamnya adalah: عروض التجارة.

Begitu juga dalīl yang lain:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَنفِقُوا مِن طَيِّبَاتِ مَاكَسَبْتُمْ وَمِمَّآأَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ اْلأَرْضِ

_"Wahai orang-orang yang berimān, nafkahkanlah (di jalan Allāh ) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kalian."_

(QS Al Baqarah: 267)

Berkata Abū Bakar bin Ibnu Al Arabiy: berkata para ulamā, firman Allāh Ta'āla:

عن أبو بكر بن ابن الأربي قال الألماء كمقوله تعالى ما كسبتم ومما أخرنا لكم في الأرض

_"Apa yang kalian peroleh (yakni) at tijārah dan apa yang kami keluarkan dari muka bumi maksudnya tumbuh-tumbuhan."_

⇒ Ini menunjukkan bahwasanya wajibnya: عروض التجارة , zakāt barang-barang perdagangan.

Ada beberapa syarat untuk barang- barang perdagangan, di antaranya yang disebutkan oleh para ulamā:

⑴ Bahwasanya orang tersebut memiliki barang tersebut dengan wasilah apapun yang shahīh (diperbolehkan oleh syari'at).

Apakah dia memiliki dengan jual beli atau dengan hibah (diterima) atau dia mendapatkan hadiah, lalu dijualkan. Atau dari warisan atau lain sebagainya ini yang jelas dia memiliki barang tersebut.

⑵ Bahwasanya dia meniatkan dengan barang tersebut untuk melakukan jual beli. 

Maka apabila dia membeli sesuatu dalam rangka untuk digunakan secara pribadi atau digunakan secara khusus maka tidak termasuk kepada: عروض التجارة

⑶ Barang-barang tersebut adalah: يبلغ النّصاب , nishāb atau mencapai batas minimal yang wajib dizakāti.

⑷ Dia telah mencapai haul (batas waktu) yang ditentukan oleh syari'at (yaitu) selama satu tahun.

Berkata penulis rahimahullāh: 

وتقوم عروض التجارة عند آخر الحول بما اشتريت به ويخرج من ذلك ربع العشر

_"Hendaklah barang-barang dagangan itu ditaksir (dihitung) nilainya pada akhir haul dengan harga berapa barang-barang itu telah dibeli."_

Maksudnya barang-barang tersebut ditaksir dengan harga belinya pada saat itu atau harga pasar yang berlaku pada saat itu, bukan pada saat awal membeli.

Misalnya:

Seseorang berjual beli satu barang (mobil, misalnya) tatkala dia membeli mobil itu harganya misalnya 100 Juta, di akhir tahun pasaran harga mobil tersebut turun menjadi 80 Juta.

Maka taksiran dinilai di dalam zakāt adalah taksiran yang terakhir yaitu harga mobil 80 Juta.

Begitu pula sebaliknya, apabila dia membeli barang (misalnya) di awal membeli harganya adalah 100 Ribu per unit, kemudian di akhir tahun tatkala ada kebutuhan, barang tersebut  harganya naik menjadi 1 Juta per unit (misalnya), maka nilai yang ditaksir adalah nilai 1 Juta per unit X jumlah unit.

Apabila mencapai nishāb, maka dizakāti sesuai dengan nilai yang ditakar di akhir haul.

Di sana ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

⑴ Apabila seseorang (misalnya) membeli mobil atau membeli tanah untuk digunakan, khusus (misalnya) mobilnya dipakai untuk keperluan pribadi atau keluarganya dan tanahnya digunakan untuk membangun rumah untuk keluarganya dan tidak diniatkan untuk diperjual belikan.

⇒ Maka tidak ada zakāt untuk mobil atau tanah tersebut (tidak dikenakan zakāt), karena tidak diniatkan untuk dijual belikan.

⑵ Pada masalah yang disebutkan tadi, seandainya seseorang membeli mobil atau membeli tanah, untuk digunakan secara pribadi kemudian setelah membeli tiba-tiba dia berubah niatnya, dia ingin mobil atau tanah tersebut diperjual-belikan, maka pada saat berubah niatnya, barang tersebut menjadi barang perdagangan,  عروض التجارة.

Dan dimulai pada saat dia memulai niatnya tersebut dihitung selama satu tahun apabila telah mencapai nishāb dan mencapai haul maka pada saat itu wajib dizakāti.

Demikian yang bisa disampaikan pada halaqah ini dan kita akan lanjutkan pada pertemuan berikutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
___________________

ZAKĀT PERTANIAN (الزروع والثمار)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 27 Rabi'ul Akhir 1441 H | 24 Desember 2019 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 85 | Zakat Khilthah
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H085
〰〰〰〰〰〰〰

*ZAKĀT PERTANIAN (الزروع والثمار)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang berbahagia, di manapun anda berada dan semoga Allāh merahmati kita semua.

Pada halaqah yang ke-85 ini kita masih membahas hal yang terkait dengan zakāt dan kita masuk pembahasan tentang zakāt: الزروع والثمار yaitu zakāt pertanian, zakāt buah-buahan dan biji-bijian.

Di sini, seseorang wajib menunaikan zakat pertanian apabila dia memilikinya, berdasarkan dalīl dari Al Qur'ān maupun hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Di antaranya firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

⑴ Dalam surat Al An'ām ayat 141:

وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ

_"Dan tunaikanlah haknya (zakāt) pada hari memetik hasilnya (pada saat panennya)."_

⑵ Dalam surat Al Baqarah ayat 267:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ

_"Wahai orang-orang yang berimān, berinfāqlah kalian (yaitu) tunaikanlah zakāt kalian dari sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu."_

⇒ Az zuru' wa tsimār (الزروع والثمار) termasuk dari perkara-perkara yang masuk di dalam: مِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ.

Lebih spesifik, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan:

فِيمَا سَقَتْ السَّمَاءُ وَالْعُيُونُ أَوْ كَانَ عَثَرِيًّا الْعُشْرُ وَمَا سُقِيَ بِالنَّضْحِ نِصْفُ الْعُشْرِ

_"Pada tanaman yang diairi dengan air hujan, mata air, atau air tanah maka zakatnya sepersepuluh, adapun yang diairi dengan menggunakan tenaga maka zakatnya seperduapuluh."_

(Hadits riwayat Bukhari nomor 1388, versi Fathul Bari nomor 1483)

⇒ Tanaman atau tumbuhan yang diairi oleh air hujan (air langit) maka zakātnya adalah sepersepuluh atau 10 % dan tanaman yang disirami dengan ember-ember atau dengan usaha manusia maka zakātnya adalah 5%.

⇒ Ini menunjukkan wajibnya seseorang menunaikan zakāt, yang terkait dengan: الزروع والثمار.

Kemudian berkata penulis rahimahullāh:

((ونصاب الزروع والثمار خمسة أوسق))

_"Dan nishāb dari الزروع والثمار pertanian, buah-buahan dan biji-bijian adalah: خمسة أوسق (lima wasaq)."_

⇒ Wasaq adalah ukuran volume yang mana volume ini standarnya kepada shā Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

√ Satu wasaq adalah kira-kira 60 shā.
√ Satu shā yang digunakan pada zaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kira-kira 3.28 liter.

Jadi ukurannya adalah volume bukan ukuran timbangan, karena secara timbangan walaupun volumenya sama, apabila berbeda buahnya atau berbeda jenisnya (misalnya) antara beras dan tepung pasti berbeda beratnya.

Maka yang digunakan standar di dalam zakāt nishābnya adalah 5 (lima) wasaq atau sekitar 300 shā atau sekitar kurang lebih 984 liter hampir 1000 liter.

Apabila kurang dari itu tidak wajib untuk dizakāti berdasarkan hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

ولَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ أَوْسُق من تمر ولا حب صدقة

_"Tamr (kurma) maupun biji-bijian (kismis dan lain sebagainya) apabila kurang dari 5 (lima) wasaq maka tidak ada sedekahnya (zakātnya)."_

(Hadīts riwayat Ibnu Hibbān dalam Shahīhnya)

وما زدا فبحسبه

_"Apabila lebih dari 5 (lima) wasaq maka akan mengikuti perhitungan dari zakāt tersebut."_

Berkata penulis rahimahullāh:

((وفيها إن سقيت بماء السماء أو السيح العشر وإن سقيت بدولاب أو نضح نصف العشر))

_"Zakāt bagi tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang masuk pada pertanian maupun: الثمار (buah-buahan dan biji-bijian), apabila diairi oleh air langit ataupun air hujan ataupun aliran air sungai (misalnya) maka zakātnya sepersepuluh. Apabila diairi dengan: دولاب (dulāb, ember) atau disiram maka zakātnya 5%."_

Jadi zakāt pertanian, buah-buahan maupun biji-bijian apabila dia tumbuh dengan sendiri tanpa usaha yang berat dari petani (tidak perlu mengairi) karena tempatnya memiliki curah hujan tinggi (misalnya), atau dia sudah teraliri anak sungai (misalnya), tidak ada usaha yang berat maka kewajibannya adalah 10%.

Tetapi jika di sana ada usaha untuk mengairi dari petani maka kewajibannya hanya 5%.

((وإن سقي نصفها بهذا ونصفها بهذا ففيه ثلاسة أرباع العشر))

_(Apabila diari dengan air hujan, juga diari oleh petani tersebut (campuran) terkadang dengan air hujan terkadang dengan usaha petani tersebut maka zakātnya adalah tiga perempat persepuluh maksudnya 7.5%._

Ini yang terkait dengan nishāb dari zakat: الزروع والثمار.

Adapun jenis-jenisnya ada khilāf di antara para ulamā, antara Abū Hanīfah yang mengatakan bahwa semua karena ayat ini umum, seluruh tumbuh-tumbuhan sayuran, pertanian, buah-buahan masuk semua jenis apapun.

Adapun pendapat jumhur, pendapat Imām Syāfi'i, maka di sana ada tafsil.

Ada yang mengatakan, ada yang bisa dikeringkan, kemudian merupakan makanan pokok dan bisa disimpan yaitu masuk pada zakāt. Adapun yang lainnya tidak.

('Ala kulli hal) bahwa penjelasan detailnya, in syā Allāh nanti dijelaskan pada waktunya, biidzillāh Ta'āla.

Demikian terkait dengan zakāt: الزروع والثمار.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
____________________

ZAKĀT EMAS DAN PERAK

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 26 Rabi'ul Akhir 1441 H / 23 Desember 2019 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Zakat
🔊 Kajian 84 | Zakat Emas Dan Perak
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H084
〰〰〰〰〰〰〰

*ZAKĀT EMAS DAN PERAK*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pada halaqah yang ke-84, kita akan melanjutkan pembahasan kita tentang zakāt emas dan perak (الذهب والفضة).

Di mana zakāt emas dan perak ini adalah zakāt yang wajib dan disebutkan di dalam Al Qur'ān maupun hadīts.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

وَالَّذِينَ يَكْنزونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

_"Dan orang-orang yang menimbun emas dan peraknya serta tidak menginfāqkannya di jalan Allāh, maka beri kabar gembiralah mereka dengan adzāb yang pedih."_

(QS At Tawbah: 34)

Dan juga di dalam hadits, Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّى مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِىَ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيُرَى سَبِيلُهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ

_"Tidak ada seorangpun pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan haknya (yaitu) berupa zakāt, melainkan akan dibentangkan kepada dia bentangan dari api neraka, maka diapun akan dipanggang di neraka jahannan, kemudian dipanaskan (di setrika) di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarlah dahinya, lambungnya dan punggungnya._

_Setiap kali lempengan itu dingin, dikembalikan (dipanaskan di dalam Jahannam) untuk (menyiksa)nya._

_Itu dilakukan pada hari kiamat, yang satu hari ukurannya 50 ribu tahun, sehingga diputuskan (hukuman) di antara seluruh hamba._

_Kemudian dia akan melihat atau akan diperlihatkan jalannya, kemungkinan menuju surga, dan kemungkinan menuju neraka."_

(Hadīts riwayat Muslim II/680 nomor 987, dari Abū Hurairah)

⇒ Ini adalah kewajiban zakāt emas dan perak.

Berapa nishāb dari zakāt emas dan perak ?

Disebutkan oleh penulis rahimahullāh:

((ونصاب الذهب عشرون مثقالا))

_"Nishāb emas adalah 20 mitsqāl (20 Dinnar) atau setara dengan 85 gram emas."_

⇒ Jadi seseorang yang memiliki 85 gram emas maka dia wajib untuk menunaikan zakātnya

((وفيه ربع العشر وهو نصف مثقال وفيما زاد بحسابه))

_"Untuk jumlah ini zakātnya adalah ربع العشر (seperempatnya sepersepuluh) maksudnya adalah 2.5% yaitu sama dengan 1/2 mitsqāl."_

Adapun lebih dari itu maka sesuai dengan kadarnya.

⇒ Jadi apabila seseorang memiliki emas sebesar 85 gram, maka dia sudah mencapai nishāb maka wajib dizakāti. Zakātnya adalah 2.5 %.

Apabila lebih dari 85 gram, maka disesuaikan dengan kadarnya X 2.5 % dari emas yang dia miliki.

• Nishāb Al Wariq ( ونصاب الورق)

Al Wariq (الورق) disini adalah Al Fidhah (الفضة) atau perak.

Berkata penulis rahimahullāh:

((ونصاب الورق مائتا درهم وفيه ربع العشر وهو خمسة دراهم وفيما زاد بحسابه))

_"Nishāb atau kadar dari perak yang wajib dizakāti adalah 200 dirham, zakatnya 1/4 per sepuluh atau 5 dirham. Apabila lebih dari itu, maka sesuai dengan kadar harta yang dia miliki.”_

⇒ 200 dirham setara dengan 595 gram.
⇒ Apabila seorang memiliki perak seberat 595 gram maka wajib dia zakāti.

Berapa zakātnya?

Penulis rahimahullāh mengatakan:  وفيه ربع العشر , zakātnya adalah seperempat persepuluh atau 2.5% yaitu (sama dengan) 5 dirham.

Apabila lebih dari itu maka sesuai dengan kadar harta yang dia miliki dikali 2.5%

Bagaimana cara kita membayarnya?

⇒ Cara kita membayarnya bisa ditaksir.

Apabila kita memiliki emas (cincin atau kalung dan lain sebagainya) yang digunakan untuk jual beli (misalnya) atau emas murni yang kita simpan maka dihitung.

Apabila kita memiliki 100 gram emas dan harga per gramnya 500 ribu, maka taksirannya adalah 50 Juta jadi zakātnya adalah 2.5% dari 50 Juta.

Begitu juga dengan perak, jumlah perak yang kita miliki dikalikan dengan harga perak per gram, lalu dikalikan dengan 2.5% nya.

Berkata penulis rahimahullāh:

(( ولا تجب في الحلي المباح زكاة))

_"Dan tidak diwajibkan pada perhiasan yang mubah zakāt."_

⇒ Artinya tidak ada zakāt pada perhiasan yang mubah.

Untuk perhiasan yang harām maka ijmā' para ulamā, bahwasanya wajib di sana zakāt (yaitu) kalung emas, cincin emas dan perhiasan emas yang digunakan oleh laki-laki. Ini adalah perkara yang harām maka wajib dia membayar zakāt.

Adapun kalung emas, cincin emas, atau perhiasan emas yang digunakan oleh para wanita atau yang disebut sebagai zakātul hulī (ذكاة الحلي) di sana ada khilāf para ulamā.

⇒ Ada yang mengatakan bahwasanya tetap dizakāti dan ada yang mengatakan tidak dizakāti.

Di sini penulis merajīhkan aqwal atau qaul syāfi'i yang tidak mewajibkan zakāt pada perhiasan wanita karena di sana ada qaul lain dari syāfi'iyyah bahwa diwajibkan juga zakāt.

⇒ 'Ala kulli hal, bahwasanya tidak diwajibkan zakat pada perhiasan-perhiasan yang mubah yang digunakan oleh wanita.

Adapun seorang wanita yang dia membeli perhiasan dengan niat untuk dijual sewaktu-waktu maka dia tetap terkena zakāt karena masuk ke dalam zakāt tijārah, tetapi apabila perhiasan itu hanya untuk digunakan dan tidak ada niat untuk dijual maka dia masuk pada zakāt al hulī.

Demikian, pembahasan tentang zakāt emas dan perak (الذهب والفضة) semoga bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
___________________

Jangan Tertipu Dunia

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 23 Rabi'ul Akhir 1441 H / 20 Desember 2019 M
👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.
📒 Nasihat Singkat Bimbingan Islam
🔊 Audio 59 | Jangan Tertipu Dunia
🔄 Download Audio: bit.ly/NasihatSingkatBiAS-59
〰〰〰〰〰〰〰

🏦 *Salurkan Donasi Dakwah Terbaik Anda* melalui :

| BNI Syariah
| Kode Bank (427)
| Nomor Rekening : 8145.9999.50
| a.n Yayasan Bimbingan Islam
| Konfirmasi klik https://bimbinganislam.com/konfirmasi-donasi/
__________________

Kamis, 19 Desember 2019

CANDAAN DAN KASIH SAYANG NABI ﷺ BERSAMA ANAK KECIL

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 21 Rabi’ul Akhir 1441 H / 18 Desember 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 34 | Candaan dan Kasih Sayang Nabi Bersama Anak Kecil
⬇ Download audio: bit.ly/TarbiyatulAbna-34
~~~~~~~~~~~~

*CANDAAN DAN KASIH SAYANG NABI ﷺ  BERSAMA ANAK KECIL*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد

Ma'asyiral mustami'in, para pendengar para pemirsa rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-33 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh.

صور من مزاح ﷺ مع الصغار ورفقه بهم ورحمته إياهم

▪︎CANDAAN DAN KASIH SAYANG NABI ﷺ  BERSAMA ANAK KECIL

Ada satu riwayat dari Aisyah radhiyallāhu 'anhā, sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahīh Bukhāri dan Muslim.

Beliau mengatakan:

فاقدروا قدر الجارية

_"Ukurlah muamalah kalian ketika bermuamalah dengan anak kecil (anak wanita)."_

Maksudnya sesuaikanlah cara bermuamalah kalian sesuai dengan karakter anak-anak kecil pada umumnya. Karena anak kecil memiliki kesenangan sendiri, mereka senang bermain dan bercanda.

Ummul Mukminin Aisyah radhiyallāhu 'anhu berbicara dengan satu kata yang ringkas namun padat dan dalam maknanya.

"Sesungguhnya anak kecil memiliki kesenangan sendiri, daya pikir nalar dan perhatian sendiri."

Sehingga orang dewasa dituntut untuk bisa menyesuaikan cara bermuamalah dengan anak-anak.

Inilah Yang membedakan mereka dengan orang dewasa, sehingga kita harus menyesuaikan dengan mereka.

Anak kecil jangan dibebani sesuatu yang diluar kemampuannya. Mereka tidak boleh diminta untuk melakukan sesuatu diluar kesanggupannya. Mereka tidak boleh dilarang bermain, bergurau dan bersenang-senang karena sudah menjadi hak dan bagian mereka.

Lafazh hadīts diatas adalah :

كَانَ الْحَبَشُ يَلْعَبُونَ بِحِرَابِهِمْ، فَسَتَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَنَا أَنْظُرُ، فَمَا زِلْتُ أَنْظُرُ حَتَّى كُنْتُ أَنَا أَنْصَرِفُ فَاقْدُرُوا قَدْرَ الْجَارِيَةِ الْحَدِيثَةِ السِّنِّ تَسْمَعُ اللَّهْوَ‏.‏

_"Orang-orang Habasy (Ethiophia) bermain dengan tombak-tombak mereka, lalu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menutupiku sedangkan aku senantiasa melihat mereka sehingga aku sendiri yang pergi. Hargailah keinginan gadis kecil yang menyukai permainan._

(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 5190 dan Muslim nomor 892)

Dan di dalam riwayat An Nassāi di dalam As Sunanul Kubrā dengan sanad yang shahīh, dari Aisyah radhiyallāhu 'anhā. Aisyah berkata :

دخل الحبشة المسجد يلعبون، قال لي: يا حميراء، أتحبين أن تنظري إليهم؟ فقلت: نعم، فقام بالباب، وجئته، فوضعت ذقني على عاتقه، فأسندت وجهي أى خده، قالت: ومن قولهم يومئذ: أبا القاسم طيبا، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: حسبك، قلت: يا رسول الله لا تعجل، فقام لي ثم قال: حسبك فقلت: لا تعجل يا رسول الله، قالت: وما بي حب النظر إليهم، ولكني أحببت أن يبلغ النساء مقامه لي ومكاني منه

_Orang-orang Habasyah masuk ke dalam masjid dan bermain, lalu Rasūlullāh berkata kepadaku, "Yā Humairā, maukah engkau melihat mereka?"_

_Lalu aku menjawab, "'Tentu saja."_

_Lalu beliau berdiri di depan pintu dan aku datang dengan meletakkan dagu di pundaknya, menyandarkan wajahku di pipinya._

_Aisyah berkata, "Di antara perkataan mereka adalah Abal Qassim Thayyiban."_

_Lalu Rasūlullāh berkata, "Sudah cukup wahai Aisyah engkau melihat."_

_Aku berkata, "Wahai Rasūlullāh, jangan tergesa-besar."_

_Lalu Rasūlullāh berdiri kembali dan berkata, "Sudah cukup."_

_Aku berkata, "Wahai Rasūlullāh jangan tergesa-gesa!"_

_Aisyah berkata, "Itu semua bukan karena aku suka melihat mereka, akan tetapi aku ingin sekali para wanita mengetahui kedudukan Beliau di sisiku dan sebaliknya."_

Imam Ahmad meriwayatkan di dalam Musnadnya, An Nassāi di dalam As Sunanul Kubrā dan yang lainnya dengan sanad yang shahīh, dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallāhu 'anhā. Beliau berkata:

_Aku pergi bersama Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada sebuah perjalanan Beliau. Pada waktu itu aku masih muda dengan badan yang tidak gemuk, lalu Beliau berkata kepada orang-orang, "Majulah kalian!" Akhirnya merekapun maju._

_Lalu Beliau berkata kepadaku, "Ayo kita berlomba". Akhirnya aku berlomba dengan Beliau dan aku dapat mengalahkannya, Beliau pun terdiam._

_Sehingga ketika aku sudah memiliki badan yang gemuk dan aku pun sudah melupakannya. Aku pergi bersama Beliau pada sebuah perjalanan. Beliau berkata kepada orang-orang, "Majulah kalian!" Dan merekapun maju. Lalu Beliau berkata, "Ayo kita berlomba!" Lalu aku berlomba dengannya dan Beliau dapat mengalahkanku. Akhirnya Beliau tertawa sambil berkata, "Ini adalah balasan untuk yang lalu."_

Ini beberapa contoh bagaimana muamalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kepada Aisyah radhiyallāhu 'anhā.

Al Bukhāri dan Muslim meriwayatkan dari hadīts Aisyah radhiyallāhu 'anhā, beliau berkata :

_"Aku pernah bermain dengan boneka-boneka kecil di dekat Rasūlullāh dan aku melihat beberapa teman yang bermain denganku. Jika Beliau masuk, maka aku bersembunyi, lalu Beliau mengutus mereka kepadaku agar bermain denganku."_

Para ulama mengatakan bahwa anak-anak wanita boleh bermain dengan boneka selama tidak berbentuk asli seperti manusia.

Ini adalah bentuk muamalah Rasūlullāh yang begitu luar biasa kepada anak kecil, khususnya kepada Aisyah radhiyallāhu 'anhā.

Inilah beberapa contoh canda dan muamalah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang penuh rahmah.

In syā Allāh akan kita lanjutkan hadīts lain pada pertemuan berikutnya.

Demikian yang bisa disampaikan, In syā Allāh bermanfaat bagi kita semua. Atas segala kekurangan mohon maaf.

Wallāhu A'lam bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_______________

MENCIUM ANAK KECIL (تقبيل الصغير)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 20 Rabi’ul Akhir 1441 H / 17 Desember 2019 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 33 | Mencium Anak Kecil
⬇ Download audio: bit.ly/TarbiyatulAbna-33
~~~~~~~~~~~~

*MENCIUM ANAK KECIL (تقبيل الصغير)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولاحول ولا قوة إلا بالله أما بعد

Ma'asyiral mustami'in, para pemirsa rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-33 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh.

▪︎ MENCIUM ANAK KECIL (تقبيل الصغير)

Disyariatkan bahkan dianjurkan bagi orang tua untuk mencium anak-anaknya baik anak laki-laki maupun wanita.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang mencium puterinya Fatimah radhiyallāhu 'anhā. Demikian pula Abū Bakar Ash Shiddīq yang mencium puterinya Aisyah radhiyallāhu 'anhā.

Sebagaimana disebutkan di dalam hadīts yang diriwayatkan oleh Al Bukhāri dari sahabat Al Bara bin Azib radhiyallāhu 'anhu.

Beliau berkata : 

_Saya masuk bersama Abū Bakar menemui keluarganya, dan di sana ada Aisyah yang sedang berbaring sakit demam. Lalu aku melihat bapaknya yang mencium pipinya dan berkata, "Bagaimana keadaanmu wahai puteriku?"_

⇒ Ini menunjukkan bahwa Abū Bakar Ash Shiddīq mencium puterinya Aisyah radhiyallāhu 'anhā.

Ulama mengatakan bahwa Aisyah waktu itu masih kecil belum baligh dan masuknya sahabat Al Bara bin Azib menemui keluarga Abū Bakar sebelum turunnya ayat tentang hijab.

Hadīts lain dari sahabat Anas bin Mālik radhiyallāhu 'anhu, beliau berkata :

_"Kami dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam datang kerumah Abū Saif Al Qayyin, ia adalah bapak susuan bagi Ibrăhīm, kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengambil Ibrāhīm lalu beliau menciumnya."_

(Hadīts shahīh riwayat Imam Al Bukhāri)

Para ulama menjelaskan bahwa ibu susu Ibrāhīm bernama Ummu Bursah binti Al Mundzir dan dia bukan Halimah Sa'diah (Wallāhu A'lam)

Juga hadīts lain dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu beliau menceritakan :

_Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mencium Al Hasan bin Āli dan di sisi Beliau ada Al Aqra bin Habis At Tamimi sedang duduk. Al Aqra berkata, "Aku mempunyai sepuluh anak, tidak ada satu pun di antara mereka yang pernah aku cium." Lalu Rasūlullāh melirik kepadanya dengan berkata, "Siapa saja yang tidak menyayangi tidak akan disyangi."_

(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri dan Muslim)

Itulah anjuran agar orang tua mencium putra putrinya yang masih kecil dan itu juga yang dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para sahabat radhiyallāhu ' anhum.

Hendaklah kita mencontoh mereka dan ini merupakan bentuk rahmat dan kasih sayang orang tua kepada putra-putrinya yang di bentuk sejak kecil.

Demikian semoga bermanfaat.

Wallāhu A'lam bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______________

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, PERMASALAHAN

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 19 Rabi’ul Akhir 1441H / 16 Desember 2019M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Ath-Athibbāi
🔊 Halaqah 32 | Permasalahan
⬇ Download audio: bit.ly/TarbiyatulAbna-32
~~~~~~~~~~~~

*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, PERMASALAHAN*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ  الأنبياء والْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أجمعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ:

Ma'asyiral Mustami'in, para pemirsa rahīmakumullāh.

Ini adalah pertemuan kita yang ke-32 dari kitāb  Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā'ihi Al Athibbāi tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīzhahullāh.

▪ PERMASALAHAN (مسألة)

Bagi seorang janda, manakah yang lebih utama, mengurus anak-anaknya saja dan tidak menikah lagi atau menikah lagi ?

Untuk masalah ini, kita kita harus melihat kondisi wanita tersebut. Karena berbeda masalah satu wanita dengan yang lainnya dan berbeda juga antara satu keadaan dengan yang lainnya.

Jika wanita (janda) tersebut masih muda, gejolak syahwatnya masih tinggi dan dia merasa takut jika terjadi fitnah yang menimpanya dan dia masih perlu laki-laki (suami) yang dapat menjaga kehormatannya, maka sebaiknya dia menikah lagi dengan laki-laki yang shālih yang dapat memenuhi kebutuhannya dan memberikan kemaslahatan bagi dirinya dan anak-anaknya.

Demikian pula bila kondisi wanita tersebut tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan anaknya dan mendidiknya atau keadaanya mendorong untuk menikah seperti banyak orang jahat yang menzhālimi atau karena sebab lain, sebaiknya dia menikah lagi.

Akan tetapi jika wanita tersebut sudah cukup, perekonomiannya baik, sudah berumur dan dia tidak merasa butuh seorang teman hidup dan tidak dikhawatirkan adanya fitnah, maka lebih baik baginya tidak menikah lagi.

Akan tetapi jika dia ingin menikah lagi pun tidak masalah. Dengan catatan pilihlah laki-laki yang shālih yang baik agama dan akhlaknya.

Dalam masalah ini, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan dari hadīts Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu.

Beliau bersabda:

خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ الإِبِلَ صَالِحُ نِسَاءِ قُرَيْشٍ أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ

_"Sebaik-baik wanita yang pernah menunggang unta adalah wanita Quraisy yang shālihah, dia adalah wanita yang paling penuh kasih sayang kepada anak di waktu kecil dan paling menjaga harta suaminya."_

(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 5082 dan Muslim nomor 2527)

Di dalam riwayat Muslim disebutkan:

أَحْنَاهُ عَلَى يَتِيمٍ فِي صِغَرِهِ

_"Dia adalah wanita yang paling sayang terhadap anak yatim di saat masih kecil."_

(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2527)

Di dalam riwayat lain, dalam Shahīh Muslim, hadīts dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah meminang Ummu Hani binti Abī Thālib, lalu dia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ وَلِيَ عِيَالٌ

_"Wahai Rasūlullāh, Sesungguhnya aku sudah tua dan aku pun memiliki tanggungan keluarga.”_

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ

_Lalu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata, "Sebaik-baik wanita yang menunggang unta dari wanita Quraisy yang menyayangi anak-anak dan perhatian kepada suaminya."_

Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahīhnya hadīts dari Ummu Salamah radhiyallāhu 'anhā, dia berkata:

أَرْسَلَ إِلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَاطِبَ بْنَ أَبِي بَلْتَعَةَ يَخْطُبُنِي لَهُ فَقُلْتُ إِنَّ لِي بِنْتًا وَأَنَا غَيُورٌ .فَقَالَ " أَمَّا ابْنَتُهَا فَنَدْعُو اللَّهَ أَنْ يُغْنِيَهَا عَنْهَا وَأَدْعُو اللَّهَ أَنْ يَذْهَبَ بِالْغَيْرَةِ "
_Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengutus Hāthib bin Abī Balta'ah untuk meminangku, lalu aku berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku memiliki seorang anak perempuan dan aku adalah wanita pencemburu." Rasūlullāh berkata, "Aku berdo'a kepada Allāh semoga Dia memberi kecukupan bagi anak perempuannya dan semoga Allāh menghilangkan kecemburuannya."_

(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 918)

Asma' binti Umais menikah lagi dengan Abū Jakarta's radhiyallāhu 'anhu, setelah meninggalnya (Ja'far bin Abī Thālib) karena dibunuh. Kemudian setelah Abū Bakar meninggal dia menikah lagi dengan Āli bin Abī Thālib.

فالحاصل أن المسألة تختلف من حال إلي حال

Walhasil, masalah ini berbeda antara satu keadaan dengan keadaan lain, dari satu wanita dengan wanita yang lainnya. Dan masalah ini bisa dikonsultasikan dengan para ahli ilmu (para ulama) yang berkompeten di dalam masalah ini.

Demikian yang bisa disampaikan, In syā Allāh bermanfaat bagi kita semua. Atas segala kekurangan mohon maaf.

Wallāhu A'lam bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____

Sabtu, 14 Desember 2019

Hakikat Penghambaan Tertinggi

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 16 Rabi'ul Akhir 1441 H / 13 Desember 2019 M
👤 Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan, Lc., M.A.
📒 Nasihat Singkat Bimbingan Islam
🔊 Audio 58 | Hakikat Penghambaan Tertinggi
🔄 Download Audio: bit.ly/NasihatSingkatBiAS-58
〰〰〰〰〰〰〰

🕋 Yuk, Dukung Program Dakwah Islam melalui :

| Bank Syariah Mandiri
| Kode Bank [451]
| No. Rekening 78.14.5000.17
| a.n CINTA SEDEKAH (INFAQ)
| Konfirmasi : cintasedekah.org/donasi

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 48 (LANJUTAN)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 14 Rabi’ul Akhir 1441 H / 11 Desember 2019 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār
🔊 Halaqah 050a | Hadits 48 (lanjutan)
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H050a
〰〰〰〰〰〰〰

*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 48 (LANJUTAN)*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الانبياء المرسلين نبينا محمد وعلى آله وأصحابه و كل من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.

Kita lanjutkan pembahasan hadīts yang ke-48 dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil Abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhbār), yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'di rahimahullah.

Seorang sayid atau tuan dari budak, hendaknya memberikan kebaikan dan kemurahan hati bagi budaknya dalam melunasi pembayaran-pembayaran mukātabahnya.

Karena yang demikian itu merupakan hal yang masuk dalam ta’awun di atas kebaikan, bahkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menjadikan seorang mukātabah termasuk salah satu dari golongan orang-orang yang berhak menerima zakat.

Mereka masuk dalam kategori (fii riqāb) budak yang ingin memerdekakan dirinya dengan melakukan pembayaran atas penebusan dirinya.

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam telah mengabarkan dalam sebuah hadīts tentang adanya ganti yang akan Allāh berikan bagi orang yang membelanjakan dirinya untuk satu hal yang tujuannya baik.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ

_"Barangsiapa mengambil harta orang lain lantas ia bertekad untuk mengembalikannya, maka Allāh akan menolongnya. Barangsiapa yang mengambil harta orang lain lantas ia bertekad untuk tidak mengembalikannya, maka Allāh akan menghancurkan dirinya.”_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 2387)

Kemudian orang yang ketiga yang disebutkan dalam hadīts in, adalah:

⑶ Orang yang menikah dengan tujuan untuk menjaga kehormatannya.

Pernikahan merupakan suatu yang diperintahkan oleh Allāh dan Rasūl-Nya.

Dan terdapat banyak faedah dari pernikahan tersebut di antaranya adalah Allāh janjikan pertolongan bagi orang yang melakukannya.

Pernikahan merupakan bentuk menjalankan perintah Allāh dan Rasūl-Nya serta termasuk Sunnah para rasūl, di samping itu dengan menikah bisa menjaga kemaluannya menundukkan pandangannya dan bisa menghasilkan keturunan.

Menginfaqkan harta untuk istri dan anak mereka apabila diniatkan karena menjalankan perintah Allāh, maka itu akan mendapatkan pahala dan mendapatkan kebaikan di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla .

Baik yang diinfaqkan berupa makanan, minuman, pakaian atau dalam hal-hal lainnya yang merupakan kebutuhan mereka, maka itu merupakan kebaikan bagi seorang hamba.

Seorang yang dia membelanjakan hartanya (menginfaqkan) dengan tujuan yang baik tersebut, maka Allāh menjanjikan ganti atas harta yang telah mereka infaqkan.

Dan sebaliknya, apabila harta yang dikeluarkan, dibelanjakan dalam perkara yang tidak Allāh cintai (misalnya), dalam kemaksiatan atau dalam berbuat ishraf dalam kemudahan atau berlebih-lebihan dalam perkara yang mubah, maka Allāh tidak menjanjikan atau tidak menanggung adanya ganti atas harta tersebut. 

Bisa jadi hal itu mendatangkan kerugian apabila dibelanjakan pada perkara perkara yang tidak dicintai Allāh.

Demikianlah pembahasan dari hadīts yang mulia ini, dimana di dalam hadīts mulia ini menyebutkan 3 bentuk amalan yang apabila seorang menginfaqkan hartanya di dalam amalan-amalan tersebut, maka mereka termasuk orang-orang yang berhak dibantu atau berhak mendapatkan janji berupa pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

____________________

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 48

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 13 Rabi’ul Akhir 1441 H / 10 Desember 2019 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār
🔊 Halaqah 050 | Hadits 48
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H050
〰〰〰〰〰〰〰

*KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 48*

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه و كل من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah kita yang ke-50 dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil Abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhbār), yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'dī rahimahullāh.

Pembahasan kita sudah sampai pada hadīts yang ke-48 yaitu hadīts yang diriwayatkan oleh Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu. Beliau mengatakan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

ثَلاثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمْ: الْمُكَاتَبُ يُرِيدُ الْأَدَاءَ، المتزويج  يُرِيدُ العفاف و المجاهد فِي سَبِيلِ اللَّهِ

_"Ada 3 orang yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla; (1) Seorang budak mukātabah yang dia ingin melunasi pembayarannya, (2) Seorang menikah dengan tujuan menjaga kehormatannya dan (3) Seorang yang berjihād di jalan Allāh."_

Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'dī rahimahullāh menjelaskan tentang hadīts ini, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menjanjikan adanya penggantian atas apa yang diinfaqkan di dalam perkara-perkara yang dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Termasuk di antaranya adalah 3 hal yang disebutkan di dalam hadīts yang mulia ini.

Yaitu:

⑴ Harta yang diinfaqkan untuk berjihād di jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dimana jihād ini merupakan suatu amalan yang memiliki kedudukan yang mulia di dalam Islām, baik berupa jihād dengan senjata maupun jihād dengan ilmu dan hujjah.

Maka berinfaq atau menginfaqkan harta di dalam bentuk jihād (jalan kebaikan), merupakan sesuatu yang akan Allāh ganti. Dan orang yang melakukannya termasuk orang yang dijanjikan untuk ditolong dan dimudahkan perkaranya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Amalan jihād, harta yang diinfaqkan dalam berjihād dan orang yang melakukan jihād merupakan orang yang dijanjikan dibantu oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan akan dimudahkan jalannya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla

⑵ Al Mukātab yaitu seorang budak atau hamba  sahaya yang dia ingin untuk memerdekakan dirinya (menebus kemerdekaan dirinya) dengan melakukan pembayaran kepada tuannya.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan orang-orang yang memiliki budak agar mereka melakukan mukātabah (pembebasan bagi budak-biasanya yang mereka ingin membebaskan diri dengan melakukan pembayaran atas dirinya)

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

فَكَاتِبُوهُمۡ إِنۡ عَلِمۡتُمۡ فِيهِمۡ خَيۡرٗا

_"Maka lakukanlah mukātabah terhadap mereka jika kalian mengetahui adanya kebaikan pada diri-diri mereka.”_

(QS An Nur: 33)

Yang dimaksud dengan adanya kebaikan pada diri-diri mereka adalah adanya keshālihan dalam perkara agama dan dunia mereka.

Apabila mereka mampu untuk mengurus urusan agama dan dunia mereka, hendaknya mereka diterima permintaan untuk melakukan mukātabah.

Seorang budak yang dia melakukan mukātabah untuk menebus dirinya dengan tujuan ingin melunasi pembayaran dirinya agar mendapatkan kemerdekaan atas dirinya dan lebih memfokuskan dirinya untuk agama dan urusan dunia yang baik baginya, maka Allāh akan membantunya.

Allāh akan mudahkan baginya urusannya dan Allāh akan memberinya rezeki dari sisi yang tidak dia sangka.

Demikian pembahasan kita pada kesempatan kali ini.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
____________________

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 46-47

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 12 Rabi’ul Akhir 1441 H / 09 Desember 2019 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' al Akhbār
🔊 Halaqah 049 | Hadits 46-47
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H049
〰〰〰〰〰〰〰

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 46-47

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه و كل من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh.

Ini adalah halaqah kita yang ke-49 dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil Abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhbār, yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'dī rahimahullāh.

Kita lanjutkan pembahasan hadīts yang ke-46 dan 47.

• Hadīts Ke-46

Hadīts yang diriwayatkan dari Abdullāh bin Abbās radhiyallāhu ‘anhu. Beliau mengatakan, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda :

 أَلْحِقُوا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا، فَمَا بَقِيَ فَهُوَ لِأَوْلَى رَجُلٍ ذَكَرٍ {مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ}

"Berikanlah hak waris kepada pemiliknya, apa yang tersisa dari warisan itu, maka itu adalah milik ahli waris yang paling diprioritaskan"

• Hadīts Ke-47

Hadīts yang diriwayatkan dari Abū Umāmah radhiyallāhu ‘anhu. Beliau mengatakan, aku mendengar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda : 

إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَعْطَى كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ فَلاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ

"Sesungguhnya Allāh telah memberikan kepada masing-masing pemilik hak apa yang menjadi haknya. Maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.”

(Hadīts riwayat Abū Dāwūd dan At-Tirmidzī dan Ibnu Mājah)

Di dalam dua hadīts yang mulia ini, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan tentang hukum-hukum yang berkenaan dengan warisan dan wasiat.

Hadīts yang pertama :

 أَلْحِقُوا الْفَرَائِضَ بِأَهْلِهَا

"Berikanlah harta waris kepada pemiliknya.”

Hadīts ini memberikan kepada kita beberapa hukum yang berkenaan dengan waris.

⑴ Ashabul furudh (ahli waris) yang sudah ditentukan bagiannya (nominalnya) lebih didahulukan dalam pembagian waris dibandingkan ashabah (ahli waris yang jatah warisannya belum ditentukan besarnya).

Apabila jatah waris sudah habis dibagikan kepada ashabul furudh, maka para ashabah tidak mendapatkan bagian dari harta waris tersebut.

⑵ Masing-masing dari ashabul furudh akan mengalami pengurangan bagiannya apabila jumlah warisan tersebut tidak mencukupi untuk diberikan kepada ahli warisnya sesuai dengan jatah bagian yang telah ditentukan.

Semua ini di istilahkan sebagai tazahum al furudh atau karena banyaknya bagian melebihi dari total harta warisan.

⑶ Apabila tidak ada ashabul furudh maka semua harta waris menjadi milik ashabah sesuai dengan urutan yang ma'ruf dikalangan para ahli waris.

⑷ Apabila tidak ada ashabah, maka sisa harta waris akan ditambahkan kepada ashabul furudh sesuai dengan jatah masing-masing bagian.

Hadīts Kedua :

إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَعْطَى كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ فَلاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ

"Sesungguhnya Allāh telah memberikan kepada masing-masing pemilik hak apa yang menjadi haknya. Maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.”

Hadīts ini memberikan kepada kita hukum yang berkenaan dengan wasiat. Bahwasanya wasiat tidak sah apabila diberikan kepada ahli waris karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam hadīts ini :

فَلاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ

"Maka tidak ada wasiat bagi ahli waris.”

Adapun jika diberikan kepada selain ahli waris maka wasiat tersebut sah dengan ketentuan apabila ahli waris sudah menjadi orang-orang yang cukup dan tidak memerlukan harta waris dan wasiat kepada selain ahli waris termasuk perkara yang disukai.

Tetapi apabila ahli warisnya faqir dan memerlukan harta waris tersebut maka sebaiknya tidak memberikan wasiat kepada selain ahli waris. Cukup harta tersebut dibagikan kepada ahli waris sebagai bentuk warisan.

Adapun apabila wasiat diberikan kepada ahli waris, maka hadīts ini menunjukkan tentang larangan dan tidak bolehnya hal tersebut dilakukan.

Perlu kita ketahui bahwa wasiat yang diberikan kepada selain ahli waris tentunya tidak boleh lebih dari 1/3 harta yang akan dibagikan. Jika lebih dari 1/3, maka ini memerlukan izin dan persetujuan dari para ahli waris .

Demikian beberapa hukum yang bisa kita ambil dari dua hadīts mulia ini yang berkenaan dengan waris dan wasiat yang semua itu dibahas lebih detail lagi pada pembahasan tentang Ilmu Faraidh atau Ilmu Waris.

Demikian pembahasan kita pada kesempatan kali ini.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
___

Hamba Yang Paling Mulia

🌍 BimbinganIslam.com
Jumat, 09 Rabi'ul Akhir 1441 H / 06 Desember 2019 M
👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.
📒 Nasihat Singkat Bimbingan Islam
🔊 Audio 57 | Hamba Yang Paling Mulia
🔄 Download Audio: bit.ly/NasihatSingkatBiAS-57
〰〰〰〰〰〰〰

🏦 *Salurkan Donasi Dakwah Terbaik Anda* melalui :

| BNI Syariah
| Kode Bank (427)
| Nomor Rekening : 8145.9999.50
| a.n Yayasan Bimbingan Islam
| Konfirmasi klik https://bimbinganislam.com/konfirmasi-donasi/
__________________

HADITS YANG BERKAITAN DENGAN PAKAIAN RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM (LANJUTAN)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 07 Rabi’ul Akhir 1441 H / 04 Desember 2019 M
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Kitab Syamāil Muhammadiyah
🔊 Halaqah 45 | Hadits Yang Berkaitan Dengan Pakaian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Lanjutan)
⬇ Download audio: bit.ly/SyamailMuhammadiyah-45
〰〰〰〰〰〰〰

*HADITS YANG BERKAITAN DENGAN PAKAIAN RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU 'ALAYHI WA SALLAM (LANJUTAN)*

بسم الله.
الْحَمْدُ لله، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رسول الله، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القيامة، أَمَّا بَعْدُ:

Sahabat Bimbingan Islām rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Alhamdulillāh kita dapat berjumpa lagi pada pertemuan yang ke-45, dalam membahas Kitāb Asy Syamāil Al Muhammadiyah karya Imām At Tirmidzī rahimahullāh tentang hadīts-hadīts yang berkaitan dengan pakaian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Pada kesempatan kali ini kita akan membaca hadīts yang ke-60, berdasarkan penomoran dalam syarah Syaikh Abdurrazaq Al Badr hafīzhahullāh ta'āla.

Hadīts ke-60 ini berkaitan dengan do'a yang dibaca Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika Beliau memiliki baju, sarung atau pakaian baru  lainnya. Ini menunjukkan kepada kita tentang pentingnya berdo'a.

Hadīts ini diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzī dari guru beliau yang bernama Suwaid bin Nashr, dari Abdullāh bin Mubārak dan dari Said bin Iyās Al Juzairi dari Abū Nadhrah dari sahabat Abū Said Al-l Khudriy radhiyallāhu 'anhu.

Abū Said Al Khudriy radhiyallāhu 'anhu, pernah berkata :

كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، إِذَا اسْتَجَدَّ ثَوْبًا سَمَّاهُ بِاسْمِهِ عِمَامَةً أَوْ قَمِيصًا أَوْ رِدَاءً، ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا كَسَوْتَنِيهِ، أَسْأَلُكَ خَيْرَهُ وَخَيْرَ مَا صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ.

_Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika Beliau memakai pakaian baru, Beliau berdo'a dengan menyebut nama pakaian tersebut dalam do'anya baik itu: عِمَامَةً أَوْ قَمِيصًا أَوْ رِدَاءً_

⇒ Jadi yang disebutkan adalah jenis pakaiannya, bukan menamai pakaiannya, karena bagi yang tahu bahasa Arab, ini bisa mengarah ke arah itu. Seakan-akan Beliau memakai pakaiannya dengan nama-nama sesuatu. Tapi yang dimaksud di sini adalah menyebut jenis pakaian dalam do'anya.

_Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam berdo'a, "Yā Allāh untuk-Mu segala puji, Engkau telah memberikan pakaian untukku. Aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan yang ia dibuat untuknya. Dan aku berlindung dari keburukannya dan dari keburukan yang ia dibuat untuknya."_

Syaikh Abdurrazaq ketika mencontohkan hadīts ini dalam praktek nyatanya, ternyata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika memiliki: عمامة baru (عمامة adalah kain di atas kepala untuk laki-laki), Beliau berdo'a: 

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا كَسَوْتَنِيهِ هذة العمامة

Beliau berdo'a dengan menambah kata: هذة العمامة ( sesuai dengan nama bendanya  yaitu: عمامة).

Apabila beliau menggunakan gamis beliau mengatakan :

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا كَسَوْتَنِيهِ هذا القميصا

Ini adalah praktek yang dilakukan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang dimaksudkan dalam hadīts ini.

Setelah Beliau menyebutkan nama pakaiannya, Beliau meneruskan untuk memohon kebaikannya dan berlindung dari kejelekannya.

Namun jika kita susah untuk meniru Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan do'a  seperti contoh Nabi ini, karena kita tidak mengetahui bahasa Arab (misalnya) maka kita boleh mencukupkan diri dengan membaca do'a sebagaimana yang ada di dalam hadīts itu.

Misalnya membaca do'a:

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَمَا كَسَوْتَنِيهِ، أَسْأَلُكَ خَيْرَهُ وَخَيْرَ مَا صُنِعَ لَهُ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا صُنِعَ لَهُ

Boleh berdo'a dengan do'a seperti ini. Dan di sana ada do'a-do'a lain ketika mendapatkan pakaian baru yang bisa dibaca di dalam kitāb-kitāb do'a.

Kemudian, sahabat Bimbingan Islām rahīmaniy wa rahīmakumullāh, kenapa kita harus berdo'a ketika memakai pakaian baru?

Alasannya adalah :

⑴ Pakaian adalah nikmat dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita dapat berhias dengannya kita juga dapat menutup aurat dengannya.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman :

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ قَدۡ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكُمۡ لِبَاسٗا يُوَٰرِي سَوۡءَٰتِكُمۡ وَرِيشٗاۖ وَلِبَاسُ ٱلتَّقۡوَىٰ ذَٰلِكَ خَيۡرٞۚ ذَٰلِكَ مِنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ لَعَلَّهُمۡ يَذَّكَّرُونَ

_"Wahai anak cucu Ādam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat."_

(QS Al A’rāf: 26)

⑵ Karena pakaian terkadang memiliki kebaikan dan terkadang memiliki keburukan.

Di antara contoh keburukan adalah menjadikan pakaian tersebut sebagai pakaian sughrah (pakaian agar menjadi terkenal) atau pakaian aneh yang diingkari oleh masyarakat setempat.

Kemudian pakaian laki-laki yang isbal (misalnya) atau contoh lain yang ada pelanggaran syari'at di dalam pakaian tersebut. Ada dampak negatif baik secara duniawi maupun ukhrawi dalam pakaian tersebut bagi pemiliknya, sehingga kita perlu memohon kebaikan dan juga perlu berlindung dari keburukannya.

Semoga pembahasan ini bermanfaat. Semoga Allāh memudahkan kita untuk menghapal dan mempraktekkan do'a ini.

Wallāhu Ta'āla A'lam Bishawāb.

وصلى الله على نبينا محمد
________

Kajian

IMAN TERHADAP WUJUD ALLĀH

🌍 BimbinganIslam.com 📆 Jum'at, 30 Syawwal 1442 H/11 Juni 2021 M 👤 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA 📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah  Fī...

hits