🌍 BimbinganIslam.com
📆 Selasa, 24 Sya'ban 1442 H / 06 April 2021 M
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Shifatu Shaum Nabi ﷺ Fī Ramadhān
🔊 Halaqah 02: Keutamaan Bulan Ramadhān
〰〰〰〰〰〰〰
*KEUTAMAAN BULAN RAMADHĀN*
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
والْحمد لله والصلاة والسلام على رسول لله و على أله و صحبه و من ولاه، أما بعد
Ma'asyiral musta’mi’in, para pemirsa Bimbingan Islām rahīmaniy wa rahīmakumullāh.
Ini adalah halaqah kedua dalam dalam pembahasan Kitāb: صفة الصوم النبي ﷺ في رمضان (Shifatu Shaum Nabi ﷺ Fī Ramadhān), yaitu tentang Sifat Puasa Nabi ﷺ pada Bulan Ramadhān, karya dua Syaikh yaitu Syaikh Salim bin Ied Al Hilali dan Syaikh Ali Hasan Al Halabi Al Atsari rahimahullāh.
Pada halaqah kedua ini kita akan membahas:
▪︎ KEUTAMAAN BULAN RAMADHĀN
Keutamaan bulan Ramadhān banyak, diantaranya adalah:
⑴ Ramadhān Adalah Syahru Qur'ān.
Bulan Ramadhān adalah bulan diturunkannya Al Qur'ān.
Sebagaimana Allāh Ta'āla berfirman :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ
_"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhān, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'ān."_
(QS. Al Baqarah: 185)
⑵ Syaithan-syaithan Dibelenggu, Pintu-Pintu Neraka Ditutup dan Pintu-Pintu Surga Dibuka.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
_"Apabila Ramadhān tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaithan pun dibelenggu."_
(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 3277 dan Muslim nomor 1079, dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu).
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ
_Apabila awal (masuk) malam Ramadhān tiba,_
صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ
_syaithan-syaithan dibelenggu dan juga para pembangkang atau pembesar jin dibelenggu._
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلم يفتح مِنْهَا بَابٌ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ
_Pintu neraka ditutup tak satu pun terbuka, pintu-pintu surga dibuka dan tak satu pun tertutup._
وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ
_Dan berserulah ketika itu penyeru, "Wahai orang-orang yang menghendaki kebaikan marilah sambut !"_
⇒ Maksudnya untuk bertaqarrub, beribadah dengan maksimal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أقْصِر
_"Wahai yang ingin berbuat kejahatan, hentikanlah!"_
وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
_Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla di bulan Ramadhān akan membebaskan orang-orang dari neraka setiap malam._
(Hadīts hasan riwayat At Tirmidzī dari Abū Hurairah)
⑶ Terdapat Malam Lailatul Qadar.
Pembahasan lailatul qadar ini khusus. Malam lailatul qadar adalah malam yang sangat utama. Yang apabila seseorang diberikan taufiq oleh Allāh untuk beribadah di malam itu, seperti: shalat tarawih, qiyamul lail, membaca Al Qur'ān atau ibadah lain yang terjadi pada salah satu malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhān, maka dia akan mendapatkan keutamaan seolah-olah atau sama dengan orang yang beribadah selama 1000 bulan. Atau sekitar 83 tahun 4 bulan.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
_"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."_
(QS. Al Qadr: 3)
Para pemirsa rahīmaniy wa rahīmakumullāh.
Pembahasan berikutnya yang disampaikan oleh penulis didalam kitāb ini adalah tentang:
وجوب صوم رمضان
_▪︎ KEWAJIBAN PUASA RAMADHĀN._
Kewajiban kita di bulan Ramadhān adalah berpuasa. Karena puasa adalah salah satu rukun Islām.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍۢ فَعِدَّةٌۭ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
_"Barangsiapa diantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allāh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allāh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."_
(QS. Al Baqarah: 185)
Artinya kita wajib berpuasa Ramadhān ketika memasuki bulan Ramadhān.
Kemudian, keutamaan bulan Ramadhān berikutnya adalah:
Apabila kita beribadah dengan benar di bulan Ramadhān, dari shaumnya, qiyamul lailnya dan seterusnya, maka akan diampuni dosa-dosa kita oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebagaimana dijelaskan di dalam hadīts yang masyhur yang sering kita dengar.
Dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, ia berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
_“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhān dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni."_
(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri dan Muslim)
Di dalam hadīts yang lain, dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, ia berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ ، وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ ، مُكَفِّراتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ
_“Shalat-shalat lima waktu kemudian jumat ke jumat berikutnya, bulan Ramadhan ke bulan Ramadhān berikutnya merupakan mukaffirat (penghapus dosa) di antara semua itu, jika dosa-dosa besar dijauhi."_
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 233)
Jadi dari satu shalat lima waktu ke satu shalat lima waktu berikutnya, merupakan kaffarat. Demikian pula dari satu Jum'at ke Jum'at berikutnya. Kemudian untuk tahunannya adalah dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, ini merupakan:
مُكَفِّراتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ
_Mukaffirat (penghapus dosa) di antara semua itu, jika dosa-dosa besar dijauhi."_
Dengan syarat tentunya, terhapuskan dengan izin Allāh dan hanya dosa-dosa kecil saja menurut para ulama. Adapun dosa besar, maka harus dengan taubat nasuha.
Dan dalam satu hadīts yang lain dalam Shahīh Ibnu Khuzaimah, Imam Ahmad dan yang lainnya. Hadīts ini shahīh dan asalnya ada di dalam Shahīh Muslim.
Dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu, beliau menceritakan bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah menaiki satu mimbar lalu, Nabi mengucapkan:
آمين......آمين.....آمين
Maka ditanya:
يا رسولَ اللهِ إنك صعدت المنبر فقلت آمين......آمين.....آمين
_"Wahai Rasūlullāh engkau tadi ketika menaiki mimbar mengucapkan: آمين......آمين.....آمين._
Lalu kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
إن جبرائيل عليه السلام أتاني فقال: من أدرك شهر رمضان فلم يغفر له فدخل النار فأبعده الله
_"Sesungguhnya tadi Jibril alayhissallām mendatangiku dan beliau berkata, 'Barangsiapa memasuki bulan Ramadhān dan dia tidak diampuni Allāh bahkan dia masuk neraka maka Allāh akan jauhkan dia dari rahmatnya'."_
Maka aku mengatakan: آمين.
Jadi di sini celaka orang yang memasuki bulan Ramadhān tetapi bulan Ramadhān ini tidak mampu menggembleng dia. Tidak bisa membuat dia taubat, bahkan dosa-dosanya pun tidak diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Bahkan kata Nabi, "Dia masih tetap masuk neraka," maka celaka orang seperti ini. Nabi pun setelah mendengar Jibrīl mengucapkan demikian dan nabi mengatakan, آمين.
Kata Jibrīl :
قل: آمين . فقلت: آمين
Dan seterusnya.
Dan itu intinya, bahwa bulan Ramadhān sebetulnya bulan yang penuh dengan maghfirah dan ampunan, dan itu kesempatan bagi orang-orang yang bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dan di bulan Ramadhān, Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan mengabulkan do'a dan membebaskan orang-orang dari neraka.
Sebagaimana hadīts yang shahīh dalam riwayat Al Bazzar, Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
إن لله في كل يوم وليلة عتقاء من النار في شهر رمضان
_"Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada setiap hari dan malam (di bulan Ramadhān) akan membebaskan orang-orang dari neraka (yang sebelumnya sudah Allāh tetapkan masuk neraka)."_
وإن لكل مسلم دعوة يدعو بها فيستجاب له
_"Dan setiap muslim pada bulan Ramadhān ada do'a yang kalau dia berdo'a, do'anya akan dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_
Dan orang yang hanya membatasi diri dengan rukun Islām yang lima saja, artinya dia beribadah yang wajib saja (membatasi diri dengan rukun Islām yang lima diantaranya adalah puasa Ramadhān) maka dia termasuk (kata Nabi): من الصديق والشهداء (orang-orang yang jujur dan membenarkan syari'at Allāh dan Rasul-Nya juga termasuk orang-orang yang syahid).
Terdapat satu hadīts dari Amr bin Murah Al Juhani radhiyallāhu 'anhu, di dalam Shahīh Ibnu Hibban dan sanadnya shahīh.
Beliau menceritakan bahwasanya ada seseorang yang datang kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dan bertanya:
يا رسولَ اللهِ أرأيتَ إن شَهدتُ أنْ لا إلهَ إلَّا اللهُ وأنَّكَ رَسولُ اللهِ وصلَّيتُ الصَّلواتِ الخمسِ وأدَّيْتُ الزَّكاةَ وصُمْتُ رمضانَ وقُمْتُه فمِمَّنْ أنا ؟
_"Wahai Rasūlullāh, bagaimana menurutmu jika aku bersyahadat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) dan engkau adalah Rasul Allāh. Aku shalat lima waktu, dan aku menunaikan zakat, dan aku berpuasa Ramadhān dan qiyamul lail di bulan Ramadhān, maka aku termasuk apa?"_
Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
قال : من الصِّدِّيقينَ والشُّهداءِ
_"Kamu termasuk orang-orang yang shidiq (jujur dan membenarkan syari'at Allāh dan Rasul-Nya) dan termasuk orang-orang yang syahid."_
Demikian para pemirsa tentang keutamaan bulan Ramadhān di halaqah kedua ini, in syā Allāh kita lanjutkan pada halaqah berikutnya, membahas masalah yang lainnya tentang menyambut Bulan Ramadhān.
صلى الله على النبيا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar